[caption caption="Pantai Mandeh (Sumatera Barat) (koleksi pribadi)"][/caption]Nama pantai ini mungkin masih asing di telinga pembaca. Â Benar, pantai ini belum sepopuler pantai Kute, Parangtritis atau Pangandaran. Â Namun pantai ini mirip dengan Raja Ampat di Papua Barat. Jajaran pulau-pulau yang menghijau mirip benar, meski jumlahnya tidak sebanyak di Raja Ampat. Â Di pantai Mandeh atau di sekitarnya, dapat disaksikan pulau-pulau, panorama laut, bibir pantai, serta perahu nelayan, yang menciptakan keindahan, eksotik, dan cantik. Â Tujuan wisata ini baru berkembang, dan mungkin akan cepat perkembangannya di masa mendatang.
[caption caption="Peta Wisata Pantai Mandeh (sumber: googlemap)"]
Pemandangan sepanjang jalan adalah pantai dan perbukitan, dengan vegetasi nipah dan pepohonan tropika. Â Nampak di sekitar rumah-rumah penduduk desa ada layanan homestay, warung makan, atau toko, yang siap melayani kebutuhan wisatawan. Â Jalan menuju pantai nampak sedang di perlebar dengan memotong bukit, dengan jalan berkelok, naik dan turun.Â
[caption caption="Pemandangan Pantai Mandeh (Sumatera Barat) (koleksi pribadi)"]
Disini konsentrasi para wisatawan untuk menikmati pemandangan atau mengambil gambar atau berfoto. Â Pemandangan sore hari pasti lebih menarik, karena udara senja pantai yang sejuk, serta rona merah redupnya matahari menjelang Maghrib. Â Pemandangan khas pantai Sumatera Barat adalah tenggelamnya matahari di balik Samudra Hindia dan pantulan warna merah sinar matahari di permukaan air laut.
Para pedagang juga mangkal di sekitar area titik pandang, sehingga sebenarnya terlalu sempit untuk menampung para wisatawan. Â Pedagang menyediakan meja dan kursi agar pengunjung dapat melepas lelah, sambil menikmati panorama pantai. Â
Di tempat ini nampak semuanya belum tertata, masih darurat. Â Belum ada pengelolaan atau organisasi yang melayani. Â Pada hari libur, jumlah pengunjung yang melimpah, memaksa mereka mencari tempat-tempat lain di sekitar bukit atau pantai. Â Hal ini sangat kritikal menghasilkan tekanan terhadap daya dukung lingkungan. Â Wilayah perbukitan ini juga rawan erosi saat hujan, sehingga berpotensi mencemari pantai.
Melihat pemandangan ke arah laut, atau ke bawah, sangat memanjakan mata. Â Ke arah mana mata memandang, semuanya indah dan memikat. Â Di Pantai Mandeh terdapat pelabuhan pendaratan kapal nelayan, nampak perahu saling berbaris menunggu melaut. Â
Meski berhadapan dengan Samudra Hindia, ombak laut juga sangat tenang, karena berada di dalam teluk, atau terhalang oleh pulau yang berjajar di tengah lautan. Â Jenis wisata di pantai Mandeh sangat beragam. Â Pengunjung juga dapat menyewa perahu menuju pulau-pulau, baik untuk memancing, berenang, snorkeling, atau diving. Â Atau pengunjung dapat melakukan penjelajahan di sekitar bukit hingga menyusuri sepanjang pantai.
Malang, 18 April 2016
---
Penulis menulis buku:
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1 Iwan
- Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H