Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Perdamaian Menjauh Karena Saling Serang Hamas vs Israel Tiada Hentinya

1 Agustus 2024   02:58 Diperbarui: 1 Agustus 2024   02:59 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tellerreport.com: Mahmoud Abbas, Ismail Haniyeh

Terbununya Ismail Haniyeh di Iran: Fase Baru dalam Konflik Israel-Hamas

Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan di Teheran, menandai eskalasi signifikan dan tak terduga dalam konflik antara Israel dan kelompok militan tersebut. Menurut media pemerintah Iran IRNA, serangan terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat pada 31 Juli 2024, dengan menggunakan "proyektil berpemandu udara." Insiden ini terjadi tepat setelah Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, terlihat pada unggahan foto kehadirannya di sore hari atau 9 jam sebelumnya, Hamas merilis gambar Haniyeh bertemu dengan pejabat Iran di Teheran. Media yang terafiliasi dengan negara, Fars, melaporkan bahwa Haniyeh tinggal di sebuah kediaman di utara Teheran pada saat serangan tersebut.

Pembunuhan Ismail Haniyeh telah membawa konflik Israel-Hamas yang sudah tegang ke fase baru yang berbahaya dan tidak pasti. Serangan yang terjadi pada dini hari itu mengejutkan semua pihak yang menginginkan perdamaian di kawasan tersebut, dan ini tentunya sudah meningkatkan kekhawatiran akan resiko kekerasan dan ketidakstabilan kawasan yang lebih besar, dengan selalu diikutinya dengan pembalasan selanjutnya.

Media pemerintah Iran, IRNA, mengkonfirmasi rincian serangan tersebut, yang terjadi hanya sehari setelah presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, dilantik. Haniyeh, yang dikenal karena upaya diplomatiknya dan kepemimpinannya dalam Hamas, berada di Teheran untuk pertemuan dengan pejabat Iran. Dengan ditunjukkan eratnya hubungan dengan perdana menteri yang baru, diharapkan dapat menjamin dukungan pasokan material untuk persenjataan dan roket Qassam tidak berhenti.  Kehadirannya di Iran menunjukkan hubungan dekat antara Hamas dan pemerintah Iran, hubungan yang penting bagi strategi militer dan politik Hamas.

Pembunuhan ini memicu spekulasi luas tentang pelaku dan motif di balik serangan tersebut. Meskipun belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab secara resmi, kecurigaan secara alami mengarah pada Israel, mengingat kebijakan lama mereka yang mentargetkan pemimpin Hamas. Penggunaan drone dan jenis proyektil yang ditemukan di tubuh Haniyeh menambah spekulasi, meskipun belum ada bukti pasti yang menghubungkan serangan tersebut dengan pelaku tertentu.

Kematian Haniyeh tidak hanya memperburuk ketegangan antara Israel dan Hamas, tetapi juga menyoroti dinamika politik yang kompleks seputar konflik Israel-Palestina. Selama bertahun-tahun, Israel di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu dan politisi sayap kanan lainnya telah mengejar strategi yang secara efektif mendanai dan memperkuat posisi Hamas di Gaza, sebagai menciptakan ancaman yang menyatukan rakyat Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu (Fear Mongering Strategy), disamping juga strategi pemanfaatan penduduk Gaza sebagai buruh migran murah. Selain itu juga strategi untuk  melemahkan Otoritas Fatah Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas dan memcah belah atau mencegah terbentuknya negara Palestina yang bersatu. Dengan memungkinkan suntikan pendanaan tunai dan izin kerja bagi pekerja Gaza, Israel mempertahankan ketenangan yang rapuh sambil menjaga wilayah Palestina tetap terbagi.

Namun, kebijakan ini memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan. Hamas menggunakan periode stabilitas relatif yang diciptakan Netanyahu untuk memperkuat kemampuan militernya di samping juga menggunakan pendanaan Netanyahu, yang berpuncak pada serangan besar pada Oktober 2023. Serangan ini, yang melibatkan penyeberangan perbatasan dan serangan berskala besar, mengungkap kelemahan dalam kebijakan mentoleransi kekerasan sporadis demi perdamaian sementara.

Ismail Haniyeh, tokoh kunci dalam lanskap geopolitik yang kompleks ini, telah menjadi pemimpin terkemuka dalam Hamas sejak 2017. Dikenal karena upaya diplomatiknya, Haniyeh sering bolak-balik antara negara-negara seperti Turki, Qatar, dan Mesir, mencari untuk menengahi perjanjian gencatan senjata dan mendapatkan dukungan untuk perjuangan Palestina. Meskipun terlibat dalam diplomasi, Haniyeh tetap berkomitmen pada perlawanan bersenjata terhadap Israel, mencerminkan strategi Hamas yang lebih luas.

Kematian Haniyeh merupakan pukulan besar bagi Hamas, baik secara politik maupun simbolis. Sebagai pemimpin yang berhasil menyeimbangkan peran militan dan diplomatik, pembunuhannya menimbulkan pertanyaan tentang arah masa depan kelompok tersebut. Insiden ini juga memperburuk spekulasi tentang dinamika internal dalam Hamas dan potensi perebutan kekuasaan setelah kematiannya.

Selain itu, pembunuhan Haniyeh di Iran, sekutu utama Hamas, menyoroti implikasi regional yang lebih luas dari konflik Israel-Palestina. Dukungan Iran terhadap Hamas telah menjadi faktor penting dalam kemampuan kelompok tersebut untuk mempertahankan operasi dan kapabilitas militernya. Oleh karena itu, serangan terhadap Haniyeh tidak hanya berdampak pada Hamas tetapi juga berpotensi merenggangkan hubungan Iran dengan pemain regional lainnya dan meningkatkan ketegangan di seluruh Timur Tengah.

Saat kawasan ini bergulat dengan implikasi kematian Haniyeh, masa depan kebijakan Israel terhadap Gaza dan wilayah Palestina tetap tidak pasti. Pembunuhan ini menjadi pengingat tegas akan kompleksitas dan konsekuensi tak terduga dari strategi politik di kawasan yang penuh dengan konflik dan ketegangan. Hal ini juga menyoroti tantangan berkelanjutan dalam menemukan jalan menuju perdamaian dan stabilitas di tengah latar belakang permusuhan mendalam dan persaingan geopolitik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun