Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Diplomasi Jet Tempur F-16 Ukraina Penuh Kontroversi

30 Agustus 2024   23:42 Diperbarui: 31 Agustus 2024   07:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diplomasi Jet Tempur F-16 Ukraina yang Penuh Kontroversi

Pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina, yang baru terjadi dua minggu lalu dan mulai dioperasikan sejak seminggu terakhir, telah memicu banyak perkembangan mengejutkan yang sarat kontroversi. Namun, kontroversi ini bukan semata-mata tentang perang antara Ukraina dan Rusia, melainkan lebih kepada bagaimana Ukraina berjuang mati-matian untuk mendapatkan jet tempur F-16, yang akhirnya tercapai setelah penantian panjang selama dua tahun. Ukraina gigih berupaya mengamankan wilayah udaranya dari serangan bom oleh pesawat tempur canggih Rusia maupun helikopter sederhana. Keberhasilan Ukraina untuk mandiri dalam mempertahankan wilayah udaranya setelah kegagalan mendapatkan dukungan NATO dalam bentuk zona larangan terbang, menjadi awal dari kontroversi yang menyelimuti diplomasi ini.

Kontroversi berikutnya muncul dari keinginan Ukraina untuk memiliki pesawat super canggih guna melindungi diri dari invasi dan serangan bom besar-besaran yang menyasar kota-kota besar mereka. Namun, AS dan NATO, meskipun mendukung Ukraina, tetap berusaha menjaga hubungan dengan Rusia dan menahan agresivitas Ukraina dengan berbagai cara. Ini termasuk mengulur waktu pelatihan pilot F-16 serta penundaan pengiriman pesawat tersebut. AS dan NATO juga memberlakukan pembatasan ketat, seperti melarang Ukraina menyerang fasilitas militer di dalam wilayah Rusia, meskipun itu berarti menahan serangan terhadap instalasi rudal yang digunakan untuk menghancurkan gedung-gedung di Ukraina. Hal ini bagaikan memaksa Ukraina untuk bertahan dari serangan dengan tangan terikat. Meski begitu, Ukraina akhirnya berhasil membujuk AS untuk mengizinkan mereka membela diri dengan menyerang target di dekat perbatasan Rusia, menunjukkan betapa diplomasi Ukraina harus tunduk pada aturan ketat demi terus mendapatkan dukungan senjata dari Barat sesuai dengan etika hukum internasional.

Kontroversi ketiga datang dari keputusan AS untuk tidak memberikan F-16 langsung kepada Ukraina, melainkan melalui negara-negara mitra NATO. AS kemudian mempercepat pelatihan pilot Ukraina, yang biasanya memakan waktu lebih lama, hanya dalam 6 bulan hingga 1 tahun. Namun, keberhasilan ini juga disertai dengan tantangan besar lainnya, seperti kompleksitas dalam pemeliharaan dan perawatan pesawat F-16, yang menjadi bagian dari perjuangan panjang Ukraina dalam memperoleh jet tempur ini.

Kontroversi keempat, yaitu masalah keamanan pangkalan udara. Bagaimana Ukraina bisa menerima F-16 jika pangkalan udaranya terus menjadi target rudal Rusia? Ada kekhawatiran bahwa menempatkan pesawat ini di negara-negara tetangga Ukraina bisa memicu serangan sabotase dari Rusia, sementara menempatkannya di dalam negeri tetap berisiko tinggi.

Kontroversi kelima, dan mungkin yang paling signifikan, adalah perbedaan besar dalam teknologi antara pesawat buatan Barat dan buatan Rusia yang digunakan Ukraina sebelumnya. Misalnya, indikator horizon pesawat Barat bersifat dinamis, sedangkan model Rusia dan Ukraina yang lebih tua menggunakan horizon statis. Perbedaan ini bisa membingungkan pilot Ukraina dalam situasi kritis, yang berpotensi menimbulkan risiko fatal. Faktor inilah yang diduga menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan Oleksiy Mes, pilot sekaligus komandan skuadron Ukraina, saat menerbangkan F-16.

Pada hari Senin, Oleksiy Mes tewas ketika jet tempur F-16 yang dikemudikannya jatuh saat ia tengah berusaha menahan serangan rudal besar-besaran dari Rusia. Kecelakaan ini terjadi hanya dua minggu setelah F-16 tiba di Ukraina, dan menurut laporan awal, pesawat tersebut tidak ditembak jatuh oleh musuh. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengonfirmasi bahwa untuk pertama kalinya, Ukraina menggunakan jet-jet F-16 dalam pertempuran untuk menembak jatuh rudal-rudal Rusia. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa Mes dan teamnya terlalu bersemangat menembak target-targetnya, hingga akhirnya pesawatnya terkena ledakan drone Shahid buatan Iran yang ia tembak jatuh dari jarak yang terlalu dekat. Sedangkan pernyataan resminya dari pemerintah Ukraina, penyebabnya jatuhnya pesawat yang meledak diudara disebabkan karena friendly fired karena mereka semua terlalu sibuk dan bersemangat menembak, menurut pernyataan resmi itu. Padahal kita yang mengerti dalam pada panel indikator dapat menunjukkan semua pesawat termasuk F-16 diradar yang ditandai sebagai mana teman (friend) atau musuh (foe) dalam sistem smart yang disebut Identification Friend or Foe (IFF). Jadi fakta ini membuat kita juga maklum tentang adanya perang propaganda yang tentunya tidak akan dikatakan untuk apa? Maka, kita tunggu saja, mana versi yang paling masuk akal, dan kita sebaiknya tidak main setuju saja. 

Kematian Oleksiy Mes bukan hanya tragedi, tetapi juga pengingat akan tantangan besar yang dihadapi Ukraina dalam menggunakan teknologi baru dalam situasi perang yang sangat berbahaya. Ini juga mencerminkan keberanian luar biasa dari pilot Ukraina yang terus berjuang melindungi tanah air mereka, meskipun mereka harus menghadapi ancaman serius dari udara setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun