Tren Sukses Perjuangan Buruh, dalam kasus Starbucks
Serikat pekerja Starbuck telah meraih sejumlah kemenangan besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di industri otomotif dan film Hollywood. Namun jika buruh yang terorganisir benar-benar ingin bangkit jaya lagi di Amerika Serikat, maka mereka tidak bisa begitu saja mendapatkan kenaikan gaji, bagi para pekerja yang mereka wakili seperti pada jaman dulu. Organisasi buruh di masa lalu memang kokoh kuat dan mempunyai bargaining power atau daya tawar yang tinggi. Oleh karena perlu dibangun lagi, dan perlu dilakukan untuk juga mengorganisir pekerja baru dan mengembalikan mayoritas jumlah buruh, atau membalikkan tren penurunan keanggotaan serikat pekerja yang telah berlangsung selama beberapa dekade.Â
Ini seperti politik permainan pengusaha yang menolak atau berusaha membubarkan organisasi buruh. Di lain pihak buruh atau pekerja selalu berada di posisi korban, seperti korban upah upah minim yang tidak mencukupi untuk hidup sehat dan kuat untuk melakukan aktivitas produksi maksimum, ataupun pengembangan diri lebih lanjut. Maka mereka membentuk organisasi pekerja untuk dapat menuntut atau memaksa administratur perusahaan memberikan tingkat gaji dan tunjangan yang layak atau manusiawi. Sedangkan di lain pihak administratur tersebut selalu berusaha mendapatkan bonus, caranya menekan ongkos dan biaya usaha yang didalamnya termasuk gaji dan tunjangan pekerja. Yang aneh bahwa administratur juga pekerja yang mengkhianati sendiri akan hakikatnya sebagai pekerja dan pernah juga meniti sebagai pekerja rendahan.Atau lebih silau atau memberati berapa bonus yang dijanjikan untuk menyengsarakan pekerja. Dalam perekonomian modern masih banyak administratur yang tidak segan segan menyengsarakan atau membuat hidup pekerjanya sangat sulit untuk melakukan aktivitas produksi maksimal. Sehingga memang aneh kalau cara berfikir ini dipakai. Walaupun mereka semua tahu dan bisa mengandalkan hasil produksi maksimal dari pemberian upah dan tunjangan yang layak untuk memaksimalkan produksi dan kualitas sekaligus.Â
Para administratur juga tahu bahwa ada ukuran metrik yang bisa dipakai untuk mengukur seberapa bonus mereka kalau semua pegawainya produktif dan teliti dalam membuat produk berkualitas tinggi. Tetapi menurut pengalaman, walaupun di perusahaan yang serba canggih pun, mereka cenderung tidak mau menghitung bonus yang hilang, melainkan tetap menghitung input dan output secara konservatif, yaitu sejumlah pegawai menghasilkan sejumlah output dalam rasio tetap, dan hanya mentolerir deviasi kurang dari 5%. Tanpa memperhitungkan dalam variable ini berapa upah pegawai yang bisa mengangkat kurva produksi dan keuntungan ataupun bonus nantinya. Semua administratur biasanya senang dengan apa yang ada secara stabil tanpa mau merubah, karena harus menghadapi pengusaha yang harus setuju dengan model ini, dengan catatan kalaupun mereka tahu. Belum ditambah adanya pengertian kalau semua buruh dan pekerjanya tiba tiba menjadi kaya raya, maka semua produksi akan habis terjual karena semua buruh di suatu negara pasti mampu membeli apa saja. Adanya pengertian dasar ini ternyata tidak juga diketahui atau dipercaya oleh mereka semua yang berpikir serba konservatif..Oleh karena itu tidak heran semua pengusaha dan adminsitratur tidak menyukai organisasi yang bisa menekan dan mengancam untuk mendapatkan upah yang layak untuk melakukan aktivitas produksi yang berkualitas, dan berkembang atau inovatif.
Itu sebabnya kejadian baru-baru ini dan viral di Starbucks menjadi sangat penting, siapa yang tidak kenal Starbucks yang ada di seantero dunia? Â Akhirnya, perusahaan Starbucks dan serikat pekerjanya sudah hampir mencapai pada penandatanganan kontrak kerja. Sementara ini anggota serikat pekerja mewakili lebih dari 400 dari 10.000 keseluruhan jumlah gerai Starbucks di AS. Kontrak yang segera akan ditandatangani mencakup upah, tunjangan, dan kebijakan disipliner. Inilah potret kekuasaan administratur Starbucks dalam menekan atau mencegah bertambahnya jumlah anggota union atau organisasi buruh, keberhasilan administratur ini terlihat dalam mencegah atau membatasi keanggotaan yang maunya melibatkan 10.000 gerai.Â
Arti kata serikat buruh atau union sebetulnya tidak sama, karena union berarti persatuan pekerja yang tidak bisa dipecah atau dicerai beraikan, dalam kerangka persatuan union yang solid. Arti kata union inipun di berbagai negara selalu juga digembosi dengan kata lain serikat atau perserikatan dari berbagai kelompok yang belum bersatu. Sehingga arti kata bisa memberikan rasa yang berbeda dalam motivasi dan komitmennya. kesatuan adalah perihal satu, keesaan, satuan dan sifat tunggal, tanpa ada pengelompokan anggota serikat didalamnya. Berarti usaha untuk menggembosi dan membubarkan union ini selalu dilakukan setiap saat dimana saja.
Howard Schultz adalah nama Yahudi, makanya tidak heran kalau dia tekun meniti kesuksesan Starbucks, bapaknya Fred Schultz dulu sopir di Brooklyn New York, jadi memang meniti dari nol. Dan kalau melihat sejarahnya yang serba susah, mestinya dia memiliki empati pada semua orang sejenis dia, kecuali dia lupa asalnya. Bahkan memerangi orang orang sepertinya untuk mendapatkan kesempatan menjadi sukses seperti dia. Bahkan Howard menjadi sangat anti union, padahal dia sempat mencalonkan diri jadi capres yang populis atau yang sok punya nasib sama dengan orang kecil. Waktu pekerja Starbucks mulai merasa dicurangi, atau fasilitas kerja dan upah berasa tidak layak, maka mulailah mereka melakukan negosiasi supaya mendapatkan peningkatan kelayakan situasi di tempat kerja. Berikut usaha Schultz menghancurkan union, 1) Ketahuan kalau Starbucks telah beberapa kali melanggar peraturan federal pada buruhnya dalam menerima unionisasi, termasuk memecat beberapa pimpinan union. 2) Beberapa hakim telah memutuskan bahwa Starbucks telah memecat karyawan karena retaliation atau balas dendam di kota Buffalo New York, dan kota Memphis Tennessee. 3) The National Labor Union (NLRB) telah mempertimbangkan lusinan praktek perburuhan yang melanggar keadilan praktek perburuhan atau unfair labor practice yang dilakukan Starbucks.
Perkembangan terakhir ini, semoga menjadi sebuah pencapaian union yang signifikan besar. Bahkan setelah para pekerja memenangkan pemilihan serikat pekerja, perusahaan seringkali berlarut-larut dan mengulur waktu, termasuk masih berusaha menawar kontrak. Keadaan selama bertahun-tahun yang berlalu saja dengan sedikit atau tanpa kemajuan, menyebabkan para pendukung serikat pekerja sepertinya mengalami demoralisasi dan keluar dari union pekerja, sehingga menyebabkan union pekerja tercerai-berai. Keadaan yang membaik ini, berupa sebuah kontrak baru diperkirakan akan mendorong para pekerja untuk gabung dengan union di seluruh Starbucks dan jaringan restoran dan minuman lainnya. Sementara ini, kebanyakan dari industri cafe dan resto yang hampir semuanya tidak memiliki serikat pekerja.Â
Hal yang luar biasa tentang perkembangan Starbucks adalah hal ini terjadi setelah perusahaan tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun membuat kampanye anti union pekerja, yang dimulai di Buffalo pada tahun 2021. Mantan kepala eksekutif Starbucks, Howard Schultz, digambarkan penyelenggara sebagai agitator luar. Dia memperingatkan karyawan untuk tidak "terganggu" oleh mereka.Â
Namun pada bulan Februari kedua belah pihak mengumumkan bahwa mereka akan segera mulai menyusun kerangka kontrak. Cukup mengejutkan bahwa Schultz mengalami revolusi mental atau mengalami perubahan haluan pikiran? Analisa penjelasannya:
1. Kemenangan beruntun. Sementara serikat pekerja populer secara luas bagi orang Amerika, mereka cenderung sangat populer di kalangan anak muda yang progresif secara politik, yang mencerminkan sebagian besar tenaga kerja Starbucks. Hal ini menyulitkan Starbucks untuk menahan pertumbuhan serikat pekerja. Kampanye ini melambat pada pertengahan tahun 2022, ketika Schultz manfaatkan situasi atau mengakali bahwa union hanya boleh di cafenya sendiri sedangkan untuk toko franchise, serikat pekerja tidak diperbolehkan karena terserah pemilik franchise. Namun penyelenggara mendapatkan kembali momentumnya ketika para pendukung serikat pekerja membingkai kampanye mereka sebagai perjuangan untuk nilai-nilai liberal seperti hak asasi kesetaraan LGBTQ. Serikat pekerja tersebut memenangkan sekitar 100 kali pemilihan pada tahun 2023, sehingga kampanye ini terus diberitakan dan menyulitkan Starbucks untuk menunggu.Â
2. Bos baru. Schultz, yang menghabiskan waktu puluhan tahun di Starbucks sebelum pensiun pada tahun 2018, kembali menduduki posisi teratas pada tahun 2022. Dia fokus memperbaiki masalah operasional, seperti peralatan yang mulai ketinggalan jaman dan tata letak toko, yang menurutnya telah memicu kampanye serikat pekerja. Kemudian dia  berjanji untuk menemukan solusi yang tepat, sekaligus penerusnya yang lebih cepat. Ternyata itu adalah Laxman Narasimhan, C.E.O. dari Reckitt, sebuah perusahaan produk konsumen yang berbasis di Inggris. Meskipun sedikit yang diketahui tentang perasaan Narasimhan terhadap serikat pekerja pada saat itu, pejabat perusahaan Starbucks yang kemudian bekerja dengannya memberitahuku bahwa ia mengambil pandangan pragmatis, seperti union di Inggris.  Dia percaya bahwa melibatkan serikat pekerja akan lebih murah dibandingkan melawannya. Pendiriannya berbeda dengan Schultz, yang memandang serikat pekerja sebagai suatu penghinaan terhadapnya secara pribadi. Tampaknya ini bertentangan dengan citra dirinya dulu sebagai bos yang murah hati, waktu bersama sama para pekerja kerasnya berjuang mati matian untuk memajukan Starbucks pada awal pertama kalinya.
3. Tekanan eksternal. Investor yang berpikiran sosial mendesak Starbucks untuk membuat laporan mengenai etika praktik ketenagakerjaan mereka. Ditemukan bahwa perusahaan telah gagal untuk memenuhi komitmennya terhadap hak-hak buruh. Koalisi serikat pekerja menghabiskan banyak uang untuk mendukung tiga kandidat ramah buruh untuk mendapatkan kursi di dewan direksi Starbucks. Dan kejadian terakhir, perusahaan tersebut menjadi sasaran protes dan boikot yang terkait dengan perang di Gaza, yang meningkat setelah Starbucks menggugat serikat pekerja tersebut atas postingan media sosial yang mendukung warga Palestina, maklum pemiliknya keturunan Yahudi.Â
Sulit untuk mengetahui seberapa besar perkembangan ini membebani perusahaan, namun Starbucks tampaknya menanggapinya dengan serius. Mereka mengumumkan komite dewan baru untuk mengawasi hubungan karyawan sesaat sebelum laporan ketenagakerjaan dirilis. Perusahaan memulai pembicaraan dengan serikat pekerja tentang cara menawar kontrak beberapa minggu sebelum jadwal pemungutan suara untuk calon dewan yang ramah buruh. Dan Narasimhan mendapat saran dari laporan pemungutan pendapat bahwa protes dan boikot mempunyai "dampak negatif" pada bisnis meskipun "didorong oleh pengaruh kesalahan persepsi lampau."Â
4. Bantuan pemerintah. Undang-undang ketenagakerjaan AS relatif masih lemah: Jika sebuah perusahaan memecat seorang karyawannya karena pengorganisasian serikat pekerja, Dewan Hubungan Perburuhan Nasional dapat meminta pembayaran kembali gaji selama mogok. Tapi mereka tidak bisa mengenakan denda kepada majikannya. Dan prosesnya seringkali memakan waktu bertahun-tahun. Tetap saja, N.L.R.B. cenderung lebih aktif dan kreatif di bawah pemerintahan menteri perburuhan dari partai Demokrat. Apalagi sekarang ini menjadi sangat aktif dan kreatif di bawah Presiden Biden yang sangat pro union bahkan sebagai presiden AS sering ikut demo buruh union. presiden yang luar biasa merakyatnya. Dewan tersebut mengeluarkan lebih dari 100 keluhan terhadap Starbucks dan mengajukan ke pengadilan untuk mempekerjakan kembali para pekerja yang telah dipecat secara tidak sah (meskipun Mahkamah Agung baru saja mengekang praktik ini). Dewan tersebut bahkan mengatakan akan mulai memerintahkan pendirian tetap union pekerja jika pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan yang dilakukan pengusaha mempengaruhi hasil pemilihan union pekerja. Meskipun Starbucks secara konsisten membantah melakukan kesalahan dan mengajukan banding atas temuan tersebut, tindakan dewan direksi merupakan sumber tekanan lain yang meningkatkan biaya bagi perusahaan dalam usaha Starbucks menggembosi serikat pekerja.
Kesimpulannya, perkembangan terkini di Starbucks menandakan potensi titik balik bagi union buruh di Amerika Serikat. Meskipun union pekerja secara historis meraih kemenangan signifikan dalam berbagai industri seperti otomotif dan hiburan, kunci kebangkitan yang lebih luas terletak pada pengorganisasian sektor-sektor baru dan membalikkan penurunan keanggotaan serikat pekerja yang telah lama terjadi.Â
Starbucks, yang secara aktif menolak upaya union pekerja, kini tampaknya siap untuk mencapai kesepakatan kontrak yang dapat mencakup aspek-aspek penting seperti upah, tunjangan, dan kebijakan disiplin. Pencapaian ini sangat penting mengingat upaya perusahaan di masa lalu untuk menggagalkan kegiatan union pekerja dan tantangan yang biasa dihadapi union pekerja dalam menegosiasikan kontrak. Kemajuan di Starbucks dapat menginspirasi gerakan serupa di industri non union buruh lainnya, khususnya di sektor makanan dan minuman.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap perubahan ini, termasuk kampanye union pekerja yang terus-menerus didukung oleh dukungan publik yang luas, perubahan kepemimpinan di Starbucks yang membawa pendekatan yang lebih pragmatis terhadap hubungan kerja, dan tekanan eksternal dari para investor dan aktivis yang sadar sosial. Selain itu, sikap proaktif Dewan Hubungan Perburuhan Nasional di bawah pemerintahan saat ini telah meningkatkan bargaining position bagi perusahaan seperti Starbucks.
Situasi yang terjadi di Starbucks dapat menjadi preseden, mendorong lebih banyak pekerja untuk mencari perwakilan union pekerja dan berpotensi merevitalisasi gerakan buruh di Amerika Serikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H