Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harapan Kemerdekaan, Demokrasi, Keadilan, dan Kesejahteraan

15 Agustus 2024   23:46 Diperbarui: 16 Agustus 2024   00:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
slideserve.org/world bank/india case

Korupsi Jabatan 

Sebentar lagi jabatan dibagi,  

dari menteri hingga mantri,

Bukan demi prestasi, tapi demi kuasa,

Kursi dijual, dengan harga setara,

Menggadaikan nurani, demi amankan kuasa. 

Korupsi bagi bagi jabatan, 

Korupsi paling jelas dan nyata,

Keyakinan program kampanye sendiri

Keyakinan anggota partai digadai

Semua demi jabatan menteri 


Menukar tanggung jawab dengan ambisi.
Menteri ikut agenda mustahil

Janji anggota partai terzalimi

Setiap tanda tangan adalah perangkap,
Bukan untuk rakyat, hanya kepentingan yang didekap. 

Di balik meja, kesepakatan kelam,
Korupsi bertahta diatas dosa, 

Tenggelamkan hukum dan amanah,
Penantian rakyat tiada tara

Debat program Capres percuma

Mengapa sesat dan ingkar

Tergadai hebatnya agenda 

Tetap setia ikut partai abai

Semua petinggi lalai

Bergabung kabinet alai

Kapan hati nurani bangkit,
Mungkin adil hanya di hati mandiri 

Hancurkan kuasa korup dan licik.

Korupsi menjalar, merusak norma abadi,
Mengubah emas menjadi ilusi


Kelicikan dan kelihaian dimotori

Cepat dan banyak tipu daya menari

Apakah politik ilmu atau seni

Semua dikuasai keluarga sendiri,
Keadilan dan kemerdekaan masih dinanti. 

Benteng catur kuasa pejabat keluarga 

Loyalitas kabinet jaminan kuasa

Transformasi atau kooptasi lembaga 

Aparat negara menjamin perkara

Semua duduk di tahta maya

Katakan tidak, meski iya
Kebenaran jabatan dipalsukan

Hukum keadilan diputar mainkan

Etika dan moral dijual obral,
KKN kuasai, jalari semua pasal pasal. 

Dalam gelap, semuanya berharap

harapan bangkit mulai mengungkit,
Dari hukum dan keadilan tersekap

Hati nurani mulai menjerit

Oposisi tidak tahan dibekap

Teriakan korban keadilan bersaut

Perjuangan merdeka tidak surut.
Rakyat korban tidak pernah bersungut

Pergerakan keadilan terus menuntut

Walau sendiri dan bersatu menentang maut

Api kemerdekaan dan keadilan 

Dari demokrasi dan hak asasi tertekan

Suatu saat akan terang menyala,

Menyilaukan terjang semua mata
Menuntut hak, majukan bangsa. 

Pemimpin sejati melayani, 

menjaga jabatan suci

Hati dan nurani berarti

Menurut ajaran pendiri

Oposisi akan mencari cari

Semua kesalahan dikoreksi

Makan hak rakyat secara rakus,
Setiap tindakan menabur benih,
Kesejahteraan, damai sudah putus

Kebebasan rakyat adalah harus,
Kebersihan negeri harus ditebus 

Menurut penelitian AS, Ketika anggaran dan pengeluaran independensi meningkat pesat secara nasional, penuntutan korupsi publik justru menurun. Tren serupa juga terlihat di beberapa negara bagian. Data menunjukkan bahwa negara bagian yang paling terpengaruh oleh gerakan anti korupsi rakyat mengalami penurunan korupsi yang lebih tajam. 

Penelitian tentang korupsi jabatan dan uang ini sejalan dengan studi akademis serupa yang dihasilkan oleh  Philip Nichols berpendapat bahwa menurunkan batas kontribusi kampanye justru bisa meningkatkan kemungkinan korupsi. Hal ini karena meningkatkan biaya transaksi untuk mengumpulkan uang akan meningkatkan manfaat dari penggalangan dana secara korup. 

Legalitas pengeluaran politik independen mungkin telah menurunkan biaya transaksi bagi aktor politik dengan memberi publik lebih banyak kesempatan untuk menyebarkan pesan politik secara legal. Kemungkinan besar, peningkatan pengeluaran independen menyebabkan penurunan korupsi dengan mengurangi manfaat dari tindakan korup. 

Yang paling penting, tidak ada bukti hubungan sebab-akibat antara gerakan anti korupsi dan peningkatan korupsi publik. Tingkat korupsi umumnya tidak terpengaruh oleh pengeluaran politik independen. Hukum pembiayaan kampanye, yang secara alami membatasi kebebasan individu untuk terlibat dalam kegiatan politik, berfungsi untuk mencegah korupsi. 

Namun, pejabat pemerintah harus berhati-hati dalam menerapkan undang-undang yang memaksa hanya ketika hukum tersebut benar-benar menargetkan perilaku koruptif. Ketidakhadiran hubungan antara pengeluaran independen dan korupsi menunjukkan tidak adanya hubungan atau adanya hubungan di mana peningkatan kebebasan berbicara melalui pengeluaran independen sebenarnya menguntungkan masyarakat. 

Mengingat temuan ini, kita harus sangat berhati-hati sebelum mengambil tindakan untuk membatalkan atau melemahkan gerakan anti korupsi. Selain itu, para kritikus lembaga anti korupsi harus mengevaluasi kembali keyakinan mereka tentang hubungan antara pengeluaran independen dan korupsi hingga ditemukan bukti lebih lanjut.  

Menteri Kabinet Parlementer Akan Diteruskan Prabowo, Dari Jokowi?

Corruption spreads its greedy hand,
Turning gold to dust in every land,
Where wealth is earned by twisted means,
And justice fades in darkened scenes.  

The powerful sit on thrones of lies,
Trading truth for their disguise,
While laws are bent, and morals sold,
As money paves the paths of old. 

But in the shadows, hope must rise,
For fair and just law never dies.
A people's will, strong and bright,
To claim their future, to reclaim their right. 

Puisi Menyongsong Hari Kemerdekaan Berdemokrasi

Where leaders serve, not self nor greed,
And every action plants a seed,
Of welfare, peace, and liberty,
A nation built on equity.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun