[caption caption="Jembatan Akar Bayang (koleksi pribadi)"][/caption]Jembatan akar (atau aka dalam bahasa minang) Bayang sudah dikenal banyak orang.  Keunikan jembatan ini beberapa kali disiarkan melalui TV.  Nama Bayang diambil dari nama kecamatan, dimana jembatan ini terletak di kecamatan koto Bayang di  Kabupaten Pesisir Selatan, yang beribukota di Painan. Jembatan ini terbuat dari akar pohon beringin yang berdiri, saling berseberangan, melintasi sungai Sungai Batang Bayang.  Uniknya, pohon beringin berdiri di atas batuan, sehingga relatif kokoh dari aliran deras sungai.  Akar dua pohon itu saling membelit satu sama lain membentuk bentangan jembatan, yang menghubungkan dua dusun, yakni dusun Pulut-Pulut dan Lubuk Silau (1, 2).  Â
[caption caption="Peta lokasi jembatan akar Bayang (Sumber googlemap)"]
[caption caption="Papan Denah Lokasi Jembatan Akar Bayang (koleksi pribadi)"]
[caption caption="Jembatan akar Bayang (koleksi pribadi)"]
[caption caption="Jembatan akar Bayang (koleksi pribadi)"]
Saat penulis berkunjung, tidak ada pemandu atau tulisan yang menjelaskan perihal jembatan. Â Tidak ada informasi kapasitas atau beban maksimum jembatan. Â Juga tidak ada petunjuk keselamatan karena berjalan di atas jembatan sebenarnya berbahaya (khususnya bagi pengunjung). Â Kondisi ini mencerminkan tidak ada pengendalian, sehingga dapat mengancam upaya konservasi lingkungan dan membahayakan keselamatan pengunjung. Â Di atas jembatan, dipasang papan-papan kayu agar memudahkan pengunjung dengan aman melewatinya. Â Jembatan juga diperkuat dengan konstruksi tali besi baja. Â Hal ini sebenarnya menandakan jembatan kurang berfungsi optimal.
Berikut ini beberapa saran agar jembatan akar dapat berfungsi lebih baik mendukung pengembangan wisata
- Perlu membangun jembatan buatan yang baru, sehingga beban jembatan akar berkurang dan usianya dapat bertahan lebih lama. Â Jembatan baru berfungsi untuk menunjang kehidupan ekonomi desa, sementara jembatan akar untuk kepentingan wisata.
- Perlunya pemandu dan informasi yang menjalankan fungsi interpretasi perihal  jembatan dari aspek nilai-nilai tradisi, sejarah atau biologi.  Misalnya pengunjung diajak belajar tentang akar pohon beringin, memilih akar untuk disambung, atau pendidikan konservasi lain yang berbasis budaya lokal.
- Masyarakat perlu mengorganisasikan diri untuk memberikan layanan wisata lebih ramah, mengembangkan ragam wisata, dan memberdayakan potensi desa untuk meraih manfaat lebih besar dari wisata. Â Misalnya, mengembangkan potensi rafting, manfaat produk lokal kayu manis atau buah kemiri yang banyak ditemui disana
- Perlu lebih mempertimbangkan aspek keselamatan pengunjung, misalnya penggunaan jaket keselamatan atau bekerjasama dengan jasa raharja
Salam ekowisata
Malang, 30 Maret 2016
follow @iwanuwg
Penulis adalah penulis buku:
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H