Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilai Karakter Elon Musk dari Afiliasi Politik & Kebebasan Berekspresinya

21 Agustus 2024   00:40 Diperbarui: 21 Agustus 2024   02:29 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
futurism.com/transplantasi neuralink di otak

Memuliakan kekerasan dan kepalsuan demi keterlibatan jangka pendek mungkin meningkatkan keuntungan awal, tetapi ini berisiko merusak platform Elon Musk dan masyarakat luas dalam jangka panjang. Sementara sensasionalisme mungkin mendorong interaksi pengguna secara langsung, hal itu merusak kepercayaan dan dapat menyebabkan konsekuensi dunia nyata, seperti pemberontakan 6 Januari. Diskursus sipil yang sehat akan mendorong keterlibatan yang berkelanjutan dan selaras dengan tanggung jawab etis, serta menjanjikan profitabilitas jangka panjang yang lebih stabil. 

Mengabaikan hal ini demi keuntungan jangka pendek mungkin akan merugikan, mengundang pengawasan regulasi, kehilangan pengguna, dan merusak reputasi dalam jangka panjang. Elon Musk belum memberikan pernyataan publik yang signifikan yang menunjukkan penyesalan karena memprioritaskan tujuan keterlibatan jangka pendek di atas konsekuensi jangka panjang di platformnya, terutama di Twitter/X. 

Fokusnya sering kali pada pembelaan terhadap apa yang dia anggap sebagai "kebebasan berbicara" dan moderasi konten yang minimal, meskipun di tengah kritik karena memungkinkan narasi berbahaya menyebar. Namun, dampak negatifnya, termasuk misinformasi dan retorika kekerasan, telah menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan dan tanggung jawab etis dari pendekatan ini, meskipun Musk belum menyatakan penyesalan yang jelas atas pengorbanan ini.

Apakah dia menyadari bahwa kekerasan dan kepalsuan dalam kebebasan berbicara telah menargetkan nyawa sipil dan membahayakan individu seperti Paul Pelosi yang kepalanya dipukul dengan palu atau Shay Moss yang hidupnya menjadi sengsara, serta orang lain dan masyarakat? Apakah pada suatu titik dia harus membayar atas platform kebebasan berbicara yang penuh kekerasan ini? 

Pendekatan Elon Musk terhadap kebebasan berbicara di X memang telah memicu kontroversi besar, terutama dalam kaitannya dengan bagaimana hal ini berinteraksi dengan bahaya di dunia nyata. Para kritikus berpendapat bahwa kebijakan Musk, yang memprioritaskan moderasi konten yang minimal, telah memfasilitasi penyebaran misinformasi dan retorika berbahaya, yang berkontribusi pada insiden seperti pemberontakan Capitol pada 6 Januari dan ancaman terhadap individu seperti Paul Pelosi dan Shay Moss.

Pertanyaan apakah Musk menyadari sepenuhnya dampak dari kebijakan platformnya adalah hal yang kompleks. Di satu sisi, Musk telah membela pendiriannya tentang kebebasan berbicara sebagai komitmen terhadap dialog terbuka dan sensor yang minimal. Dia berargumen bahwa membiarkan berbagai bentuk percakapan, bahkan jika itu termasuk konten yang kontroversial atau berbahaya, adalah esensial untuk diskusi publik yang dinamis. Dari sudut pandang ini, pendekatannya mungkin mencerminkan keyakinan tulus pada prinsip-prinsip kebebasan berbicara, daripada pengabaian yang disengaja terhadap potensi bahaya.

Di sisi lain, kebijakan Musk telah menghadapi kritik karena potensinya untuk memperbesar konten berbahaya dan memungkinkan perilaku merugikan. Penyebaran misinformasi dan retorika kekerasan di X telah memiliki efek nyata pada individu dan masyarakat, berkontribusi pada kekerasan dan intimidasi di dunia nyata. Fokus pada metrik keterlibatan dan sensasionalisme kadang-kadang bisa mengesampingkan tanggung jawab platform untuk mengurangi dampak buruk dan mempromosikan diskusi yang sehat.

Mengenai pertanggungjawaban, apakah Musk akan menghadapi konsekuensi atas dampak dari kebijakannya tergantung pada berbagai faktor, termasuk pengawasan regulasi, reaksi publik, dan tantangan hukum potensial. Platform seperti X semakin diawasi karena regulator dan pemangku kepentingan menilai peran mereka dalam mengelola konten berbahaya dan memastikan keselamatan pengguna. 

Meskipun Musk belum secara terbuka mengungkapkan penyesalan yang signifikan atas pendekatannya, perdebatan yang sedang berlangsung dan potensi tindakan hukum dan regulasi dapat mempengaruhi keputusan dan langkah pertanggungjawaban di masa depan.

Komitmen Musk terhadap kebebasan berbicara mungkin berakar pada sikap filosofis, tetapi konsekuensi nyata dari kebijakannya sangat signifikan. Diskusi yang lebih luas tentang tanggung jawab etis platform media sosial dan potensi konsekuensi regulasi atau hukum akan memainkan peran penting dalam menangani masalah-masalah ini.

Pemahaman yang mendalam tentang kebebasan berbicara sangat relevan bagi Elon Musk untuk mengerahkan semua sumber dayanya dalam mempelajari lebih lanjut atau memahami sepenuhnya masalah ini, karena kebebasan berbicara tidak sesederhana yang terlihat. Kebebasan berbicara harus lebih bertanggung jawab dan beradab dalam negara yang bertanggung jawab dan beradab di mana dia tinggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun