[caption caption="koleksi pribadi"][/caption]Pak Dahlan Iskan, atau sebut saja DI, banyak yang mengenalnya. Beliau adalah (atau pernah menjadi) wartawan, penulis, pembina olahraga, pengusaha, pimpinan BUMN hingga menteri. Rasanya, DI menjadi apapun bisa. Tangan dingin DI bisa menghidupkan atau mengembangkan apapun, termasuk memotivasi orang, siapapun orangnya. Urip iku urup, ungkapan itu yang rasanya merasuk dalam kehidupan DI. DI menorehkan nilai dalam hidupnya, melalui perjuangan, suka dan duka. DI hidup untuk kemanfaatan, dimanapun ia berada.Â
Tulisan ini berupaya memahami pikiran DI, saat sharing perihal bisnis di Universitas Widyagama Malang (Sabtu, 13 Februari 2016). Penulis sudah sering membaca profil DI, sedikit menambah ulasan tulisan ini. Tulisan ini tidak hanya untuk para pengusaha, tetapi juga untuk memotivasi orang kebanyakan, termasuk penulis.
Seseorang yang ingin hidup sukses, ia wajib bangkrut, atau mengalami kebangkrutan. Bangkrut dapat dipahami sebagai kondisi terpuruk, jatuh, gagal, rugi, apes, tidak lulus/lolos, ditolak, terluka, tertekan atau mungkin terusir. Posisi bangkrut itu dapat dialami pebisnis atau orang awam. Pebisnis bangkrut misalnya warung tidak laku, SDM dibajak orang, ditipu orang, atau lahirnya pesaing. Posisi orang awam yang bangkrut seperti halnya mahasiswa tidak lulus ujian, dosen yang naskahnya ditolak penerbit, karyawan diberi SP, atau pemimpin yang gagal.
Yang penting seseorang segera menyadari makna bangkrut itu. Ia telaah mengapa, gejala, atau kondisi penyebab bangkrut. Bangkrut berkali-kali juga tak mengapa, asal ia memperoleh pembelajaran, dan secepatnya bangkit. Bangkit dari bangkrut ditandai dengan sikap optimis memandang masa depan. Hasil pembelajaran bangkrut membuat orang makin berani, responsif, tegas, teliti, tangguh, fokus dan mandiri dalam mengambil keputusan dan mengarungi kehidupan. Ia berani berubah, untuk melawan kelemahannya, dan mengoptimalkan kelebihannya.
Fokus
DI menekankan perlunya hidup fokus. Fokus kepada satu profesi saja sesungguhnya sangat sulit, memerlukan konsistensi. Hidup sebagai pengusaha tidak bisa sambilan, harus fokus sepanjang waktu, siang dan malam. Profesi lain juga perlu fokus. Fokus mengenali, mendalami, menganalisis dan sintesis dan mengambil keputusan yang tepat.
Betapa banyak orang berprofesi ganda, mengerjakan dua atau lebih kegiatan sekaligus. Sebagai guru merangkap pedagang; sebagai PNS merangkap rekanan; sebagai pengusaha merangkap pengacara–dan sebaliknya.
Profesi ganda dimotivasi oleh rasa takut dan tidak percaya diri menghadapi kehidupan. Alasannya untuk jaga-jaga, atau mengurangi resiko.  Takut rejeki berkurang, takut bangkrut, atau takut bersaing. Hidupnya menjadi tergantung dan tidak mandiri. Motivasi ini membuat kerja kurang fokus, ragu-ragu, dan ada konflik kepentingan. Hasilnya memang dan pasti tidak optimal. Bila profesi ganda berkaitan dengan pemerintah atau publik, maka ... duh.. ini yang selalu merecoki, PNS kurang fokus kerja, pengusaha/rekanan main lobi, kemudian bermuara kepada indisipliner dan penyalahgunaan wewenang.
Orang yang ingin sukses perlu fokus. Profesi ganda pasti tidak fokus. Hidup yang fokus sama dengan mengimplementasikan ketauhidan, keesaan Tuhan. Hidup untuk satu hal dan menggantungkan kehidupan kepada Tuhan. Bahasa langit keyakinan terhadap ketauhidan akan mendatangkan energi yang luar biasa. Jalan hidup orang yang fokus akan penuh energi, efektif dan efisien. Hidupnya lebih sukses dan bermanfaat. Allah merahmati orang ini.
[caption caption="koleksi pribadi"]