Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Elon Tak Beretika: RF Starlink SpaceX Mengganggu Planetarium

20 September 2024   21:42 Diperbarui: 21 September 2024   03:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elon Musk, yang sering kali dipuji karena inovasinya, kini menghadapi kritik keras karena kegagalannya dalam mengatasi masalah ini. Para ilmuwan telah berulang kali mencoba mengajak SpaceX untuk mencari solusi, namun masalah justru semakin memburuk. Meski beberapa teknisi SpaceX sempat mencoba melakukan pembicaraan, tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk menghentikan pancaran gelombang radio yang merusak ini.

Banyak yang percaya bahwa Musk, dengan egonya yang besar dan ambisi yang tak terbendung, memilih untuk mengabaikan peringatan dari komunitas ilmiah. "Dia lebih fokus pada peluncuran satelit baru setiap minggu, bahkan dengan rencana mencapai 100.000 satelit di masa depan," ujar Dempsey.

Elon Musk kerap dituding sebagai sosok yang egois dan egomania, yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dibandingkan dampak negatif jangka panjang pada ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan begitu banyak satelit yang diproyeksikan akan diluncurkan, para astronom kini khawatir bahwa penelitian dari Bumi tentang alam semesta bisa sepenuhnya terhenti. "Jika mereka benar-benar meluncurkan 100.000 satelit, kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada segala bentuk astronomi dari permukaan Bumi," tambah Dempsey.

Norma Ilmiah yang Diabaikan

Masalah ini sebenarnya bisa dihindari jika SpaceX mematuhi regulasi internasional yang sudah ditetapkan. Organisasi PBB telah menetapkan frekuensi tertentu yang dilindungi, sehingga astronomi radio dapat terus berkembang tanpa gangguan. Namun, tanpa adanya dukungan dari perusahaan seperti SpaceX untuk mematuhi aturan tersebut, kemampuan teleskop seperti LOFAR untuk mempelajari misteri alam semesta menjadi terancam.

Para ilmuwan menekankan bahwa mereka tidak meminta penghapusan satelit, namun ingin agar mereka beroperasi dalam aturan yang ada. Sayangnya, hingga saat ini, SpaceX belum memberikan respons yang memadai terkait keluhan ini.

Di sisi lain, dampak dari ambisi Musk juga semakin memperlihatkan bahwa dunia perlu lebih memperhatikan dampak teknologi besar terhadap lingkungan ilmiah. Keputusan SpaceX untuk terus meluncurkan satelit dengan sedikit perhatian pada komunitas ilmiah menunjukkan bahwa kepentingan komersial sering kali mendahului norma etika dan tanggung jawab global.

Dengan situasi ini, para astronom di seluruh dunia berharap ada langkah konkrit yang dapat diambil untuk mengatasi gangguan ini sebelum seluruh upaya penelitian luar angkasa menjadi sia-sia. Apakah Elon Musk akan mulai peduli atau terus mengabaikan etika ilmiah, hanya waktu yang akan menjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun