Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Keberanian Pres Biden Melepas Kekuasaan Kepresidenan Seperti Jokowi

23 Agustus 2024   00:42 Diperbarui: 23 Agustus 2024   05:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwan AI/Biden Silhoutte

Presiden Joe Biden tidak pernah sepenuhnya menjadi seorang Demokrat dalam spektrum liberal saja atau konservatif murni. Sebaliknya, ia selalu berada di jalur utama partainya, mengikuti arah gerakan partai sepanjang beberapa dekade yang telah berlalu. Ketika Partai Demokrat bergerak ke kanan pada tahun 1990-an, Biden mengikutinya. Begitu pula ketika partai bergerak ke kiri pada tahun 2010-an, Biden dengan setia tetap beradaptasi mengikuti program partai. 

Namun, Biden tidak hanya mengikuti arus tanpa pertimbangan. Selama lebih dari 50 tahun dalam dunia politik, ia kerap menunjukkan pendapat yang kuat tentang bagaimana partainya harus berubah dan berkontribusi dalam perubahan tersebut. Jadi Biden tetaplah seorang yang sangat aktif ikut membentuk dan mempengaruhi parta Demokrat yang sepenuhnya menyatu

Dalam pidato yang disampaikannya di konvensi Demokrat di Chicago tadi malam jam 23:00 8/20/2024, Biden menandai langkah besar dalam perpisahan politiknya, menggambarkan bagaimana kepresidenannya telah saling mengisi dan membentuk partainya dan memberikan sumbangan tentang gambaran mengenai kemungkinan arah yang akan diambil oleh Wakil Presiden Kamala Harris di masa depan. Apresiasi datang bertubi tubi hingga 22/8/2024 di konvensi partai Demokrat di 2 lokasi di kota Chicago dan dikota tempat kampanye Kamala Harris lainnya dalam bentuk online. 

Semuanya setuju untuk meneriakkan rasa terima kasih mereka pada presiden Biden yang telah memberikan hasil nyata mensejahterakan rakyat Amerika.Baik dari Hillary Clinton dan suaminya Bill Clinton dalam pidato mereka, Juga mantan presiden Obama dan Michelle istrinya sangat memuji kerendahan hatinya yang memberikan estafet kekuasaan pada wakilnya dan tidak terobsesi dengan jabatan kepresidenan, pada hal kalau mau semuanya juga siap membantunya, tetapi Biden memilih membuat sejarah capres wanita pertama berdarah India untuk memangku jabatan sebagai presiden AS.

Banyaknya ungkapan terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya atas kinerja pemerintahan Biden mendorong kita untuk menggali, benarkah? Apakah hanya karena keberaniannya bereksperimen dengan wanita asal India yang beragama Hindu Kristen untuk dicalonkan sebagai presiden saja dianggap prestasi keberanian? Eksperimen demokrasi memang harus, supaya tidak mati, tetapi apakah demikian saja? Rupanya eksperimen demokrasi di AS lebih kompleks masalahnya ketimbang keberanian mencoba bereksperimen dengan minoritas untuk menjadi pemimpin. 

Berikut adalah warisan Biden untuk rakyatnya yang selalu membutuhkan kesempatan untuk maju secara united atau bersama maupun secara individual. Adakah pemimpin dunia yang mempunyai keberanian untuk tidak memimpin lagi? Apalagi, adakah pemimpin AS pria berkulit putih, mempunyai mental baja dan berani memberikan tongkat estafet pada kaum wanita, terlebih lagi berdarah India pula? Mampukan pemimpin seperti Jokowi melepaskan kepresidenannya tanpa terus bergelantung pada kekuasaan presiden yang baru?

1. Neo Populisme Biden

Biden selalu memahami ketidakpuasan kelas pekerja yang dirasakan oleh banyak warga Amerika. Karir politiknya dimulai pada tahun 1972 ketika ia mengalahkan seorang senator Republik di Delaware, meskipun saat itu Richard Nixon memenangkan pemilu secara besar-besaran. Biden muncul sebagai seorang Demokrat yang berbeda, dengan citra yang lebih merakyat dibandingkan dengan calon presiden Demokrat tahun itu, George McGovern. Ia menjauhkan diri dari semangat liberal elitis tahun 1960-an dan mengusung citra populis ekonomi, mengkritik para penghindar wajib militer dan "para jutawan yang tidak membayar pajak sama sekali."

Lima dekade kemudian, Biden menjadi presiden Demokrat yang paling populis dalam sejarah modern. Kebijakan populisme ini bukan hanya karena latar belakangnya, tetapi juga karena kegagalan kebijakan ekonomi berbasis perusahaan raksasa yang diidentikan dengan pasar yang selama setengah abad terakhir tidak berhasil memberikan kesejahteraan yang merata. Alih-alih fokus pada perjanjian dagang, Biden berusaha membangun dan menata kembali industri manufaktur Amerika. 

Dia bergabung dengan barisan pekerja di garis depan, bahkan ikut berpartisipasi aktif dalam demo labor union. Ini menunjukkan bahwa Biden adalah presiden bersama regulator kongress partai Demokrat yang jelas pro-pekerja. Sebagai presiden kelas menengah, Biden berani memberikan kekuasaan kepada Medicare untuk menantang industrialis farmasi dan menegosiasikan harga obat. Yang paling mencengangkan Biden berani terus berusaha mengakhiri kekuasaan monopolistik dan kartel perusahaan, yang selama dekade sebelumnya pemerintah mempunyai regulasi antitrust yang sangat lemah. Atau kalau dari kacamata partai Republik dan Trump yang pro praktek kartelisasi dan monopolistik, yang dijanjikan  akan memberikan trickle down wealth effect

Dengan demikian tadi malam dalam pidatonya, Biden menyampaikan keberhasilannya dalam membangun kembali "tulang punggung kelas menengah." Ia mengatakan, "Kita akhirnya mengalahkan Big Pharma," dan mengungkap fakta bahwa "Wall Street tidak membangun Amerika, melainkan rakyat kelas menengah yang membangun Amerika." Ini adalah kebijakan ekonomi yang sebagian besar populer meskipun Biden sendiri tidak begitu populer, karena keterbatasannya dalam mengkomunikasikan itu semua. 

Biden selalu menyombongkan diri sebagai pekerja Presiden yang sebenarnya bekerja keras untuk menembus semua keberhasilan itu, ketimbang sesumbar keberhasilan palsu yang lebih enak didengar telinga orang awam, seperti Trump. Jika pergeseran Partai Demokrat menjauh dari neoliberalisme dan menuju apa yang disebut sebagai neo populisme terus berlanjut, maka masa kepresidenan Biden akan menjadi alasan utama. Proposal awal Kamala Harris dalam bidang ekonomi menunjukkan bahwa pergeseran ini kemungkinan besar akan berlanjut jika dia menang, seperti yang dikatakan dalam kekagumannya pada Bidenomic yang mampu makin mampu mempertahankan kepemimpinan ekonomi global.

2. Bipartisanship Tetap Hidup

Biden sering berbicara tentang bagaimana dia berhasil membuktikan keraguannya, terkadang dengan sedikit hiperbola. Namun, ada satu aspek dari kepresidenannya yang layak untuk dibanggakan: keberhasilannya yang mengejutkan dalam meloloskan undang-undang bipartisan. Dia telah menandatangani berbagai undang-undang bipartisan tentang infrastruktur, chip semikonduktor, bantuan Ukraina, dan TikTok, undang undang anti kejahatan dan kebencian terhadap orang Asia, sistem penerbangan, proses pemilihan, kekerasan senjata, Layanan Pos, pernikahan sesama jenis, dan kesehatan para veteran. Dalam situasi politik yang terpolarisasi, keberhasilan Biden telah menunjukkan bahwa kerjasama bipartisan sangat menjanjikan untuk diteruskan.

Dia menarik dari pengalaman panjangnya di Senat untuk membantu meloloskan berbagai undang-undang dalam cara bipartisan model Biden ini. Dia menolak untuk menganggap Partai Republik sebagai musuh dan tetap optimis akan kelihaiannya bekerjasama bipartisan yang bahkan sering kali dilakukan dari belakang layar ketika negosiasi mandek. Seperti pada periode kepresidenan Obama, Biden menjadi kunci kerja sama yang menggolkan affordable care act atau Obama care. Namun, apakah Kamala Harris akan menunjukkan kesabaran dan kaliber negosiasi bipartisan yang sama? Dan apakah anggota Kongres dari Partai Republik tetap bersedia bekerja sama dengan penggantinya? Hal ini masih menjadi tanda tanya. Satu yang diajarkan pada Harris adalah model bipartisan Biden yang hasilnya selalu membanggakan tingkat keberhasilannya.

3. Perang Dingin Baru

Biden sering mengatakan bahwa dunia sedang menyaksikan perjuangan antara demokrasi dan otokrasi. Meskipun ada perdebatan mengenai detailnya, pada dasarnya pandangannya benar. Sekutu AS sebagian besar adalah negara-negara demokrasi, termasuk Eropa Barat, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Australia, Meksiko, dan Kanada. Negara-negara yang memandang AS sebagai musuh adalah otokrasi---China, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Semakin lama, otokrasi-otokrasi ini bekerja sama satu sama lain. 

Bahkan Jokowi juga pernah berada pada sisi sejarah yang salah dengan keinginannya untuk bergabung dengan BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) untuk melawan hegemoni global oleh kelompok anti penjajahan Ukraina. Karena ternyata BRIC ini gagal total, dan sekarang semua negara sudah dilarang bertransaksi dengan Rusia, sang penjajah diktator otoriter diera modern ini. Dengan demikian klasifikasi perang dingin ini kurang tepat karena kekuasaan Rusia sudah diamputasi oleh dunia tinggal China yang menggantikan posisi negara adidaya nomor 2.

Biden mendefinisikan Amerika Serikat sebagai pemain utama dalam aliansi demokrasi untuk melawan diktator otokrasi. Sebagai presiden, dia menghadapi China secara ekonomi dan sudah dan akan terus membela Taiwan. Dia membentuk koalisi pro-Ukraina setelah Rusia menginvasi negara tersebut. Dia menarik diri dari Afghanistan, memenuhi klausul perjanjian Trump dengan Taliban, walaupun meninggalkan Afganistan dengan kekacauan, sebagian karena keterbatasan waktu strategisnya yang terbatas dalam persetujuan Trump atas penarikan AS dari Afghanistan. 

Dalam diplomasinya Biden juga mengubah sikap awalnya yang anti bekerja sama dengan pangeran Salman dari Arab Saudi, yang dipersalahkan telah terlibat langsung dalam pembunuhan wartawan Washington post, Kasogi. Jadi seolah olah Biden telah bersekutu dengan pangeran otokratis, dan dalam menciptakan kekuatan penyeimbang terhadap Iran. Demikian juga, dia tetap mendukung Israel sekaligus mengirimkan bantuan pangan dan kesehatan, juga menegosiasikan kedamaian dalam mencegah kematian dan kehancuran di Gaza. Ini sangat kontras dengan partai Republik atau Trump yang sangat pro Israel bahkan memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem. Biden beberapa kali mengancam dan memberikan sanksi pada Netanyahu dibanding kemesraan Netanyahu dengan Trump.

Kebijakan luar negeri Biden menurut para pengamat politik didasarkan pada gagasan bahwa dunia telah memasuki perang dingin baru (tetapi Biden menolak istilah tersebut). Sedangkan penerusnya Harris, dalam kampanyenya sejauh ini belum banyak berbicara tentang kebijakan luar negeri atau pandangannya tentang dunia. Tetapi dapat dilihat dalam beberapa panggung Eropa bahwa Harris bersama Biden membela Ukraina dalam perang melawan penjajahan Rusia. Mungkin hal ini akan mulai terlihat jelas dalam konvensi partai Demokrat sejak 19/8/2024 sampai 22/8/2024 atau akhir minggu ini, yang tentunya tidak atau sedikit perubahan haluan yang signifikan, karena agenda populis manusiawi yang selama ini selalu diutamakan dalam kebijakan Harris. 

Warisan Presiden Biden, yang meliputi neo populisme, bipartisanship, dan kebijakan luar negeri yang tegas dalam menghadapi kebijakan otokrasi Trump, telah membentuk Partai Demokrat dan akan terus berdampak besar pada masa depan politik Amerika, baik dalam kepemimpinan Kamala Harris maupun dalam dinamika global yang sedang berlangsung.

Kesimpulannya, Presiden Biden telah membentuk warisan politik yang mencakup pergeseran menuju neo populisme, keberhasilan dalam mencapai kerjasama bipartisanship, dan pendekatan tegas terhadap kebijakan luar negeri dalam menghadapi otokrasi global. Warisan ini tidak hanya mengarahkan Partai Demokrat tetapi juga akan berpengaruh pada masa depan politik Amerika dan hubungan internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun