Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi Takbir di Lagu Freddie Mercury - Queen 'Mustafa Ibrahim'

16 Juni 2024   08:15 Diperbarui: 20 Juni 2024   04:37 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan yang Mempersatukan. Perbedaan interpretasi kisah pengorbanan antara Torah, Injil, dan Al-Quran seringkali menjadi sumber perpecahan. Dalam Torah, Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya, Ishak. Sementara dalam Al-Quran, kisah tersebut melibatkan Ismail. Meskipun demikian, tema pengorbanan ini sebenarnya dapat menjadi titik persatuan, karena semua agama tersebut memperingati momen ini dalam bentuk ritual yang berbeda namun dengan makna yang serupa. Dalam Torah: akedah (binding of Isaac) "Allah disangka memerintahkan Ibrahim  untuk mengorbankan anak laki lakinya sendiri Ismael di pegunungan Moriah yang akhirnya dicegah oleh Malaikat sebelum pengorbanan itu di saat terakhir. 

Lain lagi dalam agama Kristen ini adalah rehearsal atau suatu gladi resik rencana Qurban anak domba Allah, karena Allah akan memberikan cintaNya pada kemanusiaan secara tak terbatas. Kalau dilihat menurut sejarahnya, dikatakan Abraham atau Ibrahim hidup pada tahun 2000-2500 tahun AD atau sebelum Kristus, berarti kalau ini adalah siklus 2500 tahunan korban anak domba Allah atau Agnus Dei, berarti prediksi antara tahun 2024 ini hingga tahun 2500 kemungkinan ada peristiwa Agnus Dei jilid ke 3. Sepertinya semua sudah sama sama menentukan satu ritual bersama yang harusnya mempersatukan, perbedaannya kalau menurut kalender orang Kristen dinamai Paskah yang diperingati pada 31/3/24, untuk orang Yahudi Passover 4/22/24 dan untuk orang Islam Eid al Adha 6/17/24. Semua memperingati tema kurban kambing Agnus yang sama tapi cara perhitungan tanggalnya yang berbeda.

Menurut pandangan orang Kristen sepertinya perintah wahyu Allah untuk melakukan rehearsal atau gladi resik jadi disalah artikan Abraham dengan pengorbanan anak laki laki yang sesungguhnya seperti deja vu mempersembahkan anak domba Allah atau Agnus Dei dan dikatakan dengan mempersembahkan seekor kambing. Allah tidak mungkin memberkati praktek KDRT atau kekerasan pada anak oleh siapapun termasuk bapaknya sendiri. Dalam kitab Torah yang menjadi sumber kitab ke 3 agama besar menyebut nama Iskak. 

Dalam keseharian nama Ishak atau Ismail yang tidak pernah kita pakai dalam ritual religi, malah dijadikan bahan perselisihan, rasanya tidak begitu penting. Tapi faktanya nama Iskak vs Ismail malah menjadi salah satu bahan perbedaan yang menjauhkan persaudaraan ketiga agama itu plus satu perpecahan lagi, Zoroaster yang juga percaya Ibrahim atau versi Persia kuno bernama Zoroaster atau nabi tidak bisa dibakar oleh raja Namrud. Apakah Ibrahim, Iskak atau Ismail pernah berprasangka akan dijadikan perbedaan sampai kini? Tentunya mereka tidak peduli, bahkan tidak pernah mengontak khusus untuk mendamaikan pertengkaran keturunannya. Seperti bapak pada umumnya yang yang tidak senang melihat anaknya bertengkar. Nama yang dipertentangkan Ismail ini dapat dibaca pada  AlQuran (37:103), yang khususnya menyebut nama Ishmael, keturunan Ibrahim dan nenek moyang bangsa Arab.

Juga aspek yang sangat kompleks mengenai interelasi antara Yahudi, Kristen dan Islam ditunjukan oleh cara penulisan kitab yang memuat nabi Ibrahim yang berbeda style. Kita lihat dalam kitab Torah dan injil yang diperbaharui tertulis, Perjanjian antara Allah dan Abraham, seperti yang dijelaskan dalam Kejadian 15, disertai dengan upacara aneh membelah daging burung menjadi 2 potongan.  Ayat 11 menceritakan, "Dan burung-burung pemangsa turun ke atas potongan tubuh burung, dan Abraham mengusir mereka." Juga perjanjian Abraham dengan Allah, Dalam  Genesis 15, upacara pemotongan daging kurban hewan menjadi beberapa potong. Ayat 11 Dan burung pemangsa bangkai mendarat pada potongan daging, dan Ibrahim mengusir dan burung terbang pergi.

Padahal menurut kitab Torah kuno orthodox (tidak dipakai lagi, tanpa alasan) yang rupanya juga sama dengan apa yang ditulis dalam Al Quran (2:260) Abraham bertanya "Tuhan bagaimana cara menghidupkan kematian''. Jawab Tuhan  "Kenapa imanmu sangat tipis, kamu belum percaya juga ya, sabarlah dan kuatkan dulu hatimu. Kalau begitu ambil dan kumpulkan daging empat ekor burung yang didekatmu dan letakkan sebagian di setiap gunung; setelah itu, panggilah mereka, maka mereka akan terbang cepat kepadamu; dan ketahuilah bahwa Allah itu maha perkasa dan bijaksana"

Jelas sudah bahwa ketiga agama besar sebenarnya kalau mau bisa membuka diri. Mereka ternyata telah dipersatukan kembali oleh klaim yang sama "Abraham, nenek moyang kami." Dan rumitnya hubungan antara agama-agama ini, termasuk konflik, harus selalu menemukan titik-titik kesepakatan, seperti ini. Secara harmoni, mungkin dengan mengulas secara positif melalui pemeriksaan interpretasi masing-masing tentang kehidupan Abraham dan banyak nabi lain yang sama sama dimiliki selama ini.

Kesimpulan Meskipun terdapat perbedaan dalam detail kisah, tiga agama besar sebenarnya memiliki banyak kesamaan yang bisa menjadi dasar untuk persatuan. Penghormatan terhadap Ibrahim sebagai nenek moyang bersama dan interpretasi bersama tentang kisah hidupnya menunjukkan bahwa ada benang merah yang menghubungkan mereka. Dengan membuka diri terhadap perspektif lain, diharapkan hubungan antaragama dapat semakin harmonis. Dengan demikian, meskipun lirik lagu "Mustapha" oleh Freddie Mercury tampak tidak jelas, semangat pengulangan nama "Ibrahim" mungkin mencerminkan keinginan untuk mengingat dan menghormati tokoh yang memiliki peran penting dalam menyatukan penganut berbagai agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun