Tujuan wisata berikutnya adalah rumah dimana dapat disaksikan sisa atau puing erupsi. Posisinya lebih rendah lagi, dan bagian dari area pemukiman desa Kepuharjo. Rumah ini menjadi semacam prasasti atau saksi kedahsyatan erupsi Merapi. Disini dapat disaksikan antara lain puing sepeda motor, gelas kaca yang meleleh, uang logam yang meleleh, dan tengkorak ternak sapi. Material logam dan non logam ini hancur oleh awan panas yang oleh penduduk disebut sebagai wedus gembel, atau disebut aliran piroklastik. Ada suatu keajaiban, yakni sebuah kitab suci AlQuran masih utuh dari dari awan panas. Wallahu a’lam bishowab.
[caption caption="koleksi pribadi"]
[caption caption="koleksi pribadi"]
Tiba saatnya perjalanan ke tujuan wisata terakhir. Driver bertanya: “Bapak mau basah-basahan?”. Haaahh, pikir penulis. Kami berempat masih belum paham pertanyaan tersebut, hingga akhirnya kami tiba di suatu jembatan sungai. Driver terus saja meluncur turun ke sungai dimana ada mobil jeep lain sudah berbasah-ria menerjang sungai itu. Oh .. ini maksudnya. Mobil kami pun racing, menerjang genangan air sungai. Kami pun menikmati sensasi ini, berteriak mengikuti goncangan mobil ke kiri kanan, atau melompat. Baju kami basah karena air sungai naik ke mobil jeep. Kami pun senang dengan tantangan ini. Ini adalah sungai alami yang diisi dengan batu koral dari tempat lain, dan sengaja diberikan untuk memberi sensasi kepada wisatawan. Batu koral berfungsi untuk meratakan permukaan sehingga lebih mudah dilalui oleh jeep, juga untuk mencegah gerusan erosi tanah. Inilah penutup tujuan wisata Merapi.
[caption caption="koleksi pribadi"]
Malang, Lembah Panderman, 29 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H