Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kesekolah a la Sekolah Marketplace

18 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   03:26 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar ceoworld.com

Seperti di daerah Atlanta, sekarang banyak orang tua murid yang berusaha merayu anak mereka supaya pindah dari sekolah umum negeri ke sekolah mikro kelontongan. Di daerah Atlanta ini sekolah mikro yang terkecil memiliki sedikitnya enam siswa. Meskipun sebagian besar dijalankan oleh pendidik karir berkualitas sertifikat pendidik, mereka tidak diatur sesuai standar sistem Atlanta, jadi sektor sekolah eceran ini tidak diatur, dan siapa pun dapat membuka sekolah mikro.

Tahun ini negara bagian Georgia yang masih dikuasai oleh partai Republik, untuk menyatakan dukungan pada sekolah rumahan, maka dibuktikan dengan akan memberi uang $6,500, melalui rekening tabungan pendidikan, kepada keluarga-keluarga yang menarik anak-anak mereka dari sekolah-sekolah yang termasuk dalam kelompok 25 persen terbawah secara akademis. Menurut kesaksian para orang tua tersebut akan segera menggunakan voucher uang tersebut untuk sekolah mikro, perlengkapan sekolah di rumah, terapi atau bimbingan belajar.

Dari kalangan fanatik 'Kristen konservatif' menginginkan supaya Alkitab diajarkan sebagai sejarah demi untuk  pengaruh menangkal L.G.B.T. pada anak mereka. Mereka juga menolak guru sekolah umum yang mengajarkan tentang kepedulian akan diskriminasi gender dan ras.

Namun pada umumnya orang tua yang tidak menentang sekolah negeri kecuali anak mereka gagal berkembang di sekolah negeri. Seperti beberapa anak yang anti sosial dan tidak bisa maju secara akademis. Seperti yang terdapat pada website Prep Academy, sekolah mikro di Gwinnett County. Ini melayani hampir seluruh mahasiswa kulit hitam. Mereka membuat kurikulum yang lebih fleksibel, seperti kegiatan sekolah sekitar 40 siswa, berusia 8 hingga 17 tahun, yang bekerja dalam kelompok kecil mempelajari akar kata Yunani dan Latin. Ada pula kelas yang membuat motor elektromagnetik sederhana.

Boomingnya pendidikan nontradisional disertai dengan kosa kata politik baru. Kelompok fanatik konservatif yang berpendapat bahwa pemerintah harus memberi subsidi kepada orang tua untuk program sekolah rumah ini tidak lagi banyak bicara tentang voucher. Kini mereka memuji uang subsidi sekolah yang dikirim langsung ke semua rekening keluarga dalam suatu rekening tabungan pendidikan. Terlebih sudah ada pula yang mulai membicarakan tentang kemungkinan yang lebih jauh tentang "kewirausahaan" dan "pendidikan tak perlu izin" 'menghapus serikat guru atau mandat kurikulum', dan tes yang jauh lebih tidak terstandarisasi.

Sedikit akuntabilitas. Ketika orang tua membelanjakan subsidi dari negara, pasar pendidikan swasta semakin berkembang, tanpa disertai  pemeriksaan hasil kualitas pendidikannya. Guru mungkin tidak perlu memiliki sertifikasi atau bahkan memiliki gelar sarjana. Fasilitas mungkin tidak diperiksa. Sekolah dapat mengajarkan apa pun yang mereka suka. Beberapa negara bagian yang konservatif telah mulai menyetujui biaya sekolah rumahan yang patut disangsikan, seperti game konsol, trampolin, makanan ringan, televisi, dan tiket masuk taman hiburan. Penyalahgunaan Voucher atau kartu pintar dari beberapa dekade terakhir menunjukkan konsekuensi atau hasil akademis yang mengecewakan.

Program pilihan sekolah swasta semakin populer di kalangan orang tua anak penyandang disabilitas. Administrator sekolah negeri ketika mengalami kesulitan mendidik sering memberikan saran untuk mengambil voucher untuk mendidik anak mereka secara khusus. Tapi menggunakan voucher untuk suatu paket pendidikan sering berarti melanggar undang-undang disabilitas federal, karena pendidik swasta seringkali tidak menyediakan terapi di tempat.

Para pendukung pilihan sekolah swasta menerima kurangnya peraturan. Mereka mengatakan pasar akan mengoreksi dirinya sendiri ketika orang tua menarik anak-anak mereka dari program yang biasa-biasa saja. "Kami berada di tengah-tengah perubahan mengenai apa yang kami maksud dengan akuntabilitas," kata Robert Enlow, kepala eksekutif EdChoice, sebuah kelompok sayap kanan.

Apa berikutnya. Enlow dan pihak lain membayangkan masa depan di mana semua orang tua, berapa pun pendapatannya, dapat membelanjakan dana sekolah negeri per murid untuk layanan la carte, mulai dari biaya sekolah swasta, pelajaran musik, hingga perangkat lunak pendidikan. Bahkan sekolah negeri pun bisa menjadi pemain di pasar ini, menjual kursi di kursus atau kelas lanjutan kepada siswa rumahan yang orang tuanya tidak mampu mengajar bahasa asing atau fisika.

Kaum liberal sekarang ada di persimpangan jalan, karena agenda keadilannya terusik, berhubung afiliasinya dengan Partai Demokrat yang menentang promosi sekolah rumahan dan rekening tabungan pendidikan. Pada dasarnya partai demokrat terdiri dari serikat guru yang memilih sekolah publik ketimbang sekolah swasta atau rumahan. Alasannya supaya dapat menjaga standar pendidikan yang umum dan dapat menilai atau menganalisa  semua data keberhasilan dari satu negara bagian dengan ukuran nasional maupun internasional.

Para pendukung Partai Demokrat dan sekolah negeri publik menyatakan bahwa banyak negara bagian yang dipimpin oleh gubernur Partai Republik yang menawarkan voucher dana yang lebih banyak dibanding  untuk sekolah publik mereka, maka tidak mengherankan, kalau para orang tua Republikan ingin ikut serta berperan dalam memanfaatkan opsi sekolah rumahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun