Mohon tunggu...
Iwan Noviyandi
Iwan Noviyandi Mohon Tunggu... profesional -

I'm a creative, humoris, and energic person as : - Journalis - Public Relations - Writter - Teacher - Event Organizer - Tour Guide - Presenter

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Sisi Mata Uang ala Elpiji

20 September 2014   01:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:11 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Description: http://m.energitoday.com/uploads/2014/06/Elpiji-3Kg2.jpg

Jakarta (17 Sept 2014). Wacana mengenai penyesuaian harga LPG kembali naik di wacana publik. Publik pun bertanya-tanya mengapa salah satu jenis bahan bakar tersebut "selalu" mengalami pergolakan harga. Berbagai polemik dan komentar pun bertebaran di berbagai media. Menuai kontroversi dan selalu hangat untuk diperbincangkan.

“Bincang hangat tentang Pertamina bersama para Narasumber: Bpk. Adiatma, Bpk. Heru, dan Farah Quin (ka-ki)” Sumber: doc.pribadi

Untuk mengetahui dan menggali lebih dalam mengenai LPG. Kompasiana.com menggelar event sekaligus gala dinner bareng yang bertajuk “Kompasiana Nangkring Bareng Pertamina” yang diadakan pada 29 Agustus 2014, bertempat di Penang Bistro. Adapun pembicaranya adalah Bapak Adiatma Sardjito (Manager MediaPertamina) yang menggantikan Bapak Ali Mundakir selaku VP Corporate Communication, yang berhalangan hadir. Dalam kesempatan tersebut, turut hadir pula Chef cantik nan seksi Farah Quin, yang semakin meramaikan suasana. Acara ini dimoderatori oleh Heru Margiyanto (News Assistant Managing Editor Kompas.com) dan host cantik, CitraAgnesia.

Berikut pembahasan singkat dalam event yang berdurasi sekitar dua jam tersebut:

Pengertian LPG

Diawali dengan pengertian mengenai ELPIJI. Sebagai informasi ELPIJI atau LPG (liquified petroleum gas) secara harfiah berarti: “campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam, Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair” (gas minyak bumi yang dicairkan”). LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane (C3H8) dan butane (C4H10). Dalam bentuk cair, LPG mudah didistribusikan dalam tabung ataupun tanki.

Di Indonesia LPG dikelola oleh PT. PERTAMINA (Persero) dan mendistribusikannya kepada konsumen. Sebagai salah satu komoditi pasar yang paling banyak diminati konsumen, LPG digunakan untuk keperluan sehari-hari, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. terutama sebagai bahan bakar untuk memasak.

Bahan yang beredar di Indonesia terdiri dari : Gas Alam, LNG (Liquified Natural Gas), CNG (Compressed Natural Gas), dan LPG (Liquified Petroleum Gas). Adapun perbedaan anatara Gas Alam dan LPG, sebagai berikut:

Gas Alam

-Kandungan utamannya : > 95 % Metana (C1) dan Etana (C2), Kurang 5% Propana (C3) dan Butana (C4)

-Bentuk penggunaan dalam bentuk LNG untuk kemudahan pengapalan dan pengangkutan. Bentuk berupa Gas Pipa/Gas Kota untuk industry dan rumah tangga, serta bentuk CNG untuk untuk bahan bakar transportasi

-Sumber asal: sumur minyak dan sumur

-Merupakan komoditi ekspor 17,04 juta ton dalam bentuk LNG

LPG

-    Kandungan utamannya : > 97 % Propana (C3) dan Butana (C4), kurang 3% Pentana (C5) dan lainnya

-     Bentuk curah untuk industry dan bentuk tabung untuk rumah tangga dan komersial

-    Sumber asal: Produk sampingan dari kilang gas (< 5%) dan kilang minyak (BBM)

-    Merupakan komoditi impor 3,3juta ton dalam bentuk LPG

“Sekilas Tentang Bahan Bakar Gas” Sumber : Doc.Pertamina/Pribadi

sifat-sifat yang dimiliki ELPIJI antara lain:

-Mudah terbakar /tersulut api

-Tidak memiliki baunya yang  menyengat, tidak beracun dan tidak berwarna.

-Dikemas dalam bentuk tabung atau silinder untuk menampung gas yang berupa cairan bertekanan tinggi.

-Memiki cairan yang mudah menguap dan menyebar dengan cepat di udara terbuka.

-Volume lebih berat dari udara

Di Indonesia (khususnya) Elpiji terdiri dari 3 varian sesuai dengan ukuran berat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat :

1. Elpiji 3 kg (Elpiji bersubsidi)

Tabung Elpiji berwarna hijau ini ditujukan untuk keperluan hidup sehari-hari bagi masyarakat menengah ke bawah

2. Elpiji 12 kg (Elpiji non subsidi)

Pada umumnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah keatas

3. Elpiji 50 kg

Oleh berbagai pihak/pengusaha/instansi, menggunakan jenis Elpiji ini lantaran praktis, cepat dan dalam jumlah yang besar serta untuk keperluan proses produksi.

Polemik LPG

Sejak tahun 2007 Pemerintah menggulirkan program konversi dari mitan ke gas. Sejak saat itulah, penggunaan gas elpiji, baik yang 3 kg atau 12 kg semakin meningkat. Berdasarkan Data nasional menunjukan bahwa: 86 % wilayah perkotaan telah menggunakan gas elpiji (18 %  pengguna elpiji 12 kg). Maka, tak dapat, dipungkiri bahwa gas Elpiji, baik yang bersubsidi maupun yang non subsidi makin diburu oleh konsumen.

Terkait dengan hal tersebut, dari survey Nielsen diperoleh data sebagai berikut:

~ LPG Non Subsidi hanya sebesar 17% dari seluruh pengguna gas rumah tangga (khusus di Indonesia)

~ LPG Bersubsidi sebanyak 79% (menempati urutan pertama dalam hal konsumsinya di Indonesia)

Diprediksikan bahwa pengguna elpiji akan semakin meningkat. Sejalan dengan penggunaan gas elpiji yang semakin memasyarakat maka harganya pun ikut mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu.

Pertamina ditaksir akan mengalami kerugian lagi di tahun 2014 ini sebesar Rp 5,4 Trilyun. Sudah saatnya masyarakat sadar dan berbenah diri untuk tidak menggunakan LPG Bersubsidi (3 Kg) dan beralih ke LPG Non Subsidi (12 Kg) untuk kemaslahatan Indonesia.

Menurut Pertamina, yang diwakili oleh Bapak Adiatma memaparkan bahwa “Pertamina mengalami kerugian dari penjualan LPG 12 kg (2009) sekitar Rp 1,1. Lalu kerugian mencapai sekitar Rp 2,1 triliun (2010). Sekitar 2011 mencapai kisaran Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun. Semuanya merupakan LPG Non Subsidi”.

Pertamina menanggung kerugian atas bisnis LPG 12 Kg dan 50 Kg selama tahun 2011 sampai dengan Oktober 2012 sebesar 7,73 Triliun (Sumber: Pertamina)

Asumsi yang dipakai dalam RKAP 2014 (CPA 833 USD/Mton, kurs 10.500 Rp/USD) pasca kenaikan harga Rp 1000 /kg di Januari 2014 diperkirakan kerugian 2014 akan mencapai Rp 5.4 Trilyun. Singkatnya Pertamina mengalami kerugian sejak tahun 2009 - 2013 telah mencapai Rp 17 Trilyun.

Berikut table harga LPG Non Subsidi & Subsidi di Indonesia dengan negara-negara lainnya di Asia.

LPG NON SUBSIDI

Sumber: Doc.Pertamina

LPG NON SUBSIDI & SUBSIDI

Sumber: Doc.Pertamina

Pengguna LPG Non Subsidi yang tidak tepat sasaran serta membludaknya akan permintaan pasar untuk LPG Non Subsidi. Mengakibatkan penyesuaian harga tabung gas melon tersebut, yang dilakukan oleh Pertamina.  Tercatat, kenaikan di awal tahun 2014, sebesar @ Rp. 1000/kg pada Januari dan Juli menjadi Rp. 6944 /kg. Lalu rencananya, pada tahun 2015 Pertamina akan menaikan harga Elpiji 12 kg pada Januari dan Juli. Tahun 2016 harga Elpiji 12 kg non subsidi diperkirakan menjadi Rp. 175.900/ tabung.

Terhitung sejak hari Rabu, 10 September 2014 pukul 00.00, harga elpiji 12 kg naik sebesar Rp1.500 per kg atau Rp18.000,-/ tabung 12 kg atau menjadi kisaran Rp.120.000,-/ tabung. Adapun harga jual Elpiji di agen menjadi Rp. 9.519 per kg atau Rp. 114.300,-/ tabung. Sebelumnya Rp. 7.731 per kg atau Rp. 92.800. Dipastikan, kenaikkan harga Elpiji 12 kg akan dilakukan setiap 6 bulan sekali hingga tahun 2016.

Berikut list penyesuaian harga LPG setiap tahunnya:

Sumber: Doc.Pertamina

Pada dasarnya, Pertamina menjual elpiji 12 kg, di bawah harga produksinya. Untuk harga jual elpiji nonsubsidi sebesar Rp 6.100 per kilogram, sementara harga pasaran mencapai Rp 12.100 per kilogram (kurs 2014). Penetapan harga tersebut,  disesuaikan dengan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Meski harga LPG di Indonesia, masih tergolong murah, dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia. Tetapi hal tersebut tetap saja mengundang berbagai reaksi dari berbagai kalangan. Terlebih lagi, bagi Chef cantik, Farah Quin, yang menyatakan bahwa dirasakan kenaikan harga LPG tentu sangat berat bagi ibu-ibu rumah tangga. Terutama bagi yang hobby masak seperti dirinya. Tak khayal, alternatif pilihan cara memasak serta peralatan masak pun harus dipikirkan pula. Dirinya mengaku terkadang harus menggunakan kompor listrik sebagai pilihan alternatif lainnya, disamping menggunakan kompor gas.

Sumber : http://m.energitoday.com/

Usut punya usut, ternyata 50 % kebutuhan gas elpiji yang beredar luar di masyarakat adalah produk impor dari luar negeri, salah satunya berasal dari Arab Saudi (ARAMCO). Jika harga elpiji internasional naik, maka harga elpiji dalam negeri juga akan naik. Hal tersebut disesuaikan dengan contract price (CP) Aramco.

Sungguh ironis bila kekayaan negeri tercintai ini yang kaya akan gas alam, serta berbagai hasil alam lainnya. Ternyata untuk kebutuhan rakyatnya masih harus mengandalkan produk dan barang impor.

Solusi LPG

Untuk menyikapi penyesuaian harga LPG yang terus meroket dan mengawasi sistem distribusinya. Maka, Pertamina memperkenalkan sistem terbarunya SIMOL3K yaitu Sistem Monitoring Distribusi LPG 3 Kg. SIMOL3K melakukan program pengawasan berbasis teknologi komputerisasi yang berperan sebagai instrumen pendeteksian dini penyalahgunaan distribusi LPG dan adanya LPG oplosan akibat disparitas (perbedaan) harga antara LPG 12 kg dan LPG 3 kg, mulai dari tangan distributor hingga ke konsumen. Pertamina pun menjamin bahwa distribusi LPG 3 kg akan lebih tepat sasaran , dengan sistem monitoring tersebut (kompas 17/8/14).

Sumber: Doc.Pertamina

Disamping melakukan program monitoring harga.Tentunya banyak hal yang perlu dilakukan oleh Pertamina mulai dari perbaikan tata niaga, kemudahan jalur distribusi, hingga sosialisasi dan edukasi kepada publik. Setidaknya, agar kondisi sosial tetap kondusif.

Terlebih lagi bila konsumen Elpiji 12 KG, beralih haluan ke Elpiji 3/ Elpiji Subsidi. Maka diperlukan kesadaran serta sikap kedewasaan dari berbagai pihak untuk saling menjaga stabilitas harga dan ketersediaan gas Elpiji dipasaran.

Karenasejatinya segala kekayaan alam dan hasilnya merupakan milik rakyat. Sesuai dengan amanah konstitusi Pasal 33  ayat (3) yang berbunyi

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Begitulah LPG  bagai “DUA SISI MATA UANG” dimana salah satu keberadaannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, disatu sisi polemik keberadaannya (harga) serta eksistensinya selalu menjadi sorotan semua pihak.

Semoga, hal tersebut dapat direalisasikan untuk kepetingan bersama. Kekompokan, kebersamaan dan kerjasama yang baik antar rakyat, pemerintah, dan berbagai kalangan. Tentunya, akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera (Amin).

Salam

Iwan  Noviyandi

Tags: elpiji12kgelpijinonsubsidi

Tags: kenaikan gas elpiji non subsidi 12 kgelpiji12kgelpijinonsubsidi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun