Starlink SpaceX Rusak Planetarium LOFAR, Elon Abaikan Etika Ilmiah
Gelombang RadioBeginilah kalau Bilioner baru atau OKB merambah kawasan ilmiah dan sok ilmiah padahal semuanya ada peran dominan scientist bayarannya. Kesalahannya adalah bahwa semua orang sedang mengelu elukan bilioner dan sepertinya malah ikut mengkultuskan apa saja katanya menjadi kata bijak yang viral. Semua yang salah tentang Elon Musk akan menjadi viral dan dianggap pengikutnya sebagai kata kata begawan. Semua kesalahannya satu persatu dianggap kebenaran baru atau alternatif kebenaran yang harus diikuti.Â
Masyarakat semakin lama semakin merindukan figur Hero karena terlibat permasalahan berat dan tidak mau menyelesaikan permasalahannya, sehingga berharap akan datangnya super hero "Sang Ratu Adil." Padahal kita semua tahu Elon Musk ataupun Trump adalah figur figur egolomania dan narsis, berarti tidak memungkinkan keluar empati terhadap permasalahan orang yang tidak penting sama sekali buat memenuhi pojok otaknya. Apalagi harus menyita waktu bersenang senangnya dalam bermain keviralan kebodohan yang bahkan kelihatan dibuat buat atau dipaksakan, demi keviralan dan ekpos ke seluruh media yang silau akan kegilaan.Â
Mutualis hubungan antara Ego yang berharap viral dan media yang berharap viral juga tanpa mau berpikir tentang tanggung jawab sosial, atau mau berimbang menulis tentang keboborokannya juga, supaya masyarakat menyadari betapa toxik orang ini. Dengan demikian ekspos media yang menyuarakan kepedulian atas kesewenang wenangan ini akan sampai pada masyarakat tentang etika dan norma moderat kita yang sangat tidak nyaman. Berikut akan dibahas tentang kengawuran dan sembrononya sang Ego Bilioner Elon dalam memperlakukan ilmuawan seperti tidak eksis, yang dengan sangat sabar meneliti planet dan black holes dari stasiun teleskop planetarium tempat mereka bekerja.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan ribuan satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX telah menyebabkan kekacauan besar di orbit Bumi, secara signifikan mengganggu kemampuan teleskop radio untuk melakukan pengamatan luar angkasa. Salah satu korban terbesar adalah jaringan teleskop radio Eropa bernama Low-Frequency Array (LOFAR), yang sejak tahun 2012 telah berperan penting dalam mempelajari planet, bintang, dan lubang hitam di alam semesta.
Namun, sejak SpaceX mulai meluncurkan ribuan satelit Starlink dalam lima tahun terakhir, teleskop LOFAR mengalami gangguan parah akibat pancaran gelombang radio yang tidak diinginkan dari satelit-satelit tersebut. Ini tidak hanya merusak kemampuan para astronom untuk melakukan penelitian, tetapi juga mengungkap sisi kontroversial dari Elon Musk, pendiri SpaceX, yang sering kali dianggap mengabaikan norma-norma ilmiah dan etika demi kepentingan pribadinya.
Gangguan Teknis yang Menghancurkan Pengamatan LOFAR
Menurut Jessica Dempsey, Direktur Ilmiah dan Umum Institut Astronomi Radio Belanda (ASTRON), para astronom mulai mendeteksi sinyal gangguan dari satelit generasi pertama Starlink sejak tahun lalu. Namun, masalah ini memburuk ketika SpaceX meluncurkan satelit Starlink V2 Mini, yang justru menghasilkan lebih banyak emisi elektromagnetik.
"Kami sangat terkejut. Satelit generasi baru ini menghasilkan 30 kali lebih banyak pancaran radio, dan hampir semua satelit sekarang memancarkan radiasi elektromagnetik yang mengganggu," ungkap Dempsey.
Dampak gangguan ini diibaratkan seperti mencoba melihat bintang paling redup di langit malam, namun tiba-tiba bulan purnama muncul dan menerangi segalanya. Dalam konteks teleskop LOFAR, emisi dari satelit Starlink membuat objek luar angkasa yang mereka coba pelajari menjadi sepuluh juta kali lebih redup. Gangguan ini membuat pengamatan bintang-bintang jauh, planet eksoplanet, hingga lubang hitam, menjadi hampir mustahil dilakukan.
Ketidakpedulian Musk dan Dampaknya bagi Ilmu Pengetahuan
Elon Musk, yang sering kali dipuji karena inovasinya, kini menghadapi kritik keras karena kegagalannya dalam mengatasi masalah ini. Para ilmuwan telah berulang kali mencoba mengajak SpaceX untuk mencari solusi, namun masalah justru semakin memburuk. Meski beberapa teknisi SpaceX sempat mencoba melakukan pembicaraan, tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk menghentikan pancaran gelombang radio yang merusak ini.
Banyak yang percaya bahwa Musk, dengan egonya yang besar dan ambisi yang tak terbendung, memilih untuk mengabaikan peringatan dari komunitas ilmiah. "Dia lebih fokus pada peluncuran satelit baru setiap minggu, bahkan dengan rencana mencapai 100.000 satelit di masa depan," ujar Dempsey.
Elon Musk kerap dituding sebagai sosok yang egois dan egomania, yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dibandingkan dampak negatif jangka panjang pada ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan begitu banyak satelit yang diproyeksikan akan diluncurkan, para astronom kini khawatir bahwa penelitian dari Bumi tentang alam semesta bisa sepenuhnya terhenti. "Jika mereka benar-benar meluncurkan 100.000 satelit, kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada segala bentuk astronomi dari permukaan Bumi," tambah Dempsey.
Norma Ilmiah yang Diabaikan
Masalah ini sebenarnya bisa dihindari jika SpaceX mematuhi regulasi internasional yang sudah ditetapkan. Organisasi PBB telah menetapkan frekuensi tertentu yang dilindungi, sehingga astronomi radio dapat terus berkembang tanpa gangguan. Namun, tanpa adanya dukungan dari perusahaan seperti SpaceX untuk mematuhi aturan tersebut, kemampuan teleskop seperti LOFAR untuk mempelajari misteri alam semesta menjadi terancam.
Para ilmuwan menekankan bahwa mereka tidak meminta penghapusan satelit, namun ingin agar mereka beroperasi dalam aturan yang ada. Sayangnya, hingga saat ini, SpaceX belum memberikan respons yang memadai terkait keluhan ini.
Di sisi lain, dampak dari ambisi Musk juga semakin memperlihatkan bahwa dunia perlu lebih memperhatikan dampak teknologi besar terhadap lingkungan ilmiah. Keputusan SpaceX untuk terus meluncurkan satelit dengan sedikit perhatian pada komunitas ilmiah menunjukkan bahwa kepentingan komersial sering kali mendahului norma etika dan tanggung jawab global.
Dengan situasi ini, para astronom di seluruh dunia berharap ada langkah konkrit yang dapat diambil untuk mengatasi gangguan ini sebelum seluruh upaya penelitian luar angkasa menjadi sia-sia. Apakah Elon Musk akan mulai peduli atau terus mengabaikan etika ilmiah, hanya waktu yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H