[caption caption="Among roso (http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/08/23/237667/670x335/5-cara-menghibur-teman-yang-sedih.jpg)"][/caption]Pernahkah anda mengabaikan orang. Atau anda pernah menyinggung perasaan atau menekan orang. Pernahkan anda membuat kecewa orang. Siapa yang anda kecewakan? Apakah mereka itu sahabat, teman baik, guru, murid, atasan, atau bawahan? Apakah mereka orang yang anda sayangi, anda cintai. Pertanyaan itu coba direnungkan.
Dalam kehidupan, organisasi atau bersosialisasi dengan orang lain tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dalam hubungan pertemanan misalnya, meskipun sudah akrab benar, selalu ada perbedaan sekalipun hanya dalam persepsi. Alasan dasarnya adalah karena setiap orang memiliki pikiran, cara pandang, sikap pilihan dan perilaku yang berbeda. Dalam hubungan keluarga, antara suami dan istri, atau orangtua dan anak, memungkinkan terjadi perbedaan pendapat. Hal ini dengan mudah dapat diamati.
Dalam kehidupan organisasi, hubungan antar bagian, antara atasan dan bawahan, antara pimpinan dan manajer di bawahnya, selalu ada perbedaan pendapat atau pandangan. Dalam perbedaan tersebut senantiasa diikuti pengorbanan perasaan, misalnya tersinggung, tertekan, terpaksa, atau kecewa sebagaimana pertanyaan di atas. Perasaan sifatnya sangat personal yang ukurannya juga melibatkan perasaan. Kalau ada orang berkata: “Hatiku sakit karena perilakunya”, maka tidak bisa seorangpun bisa mengukur kedalaman perasaan sakit itu.
Mencegah orang agar tidak kecewa, agar tidak sakit hati, tidak merasa ditinggalkan, sangatlah sulit. Namun rasa kecewa atau sakit hati itu bisa berkurang atau justru bertambah tergantung kondisinya. Perasaan itu sebenarnya bisa naik turun; gembira, biasa atau sedih; puas, kecewa atau sangat kecewa; biasa saja, cinta atau cinta mati. Jadi perasaan sebenarnya dapat dikelola, dipertahankan atau dipelihara agar memberi pengaruh positif bagi kehidupan.
Perbedaan pendapat atau suatu keputusan yang diikuti rasa kecewa perlu dilihat secara positif. Misalnya ada dua murid yang sama-sama pandai, tetapi hanya satu yang dipilih untuk mewakili sekolah dalam lomba di ajang lebih tinggi. Maka, murid yang tidak terpilih pasti kecewa. Guru sebagai pengambil keputusan harus arif melihat kondisi tersebut. Guru harus menjaga perasaan dua murid itu. Kepada yang terpilih, guru menasehati agar tidak terlalu bergembira, tetap rendah hati, dan memahami perasaan teman yang tidak terpilih. Guru kepada murid yang tidak terpilih, wajib membesarkan hatinya, menyemangati dan mendorong prestasi di kesempatan mendatang. Guru tersebut sedang menjalankan among roso, atau menjaga perasaan dua muridnya, agar mengerti dan memahami satu sama lain, sehingga menghasilkan rasa saling menghargai dan menghormati. Dengan kegiatan lomba tersebut, kedua murid tetap berteman dan dapat berprestasi lebih tinggi di masa akan datang.
Among roso terdiri dari kata among dan roso. Among bermakna menghargai, menghormati, menemani atau bersama. Roso bermakna perasaan, merasakan atau ikut merasakan. Makna among roso cukup mudah dipahami, yakni mengelola perasaan baik diri sendiri atau terhadap orang lain sehingga menghasilkan perasaan saling menghargai dan menghormati, atau timbul rasa kasih sayang untuk membentuk saling pemahaman dan pengertian, bekerja sama mencapai tujuan yang lebih besar bersama-sama. Dalam proses among roso itu, adanya perbedaan pendapat dilihat sebagai hal yang positif, tidak sebagai dikotomi atau saling dipertentangkan, tetapi dicarikan titik temu dan dikembangkan menjadi sesuatu hal atau kebijakan yang bermanfaat.
Sikap among roso perlu dimiliki setiap orang, terlebih bagi seorang pemimpin. Among roso memuat sikap kepedulian dan harmoni, dan menghasilkan kemanfaatan bagi organisasi atau orang banyak. Among roso seorang pemimpin diletakkan untuk memahami kebutuhan organisasi, kebutuhan orang banyak, dan bukan kepentingan sendiri. Pemimpin mengawal visi misi organisasi dan tetap menghargai aspirasi orang-orang dalam organisasi. Pemimpin mengajak setiap orang bersama-sama untuk mengawal visi dan mencapai tujuan organisasi. Deskripsi dari guru yang diuraikan sebelumnya, adalah teladan kepemimpinan yang punya sikap among roso. Guru demikian dibutuhkan oleh murid, orangtua/wali murid, dan sekolah. Sekolah akan berkembang dan maju, aktivitasnya dinamis dan harmoni, dengan murid-murid yang saling menghargai dan berprestasi.
Among roso perlu dimiliki oleh orang-orang yang ingin maju. Orang yang punya potensi maju perlu mengelola sifat among roso dengan baik. Mereka ini cenderung melangkah lebih cepat dan pintar dibanding orang pada umumnya. Langkahnya dapat meninggalkan orang lain di belakang. Ia bisa saja maju terus sendirian di depan. Namun sikap among rosonya memaksa ia menoleh ke belakang. Ada rasa tanggungjawab untuk mengajak orang lain di belakang agar juga melangkah maju lebih cepat. Maka ia pun kembali ke belakang, ia membantu dan mendampingi teman menyelesaikan masalah. Ia ajak temannya bicara dengan lembut, asah, asih, asuh untuk menemukan solusi. Ia ingin semua temannya juga maju lebih cepat bersama-sama. Ia ingin suatu harmoni, bersama-sama mencapai kemajuan.
Generasi muda perlu mengelola among roso terhadap orangtua. Among roso anak muda adalah wujud bakti dan hormat ke orangtua. Among roso itu dapat berwujud upaya membantu kesulitan, meringankan beban, atau membahagiakan orangtua. Anak muda datang ke orangtua untuk belajar pengalaman hidup, minta nasehat, dan mohon doa restu adalah perilaku terpuji, dan juga membuat bahagia dan bangga orangtua. Orangtua pun akan mendoakan bagi kehidupan anak muda. Negeri dengan generasi muda yang among roso ke orangtua ini dipastikan akan berkah dan makmur.
Menjadi pertanyaan, apakah di negeri ini berkembang sikap among roso? Duhh.. sulit menjawabnya. Mungkin pembaca lebih tahu jawabannya. Sebenarnya sangat mudah untuk mengukurnya, yakni dengan melihat adanya rasa hormat, menghargai, kepedulian dan harmoni. Hal itu dapat dilihat dari kehidupan dan perilaku tokoh-tokoh publik atau masyarakat. Bagaimanakah respon mereka menghadapi permasalahan, apakah dengan sabar, sejuk, yang mencerminkan kasih sayang. Apakah dengan emosi, kasar, menekan, memprovokasi, yang mencerminkan kesombongan, kebencian dan kesewenang-wenangan. Sungguh disayangkan masih ada saja sikap-sikap memprovokasi, protes atau demo yang tidak proporsional. Ini adalah cerminan akhlak sangat buruk. Sepanjang bangsa ini masih menyukai hal-hal emosional atau kasar, maka belum ada rasa menghargai dan menghormati. Keberkahan negeri masih jauh, kemakmuran belum tercapai.
Teladan among roso yang paling tepat adalah baginda Rasulullah SAW. Beliau sebagai pemimpin negara, sebagai kepala keluarga, sebagai pribadi senantiasa menunjukkan sikap among roso. Profil kehidupan Rasul sangat lembut, menyenangkan dan menghormati orang lain. Dari pribadi Rasul, sikap among roso adalah pencerminan dari akhlak. Rasulullah juga menegaskan bahwa barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka akan dijauhkan dari kebaikan (HR Muslim)
Bagi seorang pemimpin atau seorang calon pemimpin, sikap among roso wajib dimiliki. Sikap ini perlu dikelola dan dipelihara dalam seluruh kehidupannya. Pemimpin pasti bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dengan pikiran dan pandangan yang berbeda-beda. Ia harus mampu mengelola perbedaan itu, harus dapat menjaga perasaan setiap orang, dengan pengaruh dan kearifannya sehingga menghasilkan kebersamaan dan kemanfaatan bagi banyak orang. Hal ini bukan hal mudah. Pemimpin harus menekan ego, mengendalikan diri, mengelola perasaan diri sendiri sebelum berbagi rasa dengan orang lain. Pikirannya senantiasa diletakkan kepada pikiran orang lain, kemudian dibawa atau diminta partisipasinya untuk memberi kemanfaatan yang lebih besar. Sekali lagi hal ini bukan perkara mudah. Ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang telah terlatih dan terbiasa mengelola among roso sejak muda.
Saat ini, mungkin di lingkungan terdekat dapat ditemukan anak-anak muda memiliki sifat among roso yang menonjol. Mereka ini biasanya rendah hati, perhatian dengan temannya, suka membantu teman, hormat kepada orang yang lebih tua. Ia selalu menyenangkan lingkungannya. Anak-anak muda ini adalah calon-calon pemimpin masa mendatang. Anak-anak ini harus dibekali ilmu dan norma agama yang benar, didampingi guru yang baik. Orangtua mendidik dengan keteladanan. Semoga anak-anak kita memiliki sifat among roso.
Malang, 12 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H