Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tren Negara Masuk NATO: Syarat Utama Anti KKN

23 Juni 2024   04:34 Diperbarui: 26 Juni 2024   00:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: unclos.com

Sejak tahun 2014, Ukraina bertekad untuk bergabung dengan NATO, UE, dan menjadi sekutu utama Amerika Serikat. Perjalanan ini penuh dengan tantangan, namun juga ditandai dengan kemajuan yang signifikan. Ada beberapa cara sudah ditempuh semua. dengan mendekati masing masing anggota, melamar dan mengisi aplikasi untuk menjadi negara sekutu AS, anggota EU dan NATO. 

Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan UE berasal dari aspirasi Ukraina untuk meningkatkan keamanan, integrasi ekonomi, dan stabilitas politik. Pemerintah Ukraina telah mengambil beberapa langkah, termasuk mengajukan permohonan untuk bergabung dengan aliansi bergengsi tersebut. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil karena ketatnya persyaratan terkait etika, norma, dan pembentukan pemerintahan yang bersih. Perkembangan hingga saat ini, semuanya ini masih jadi harapan dan belum ada usaha maksimal atau bisa dikatakan tidak gol juga. Rupanya, semua persyaratan itu sangat mustahil untuk dilaksanakan. 

Ini tidak seperti kita membuat karangan bahwa Filipina adalah sekutu AS, atau negara tetangga adalah antek barat. Ingat persyaratan etika, norma dan clean government yang selalu diminta. Coba bandingkan ketika di tahun 60-80an kita sering mencap negara tertentu antek dan sekutu AS atau barat. Ternyata dalam kerangka norma dan etika negara modern yang menghargai demokrasi dan hak asasi, blok Barat, dan AS tidak mudah menerima negara mana saja, atau mereka akan menolak mentah mentah negara yang dipimpin oleh diktator dan koruptor untuk masuk kedalam group sok suci ini. Sehingga, kenyataan hari ini berbeda dengan persepsi sejarah yang menyebut negara-negara tertentu hanya sebagai sekutu atau boneka Barat, kriteria untuk bergabung dengan kelompok-kelompok ini sangat ketat. Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, suatu negara seringkali dinilai berdasarkan kecenderungan ideologis, namun saat ini, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan langkah-langkah anti-korupsi adalah hal yang terpenting. Hal ini mencerminkan pergeseran dari politik era Perang Dingin yang sederhana ke pertimbangan tata kelola dan standar etika yang lebih rational modern.

Kita bisa melihat konteks sejarah dan perubahan persepsi terkini. Zaman dulu tahun 60-80an kita sepertinya terpengaruh cara pikir Rusia yang selalu menghakimi negara lain pro Barat, atau antek kolonialis. Dan karenanya kita mudah termakan indoktrinasi ini, karena kita semua anti imperialis dan kolonialis dalam arti fisik. Karena ada bentuk kolonialis dan imperialis baru dalam hal dagang atau propaganda kebencian, ataupun propaganda kenetralan. Netral berarti tidak memihak kalaupun ada pembantaian dan genosida, dalam posisi netral harus mengatakan tidak tahu dan tidak melihat apapun kebengisan negara tertentu, asalkan dapat kue manis minyak murah.  Dan Netralitas atau yang dibungkus dengan politik bebas yang berarti bebas melihat pembantaian dan tetap masih berharap dapat deal kontrak minyak murah. Sejarahnya waktu mempertahankan diri melawan penjajah, kita benci Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol, Portugis dan Jepang yang seenaknya menjajah Indonesia. Begitu pula Ukraina mengalami perubahan sikap yang dulunya netral sekarang menangisi kematian pahlawannya akibat sifat kenetralan selektifnya. Apakah Indonesia juga merasa menjadi negara yang netral secara selektif, kalau senang dapat deal minyak pura pura tidak melihat waktu penjajah mulai masuk Surabaya? Pura pura tidak tahu waktu penduduk Bucha disiksa dan dinyatakan sebagai bukti kejahatan Putin, sehingga datang ke Putin untuk berdamai? Coba ada tetangga diserang orang tidak dikenal dan sebagian penghuni rumah sudah dibunuh, kita akan tergopoh gopoh minta pembunuhnya berdamai saja? Benar benar suatu diplomasi hebat yang mungkin cumlaude dari perguruan tinggi, tetapi terpisah dari kenyataan.

Apakah kebencian terhadap bangsa penjajah nenek moyang kita itu masih ada? Sudah hilang sama sekali atau lepuh karena jaman, atau sudah terdegradasi, sudah luntur sama sekali. Kini yang masih tertinggal adalah bentuk cibiran bangsa kompeni, atau "bule gila", atau Belanda masih jauh. Walaupun usaha mengingat luka sejarah ini pernah muncul kembali pada awal tahun 80an dan kata Jasmerah hanya muncul kembali kalau PDIP mulai kampanye. Saat itu, para korban penjajahan Belanda dan Jepang menuntut kompensasi atas haknya yang dirampas di jaman penjajahan, misalnya kasus Jugun Ianfu. Setelah pembayaran kompensasi lunas semuanya kembali lupa. Banyak sudah memorial yang dibuat di berbagai macam monumen atau taman makam pahlawan, bahkan setiap peringatan Hari Raya Kemerdekaan yang diisi dengan lomba balapan karung dan panjat pinang. Apakah balap karung mengingatkan kemerdekaan hak asasi orang indonesia dalam arti demokrasi yang sebenarnya? Terakhir, ada usaha yang berusaha menghidupkan kembali luka sejarah supaya tidak dikatakan lupa adalah film 'Tanah Air Kedua' yang akan segera shooting mulai Oktober depan kira kira akan berisi kepahlawanan  Komarudin (Yang Chil Sung-Yanagawa Sichici), Abu Bakar (Hasegawa), dan Usman (Masahiro Aoki). Mereka semua adalah orang Korea yang rasional atau memiliki EQ tinggi dan berempati atau berkobar rasa simpati terhadap orang jajahan, yang sebetulnya adalah mereka sendiri budak jajahan itu, waktu masih di Korea.

Sejarah kebencian dan penolakan terhadap Barat oleh warga Ukraina dikarenakan Hitler dan ini dikelola dengan baik oleh cekokan propaganda harian dari Rusia. dalam zaman modern indoktrinasi berubah tema menjadi dekadensi moral Barat. Setelah kenyataan pahit nyawa saudara mereka direnggut Rusia dalam invasi 2022, persepsi mereka mulai  berubah, setelah sadar bahwa propaganda itu ternyata hanya strategi supaya mereka mau di invasi. Dikuasai tanahnya dan diperlakukan sebagai target perang, dengan alasan contekan ala Jepang sebagai Saudara Tua jaman Soviet raya yang mau membebaskan mereka. Membebaskan mereka dari pemerintah Nazi ternyata disadari salah karena presiden pilihan mereka adalah orang Yahudi. Terlebih setelah Rusia mulai menyerang semua yang ada di Ukraina baik berupa manusia maupun gedung yang diratakan dengan tanah, tanpa membuat rencana real estate atau kuburan massal. Dan alasannya, ingin membebaskan mereka dari Barat, bahkan memberi label ke presiden berdarah Yahudi sebagai "Nazi" sebagai mis-informasi. Transisi perpindahan dari anti barat menjadi pro barat tidak seketika. Ini terbukti waktu mereka menerima informasi sangat rinci tentang pergerakan tentara Rusia ke perbatasan, orang Ukraina masih tetap sangsi atas rencana invasi Russia dan mengaggap ini adalah hanya latihan perang, mana mungkin Rusia menyerang? Masih juga bimbang dan ragu akan fakta intelligent yang tidak cocok dengan persepsi bahwa Rusia adalah saudara tua, apa iya sih, mana mungkin?.

Konteks sejarah dan perubahan persepsi: Perjuangan Ukraina untuk menyelaraskan diri dengan Barat juga melibatkan upaya mengatasi permusuhan historis. Indonesia, misalnya, menyimpan kebencian yang mendalam terhadap kekuatan kolonial seperti Belanda, Inggris, dan Jepang. Perasaan-perasaan ini sebagian besar telah hilang, hanya tinggal kenangan budaya dan referensi sesekali. Di Ukraina, evolusi serupa juga terjadi. Propaganda Rusia selama puluhan tahun menggambarkan Barat sebagai negara yang dekaden secara moral, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan yang mendalam di kalangan masyarakat Ukraina. Sejak itu mereka mulai menyadari akan persepsi hasil propaganda ini ternyata salah dan bohong belaka, karena yang sebenarnya Rusia sangat bengis karena telah membantai rakyat Ukraina di Bucha dan Mariupol. 

Namun, tindakan agresif Rusia, khususnya invasi ke Ukraina, menghancurkan persepsi lama tersebut. Masyarakat Ukraina mulai melihat mantan "kakak laki-laki" mereka dari sudut pandang yang berbeda, dan mengakui kebrutalan tindakan militer Rusia. Kesadaran ini telah mendorong Ukraina untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Barat, meskipun ada keraguan sebelumnya. Mulailah mereka berbalik dan mulai merengek kepada Barat yang selama ini mereka benci, mereka mulai meminta senjata, kemudian mulai meminta jadi sekutu. Walaupun pertama yang terlintas adalah klausa pertahanan NATO dalam artikel 5 yang menyatakan serangan pada satu anggota NATO adalah pernyataan perang terhadap semua anggota NATO. 

Bergabung menjadi anggota grup negara Barat tidak diikuti dengan sepenuh hati, karena ada syarat tegas bahwa mereka harus mengurangi korupsi secara besar besaran. Atau nantinya perbedaan penghasilan antara pejabat yang bersih dari korupsi dengan orang biasa menjadi tidak begitu timpang, karena semua keuangan negara harus dipakai untuk kemakmuran rakyat saja. Ide tentang kesempatan yang setara ini menjadikan mereka masih malas untuk mulai berkomitmen anti korupsi. Kesangsian semua pejabat adalah, terus bagaimana dengan kehidupan mewah selama ini, hasil korupsi selama ini saja sudah enak dan bahkan menyenangkan sekali, mengapa harus dikembalikan? Inilah penghambat bergabungnya mereka dalam EU walaupun dengan komitmen barunya mereka sudah praktis mulai menjadi anggota EU. Ukraina hanya jadi anggota pengamat tetap EU tanpa sertifikat karena kurang serius mewujudkan clean government. Padahal EU sudah mau cepat saja menerima Ukraina ke dalam keanggotaan EU. 

Titik balik besar dan pergeseran strategis terjadi ketika Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap tanah Ukraina, dengan dalih membebaskan mereka dari pengaruh Barat. Serangan brutal ini menargetkan warga sipil dan infrastruktur, sehingga mendorong Ukraina meminta bantuan militer dan aliansi strategis kepada negara-negara Barat. Dalam hal pertahanan militer atau perang Ukraina telah selalu mengikuti saran EU, NATO dan AS, misalnya tidak pernah menggunakan bantuan senjata tanpa restu negara pemberi. Kalau AS mengatakan tidak boleh menyerang wilayah Rusia menggunakan peralatan dan persenjataan asal AS, maka Ukraina pasti selalu menurut batasan ini, walaupun mereka protes dan mengaku habis habisan telah diserang dari perbatasan Rusia dan tidak boleh menyerang balik ataupun melakukan preemptive strike. Preemptive strike artinya mengeliminasi ancaman sebelum kemungkinan diserang. Respon AS dan sekutunya ternyata positif dalam mengatasi keterbatasan ini. Sekarang izin diberikan pada Ukraina untuk menggunakan senjata Amerika melawan pasukan Rusia di wilayah perbatasan Rusia saja. Kebijakan ini membuahkan hasil yang beragam. Di Kharkiv, jumlah serangan rudal Rusia menurun secara signifikan setelah AS mengizinkan Ukraina menargetkan instalasi militer tertentu Rusia. Namun, pembatasan serangan jarak jauh berarti pangkalan udara utama Rusia tetap beroperasi dan terus melancarkan serangan mematikan. Inipun sedang juga diprotes Ukraina karena masih membelenggu mereka dalam pertempuran yang berat sebelah ini. Rupanya hal ini juga sudah menjadi agenda pembicaraan petinggi militer pentagon yang berhitung penambahan anti rudal Patriot yang tetap saja keteteran menghadapi serangan rudal balistik Rusia yang disamarkan oleh ratusan drone Syahid. Sehingga kemungkinan besar akan segera diberikan ijin pula untuk melakukan segala bentuk serangan preemptive.

Seandainya Rusia mau main perang dikalangan Ukraina saja maka semua ini tidak akan terjadi karena AS sangat memikirkan perdamaian, membatasi skala peperangan dan hanya mengutamakan deteren ketimbang perang yang meluas dan tak terkendali. Seperti biasanya bahwa Rusia akan bermain curang baik dalam peperangan maupun dalam olimpiade, maka Rusia menggunakan celah batasan AS untuk menyerang Ukraina, dan hasilnya Ukraina mati kutu di Kharkiv. Inilah peran AS dalam menjadikan dirinya polisi dunia yang selalu berusaha menjaga kesimbangan kekuatan. Disamping misinya untuk menstabilkan harga minyak dunia dan ketersediaannya yang disupply oleh Rusia. Dipercaya harga minyak yang stabil akan menstabilkan efek COVID yang telah menghancurkan perekonomian semua negara. Itulah alasan AS yang terus saja menginginkan status quo Rusia dan Ukraina terus memproduksi minyak dan gandum untuk dunia, sehingga Afrika dan Asia tetap dapat bertahan tanpa mengalami bencana kelaparan dan AS harus segera datang menolong atau meminta WFP untuk membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun