Badan Informasi Energi AS memperkirakan produksi LNG Amerika akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050 -- tidak peduli apa yang dikatakan oleh kelompok lingkungan hidup.Â
Amerika kini bahkan memasok ke Timur Tengah, karena Sempra, sebuah perusahaan energi Amerika, baru-baru ini mencapai kesepakatan dengan Aramco dari Arab Saudi untuk memasok 5 juta ton LNG per tahun.Â
Besarnya perkiraan ekspansi perdagangan LNG global dibuktikan dengan fakta bahwa 700 juta ton akan dikirimkan pada tahun 2030, naik dari 401 juta ton saat ini.Â
"Potensi peningkatan besar-besaran ini merupakan bukti nyata bahwa dunia masih membutuhkan lebih banyak LNG," kata IGU.Â
Hal ini akan menjadi perhatian bagi para produsen LNG Amerika, yang siap meningkatkan ekspor ketika Rusia semakin terjerumus ke dalam jurang geopolitik.Â
Kesimpulan:
Invasi Vladimir Putin ke Ukraina pada tahun 2022 mengubah lanskap energi global, secara tidak langsung menguntungkan Amerika Serikat. Ketika negara-negara Eropa menghentikan impor gas dari Rusia, AS muncul sebagai pahlawan penyelamat atau pemasok utama gas alam cair (LNG), mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh Rusia. Pada tahun 2023, perdagangan LNG global melampaui 400 juta ton, dengan AS menyumbang 85 juta ton, menjadikannya eksportir terbesar di dunia. Namun, ketergantungan yang besar pada LNG AS menimbulkan tantangan baru karena biaya pengiriman dan dampak lingkungan yang signifikan. Inggris dan Eropa sekarang bergantung pada AS untuk keamanan energi, tetapi diperkirakan hal ini dapat menciptakan masalah baru, termasuk biaya impor yang tinggi dan peningkatan ketergantungan pada sumber energi asing. Eropa dan Inggris perlu mendiversifikasi sumber energi mereka dan berinvestasi dalam infrastruktur LNG untuk memastikan keamanan energi jangka panjang dan mengurangi ketergantungan pada Rusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H