Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Elon Tak Beretika: RF Starlink SpaceX Mengganggu Planetarium

20 September 2024   21:42 Diperbarui: 21 September 2024   03:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelombang Radio Starlink SpaceX Rusak Planetarium LOFAR, Elon Abaikan Etika Ilmiah

Beginilah kalau Bilioner baru atau OKB merambah kawasan ilmiah dan sok ilmiah padahal semuanya ada peran dominan scientist bayarannya. Kesalahannya adalah bahwa semua orang sedang mengelu elukan bilioner dan sepertinya malah ikut mengkultuskan apa saja katanya menjadi kata bijak yang viral. Semua yang salah tentang Elon Musk akan menjadi viral dan dianggap pengikutnya sebagai kata kata begawan. Semua kesalahannya satu persatu dianggap kebenaran baru atau alternatif kebenaran yang harus diikuti. 

Masyarakat semakin lama semakin merindukan figur Hero karena terlibat permasalahan berat dan tidak mau menyelesaikan permasalahannya, sehingga berharap akan datangnya super hero "Sang Ratu Adil." Padahal kita semua tahu Elon Musk ataupun Trump adalah figur figur egolomania dan narsis, berarti tidak memungkinkan keluar empati terhadap permasalahan orang yang tidak penting sama sekali buat memenuhi pojok otaknya. Apalagi harus menyita waktu bersenang senangnya dalam bermain keviralan kebodohan yang bahkan kelihatan dibuat buat atau dipaksakan, demi keviralan dan ekpos ke seluruh media yang silau akan kegilaan. 

Mutualis hubungan antara Ego yang berharap viral dan media yang berharap viral juga tanpa mau berpikir tentang tanggung jawab sosial, atau mau berimbang menulis tentang keboborokannya juga, supaya masyarakat menyadari betapa toxik orang ini. Dengan demikian ekspos media yang menyuarakan kepedulian atas kesewenang wenangan ini akan sampai pada masyarakat tentang etika dan norma moderat kita yang sangat tidak nyaman. Berikut akan dibahas tentang kengawuran dan sembrononya sang Ego Bilioner Elon dalam memperlakukan ilmuawan seperti tidak eksis, yang dengan sangat sabar meneliti planet dan black holes dari stasiun teleskop planetarium tempat mereka bekerja. 

Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan ribuan satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX telah menyebabkan kekacauan besar di orbit Bumi, secara signifikan mengganggu kemampuan teleskop radio untuk melakukan pengamatan luar angkasa. Salah satu korban terbesar adalah jaringan teleskop radio Eropa bernama Low-Frequency Array (LOFAR), yang sejak tahun 2012 telah berperan penting dalam mempelajari planet, bintang, dan lubang hitam di alam semesta.

Namun, sejak SpaceX mulai meluncurkan ribuan satelit Starlink dalam lima tahun terakhir, teleskop LOFAR mengalami gangguan parah akibat pancaran gelombang radio yang tidak diinginkan dari satelit-satelit tersebut. Ini tidak hanya merusak kemampuan para astronom untuk melakukan penelitian, tetapi juga mengungkap sisi kontroversial dari Elon Musk, pendiri SpaceX, yang sering kali dianggap mengabaikan norma-norma ilmiah dan etika demi kepentingan pribadinya.

Gangguan Teknis yang Menghancurkan Pengamatan LOFAR

Menurut Jessica Dempsey, Direktur Ilmiah dan Umum Institut Astronomi Radio Belanda (ASTRON), para astronom mulai mendeteksi sinyal gangguan dari satelit generasi pertama Starlink sejak tahun lalu. Namun, masalah ini memburuk ketika SpaceX meluncurkan satelit Starlink V2 Mini, yang justru menghasilkan lebih banyak emisi elektromagnetik.

"Kami sangat terkejut. Satelit generasi baru ini menghasilkan 30 kali lebih banyak pancaran radio, dan hampir semua satelit sekarang memancarkan radiasi elektromagnetik yang mengganggu," ungkap Dempsey.

Dampak gangguan ini diibaratkan seperti mencoba melihat bintang paling redup di langit malam, namun tiba-tiba bulan purnama muncul dan menerangi segalanya. Dalam konteks teleskop LOFAR, emisi dari satelit Starlink membuat objek luar angkasa yang mereka coba pelajari menjadi sepuluh juta kali lebih redup. Gangguan ini membuat pengamatan bintang-bintang jauh, planet eksoplanet, hingga lubang hitam, menjadi hampir mustahil dilakukan.

Ketidakpedulian Musk dan Dampaknya bagi Ilmu Pengetahuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun