Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantai Mandeh, Surga Dunia di Sumatera Barat

18 April 2016   22:57 Diperbarui: 19 April 2016   10:33 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantai Mandeh (Sumatera Barat) (koleksi pribadi)"][/caption]Nama pantai ini mungkin masih asing di telinga pembaca.  Benar, pantai ini belum sepopuler pantai Kute, Parangtritis atau Pangandaran.  Namun pantai ini mirip dengan Raja Ampat di Papua Barat. Jajaran pulau-pulau yang menghijau mirip benar, meski jumlahnya tidak sebanyak di Raja Ampat.  Di pantai Mandeh atau di sekitarnya, dapat disaksikan pulau-pulau, panorama laut, bibir pantai, serta perahu nelayan, yang menciptakan keindahan, eksotik, dan cantik.  Tujuan wisata ini baru berkembang, dan mungkin akan cepat perkembangannya di masa mendatang.

[caption caption="Peta Wisata Pantai Mandeh (sumber: googlemap)"]

[/caption]Pantai Mandeh terletak pada koordinat -1.238899, 100.432505, berada dalam wilayah Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat.  Pantai Mandeh berjarak sekitar 70 km dari kota Padang, ke arah Selatan melewati jalan raya Padang – Painan. Selepas jalan raya tersebut masuk menuju ke pantai, jalanan nampak sangat bagus, beraspal  meski agak menyempit.  

Pemandangan sepanjang jalan adalah pantai dan perbukitan, dengan vegetasi nipah dan pepohonan tropika.  Nampak di sekitar rumah-rumah penduduk desa ada layanan homestay, warung makan, atau toko, yang siap melayani kebutuhan wisatawan.  Jalan menuju pantai nampak sedang di perlebar dengan memotong bukit, dengan jalan berkelok, naik dan turun. 

[caption caption="Pemandangan Pantai Mandeh (Sumatera Barat) (koleksi pribadi)"]

[/caption]Titik pandang Pantai Mandeh terletak di perbukitan, setinggi sekitar 70 m diatas permukaan laut, dengan pemandangan dan panorama yang menakjubkan ke arah pantai dan laut.   Itu sebabnya ditempat ini juga disebut sebagai Puncak Mandeh.  Disinilah, pemandangannya mirip Raja Ampat.   Area titik pandang ini luasnya tidak lebih dari 0.3 ha, dimana tanahnya juga nampak baru diratakan.  

Disini konsentrasi para wisatawan untuk menikmati pemandangan atau mengambil gambar atau berfoto.   Pemandangan sore hari pasti lebih menarik, karena udara senja pantai yang sejuk, serta rona merah redupnya matahari menjelang Maghrib.   Pemandangan khas pantai Sumatera Barat adalah tenggelamnya matahari di balik Samudra Hindia dan pantulan warna merah sinar matahari di permukaan air laut.

Para pedagang juga mangkal di sekitar area titik pandang, sehingga sebenarnya terlalu sempit untuk menampung para wisatawan.  Pedagang menyediakan meja dan kursi agar pengunjung dapat melepas lelah, sambil menikmati panorama pantai.  

Di tempat ini nampak semuanya belum tertata, masih darurat.  Belum ada pengelolaan atau organisasi yang melayani.  Pada hari libur, jumlah pengunjung yang melimpah, memaksa mereka mencari tempat-tempat lain di sekitar bukit atau pantai.  Hal ini sangat kritikal menghasilkan tekanan terhadap daya dukung lingkungan.  Wilayah perbukitan ini juga rawan erosi saat hujan, sehingga berpotensi mencemari pantai.

Melihat pemandangan ke arah laut, atau ke bawah, sangat memanjakan mata.  Ke arah mana mata memandang, semuanya indah dan memikat.  Di Pantai Mandeh terdapat pelabuhan pendaratan kapal nelayan, nampak perahu saling berbaris menunggu melaut.  

Meski berhadapan dengan Samudra Hindia, ombak laut juga sangat tenang, karena berada di dalam teluk, atau terhalang oleh pulau yang berjajar di tengah lautan.  Jenis wisata di pantai Mandeh sangat beragam.  Pengunjung juga dapat menyewa perahu menuju pulau-pulau, baik untuk memancing, berenang, snorkeling, atau diving.  Atau pengunjung dapat melakukan penjelajahan di sekitar bukit hingga menyusuri sepanjang pantai.

Malang, 18 April 2016

---

Penulis menulis buku:

  1. Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1 Iwan
  2. Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2
  3. Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun