Dalam konteks ini, para pemuda yang merasa diabaikan mulai mencari pelarian melalui gerakan-gerakan yang cenderung menentang feminisme dan mempromosikan pandangan-pandangan konservatif tentang peran gender. Mereka merasa bahwa pergerakan wanita telah mengambil terlalu banyak ruang, dan bahwa hal ini dilakukan dengan mengorbankan hak-hak dan peluang mereka sendiri. Ketidakpuasan ini dapat dilihat dalam dukungan mereka terhadap tokoh-tokoh politik yang menyuarakan kekecewaan serupa, seperti Donald Trump di Amerika Serikat atau gerakan-gerakan kanan jauh di Eropa.
Namun, pandangan ini sebenarnya mencerminkan pemahaman yang terbatas tentang manfaat dari kesetaraan gender. Banyak pemuda gagal melihat bahwa kemajuan hak-hak wanita tidak berarti kemunduran bagi pria, tetapi justru menawarkan kesempatan bagi kedua gender untuk berkembang bersama dalam masyarakat yang lebih adil. Misalnya, mendukung cuti ayah dan mendorong pria untuk memasuki profesi yang selama ini dianggap "feminin," seperti perawat atau guru, dapat membantu menciptakan kesetaraan sejati dan mengurangi tekanan pada pria untuk selalu menjadi penyedia utama.
Sayangnya, kurangnya dukungan sosial dan panduan untuk membantu pemuda menghadapi perubahan ini hanya memperburuk situasi. Tanpa narasi baru yang lebih inklusif, yang menyambut pemuda dalam masyarakat yang setara gender, mereka akan terus merasa tersingkir dan mungkin berbalik menentang kemajuan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi gerakan wanita dan masyarakat pada umumnya untuk mengakui dan merangkul kebutuhan pemuda, menciptakan lingkungan yang mendukung bagi mereka untuk berkembang sebagai individu yang positif dan produktif dalam dunia yang semakin inklusif.
Jika kita gagal mengatasi krisis ini, kita berisiko menciptakan budaya permusuhan di antara pemuda yang merasa diabaikan, yang pada akhirnya akan menghambat kemajuan menuju kesetaraan gender yang sejati. Untuk masa depan masyarakat yang sehat dan seimbang, kita perlu meredefinisi peran pria secara positif dan mendorong kerjasama antar gender yang saling menguntungkan.
Kesimpulan Dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin menonjolkan kesetaraan gender, banyak pemuda merasa diabaikan karena mereka melihat peran tradisional pria sebagai pemimpin dan penyedia semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya peran wanita dalam masyarakat. Hal ini menciptakan rasa ketidakadilan dan ketidakpastian bagi mereka, yang diperparah oleh narasi politik yang memanfaatkan ketidakpuasan gender ini. Namun, penting untuk diingat bahwa kemajuan hak-hak wanita tidak berarti kemunduran bagi pria, melainkan kesempatan bagi kedua gender untuk berkembang bersama dalam masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Jika tidak ditangani dengan baik, ketidakpuasan ini dapat memicu permusuhan yang menghambat tercapainya kesetaraan gender yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H