[caption caption="Manajemen SDM (cdn.img.print.kompas.com/)"][/caption]Mengajar matakuliah Manajemen SDM sdh penulis jalani sejak delapan tahun yang lalu. Â Semester genab ini, sedikit memberi tantangan karena mahasiswanya cukup aktif, dan perkembangan empirik aktual terkait manajemen SDM dalam kehidupan saat ini menjadi menarik untuk dibahas. Â Karena baru tiga tatap muka, pokok bahasan masih bersifat umum dan terkait peran SDM dan organisasi. Â Disini justru menariknya.
Minggu lalu, penulis menguraikan bahwa peran bagian SDM sangat penting bagi organisasi. Â SDM harus pandai, kompeten dan smart. Â Kepandaiannya itu diberikan untuk kemajuan dan kemanfaatan organisasi. Â Manajemen SDM harus mendorong setiap orang memberi kontribusi manfaat kepada organisasi. Â Percuma saja punya SDM pintar tapi tidak bermanfaat untuk organisasi.Â
Seorang karyawan atau staf yang pintar, dan senantiasa membantu kawan, atasan atau mendukung kemajuan organisasi, maka ia akan disenangi dan dipercaya kawan dan atasannya. Â Ia akan diberi kemudahan menjalankan tugasnya, suatu saat kariernya akan naik, dan diberi amanah menjadi pemimpin. Â Saat menjalankan kepemimpinan, pun sama. Â
Pemimpin itu senang belajar, dan membagi ilmu ke bawahannya. Â Ia juga berusaha membuat pintar orang lain, memberi kesempatan orang untuk maju, atau membangun kebersamaan berjuang. Pemimpin tersebut sedang mentrasformasikan nilai dan ilmu kepada orang lain dan organisasi. Â Maka pemimpin itu pasti juga disenangi banyak orang. Â Amanah jabatan pasti akan berpihak kepadanya. Â Kariernya pun menanjak terus.. dan terus hingga ke puncak
Itulah sesungguhnya inti dari manajemen SDM. Â Seseorang yang suka belajar, dan ia mengajak orang lain belajar dan menjadi pintar untuk kemajuan dan keunggulan organisasi, Â maka pasti menjadi manajer yang sukses. Â Itulah yang membuat Manchester United menjadi maju. Â Ketika Sir Alex Ferguson menjadi pelatih, ia mampu memberdayakan seluruh potensi MU, merekrut pemain potensial dari klub lain atau akademi MU, yang kemudian dipoles menjadi tim yang kompak dan unggul. Â Ia marah besar ketika ada pemain yang belagu atau egonya tinggi. Â Organisasi korporasi juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh sukses, seperti Dahlan Iskan, Yacob Oetama, Chairul Tanjung, yang semuanya menjalankan fungsi manajemen SDM dengan baik.
Penulis kemudian memberi contoh tentang kemajuan negara Cina atau Korea Selatan, yang mampu mensejajarkan diri dengan Jepang atau negara maju lainnya. Â Itu semua karena SDM negara itu suka belajar (dan menulis) sehingga menjadi pintar. Â Cina atau Korea Selatan sudah merencanakan menjadi menjadi maju sejak tahun 1960 an (1, 2). Â Pengakuan terhadap kemajuan itu, salah satunya dipercaya menjadi penyelenggara Olimpiade tahun 1998 (Seoul) dan 2008 (Beijing).Â
[caption caption="Peringkat publikasi ilmiah terindeks Scopus (scimagojr.com/countryrank.php)"]
[caption caption="Akses ke Tanjung Priok (kompas.com/)"]
Dwelling time adalah problem manajemen SDM dan organisasi. Â Penyebabnya bisa SDMnya malas dan tidak kompeten, jalurnya birokrasi (dan organisasi) ruwet dan tidak jelas, atau mengutamakan kepentingan pribadi.
Dua hal bisa ditarik dari deskripsi di atas, yakni (i) kebiasaan membaca atau menulis dan (ii) bekerja (melayani) dengan cepat akan membuat organisasi akan maju. Â Bangsa menjadi unggul.
Malang, 22 Maret 2016
@iwanuwg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H