Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukti Ilusi Kejayaan Negara Tiap Diktator

26 September 2024   22:29 Diperbarui: 27 September 2024   00:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Xi dan Putin Minum Shot/dailystar.co.uk

Dengan tindakan provokatif seperti peluncuran rudal balistik dan ancaman invasi terhadap Taiwan, China seolah-olah mengabaikan pelajaran penting dari sejarah. Kejayaan sejati sebuah negara tidak datang dari menghancurkan negara lain atau memperluas wilayah dengan paksa, melainkan dari pembangunan yang berkelanjutan, kesejahteraan warganya, dan kontribusi positif dalam tatanan global.

Pada akhirnya, diktator yang terus-menerus mengejar ilusi kejayaan militer hanya akan menemukan kehancuran di ujung jalan mereka. Dan ketika kabut ilusi itu hilang, yang tersisa hanyalah reruntuhan kota, korban perang, dan rakyat yang menderita. Inilah kesalahan mendasar diktator dalam upayanya mewujudkan kejayaan---mereka lupa bahwa kekuatan sejati sebuah negara tidak diukur dari luas wilayahnya atau kekuatan senjatanya, melainkan dari kesejahteraan rakyatnya dan posisinya di antara bangsa-bangsa dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun