Terlibat dalam kampanye disinformasi untuk mendiskreditkan pemimpin oposisi.
Tindakan-tindakan ini secara kolektif melemahkan lembaga-lembaga demokrasi dan menghambat kemajuan di Afrika. Bagaimana dengan di benua Asia kalau dalam berita santer diutarakan bahwa Trump pernah memakai jasa Rusia juga.
Dikutip dari Tempo berjudul "Pengamat Asing Curigai Campur Tangan Rusia di Pemilu Indonesia", bahwa Rusia diduga melakukan campur tangan asing dalam pemilu RI seperti yang dikhawatirkan banyak pihak. Tepatnya ini juga dikutip mereka dari Ross Burley, Direktur Eksekutif Center for Information Resilience, yang sekali lagi mengutip ucapan Jokowi tahun 2019, bahwa pihak asing membantu kandidat calon presiden dengan cara yang tidak sah. Betapa takutnya kita mengatakannya, hanya demi takut menyinggung bapak Putin.
Kalau melihat intensitas disinformasi dan misinformasi yang pasti selalu dilakukan Rusia dimana saja dan tidak peduli di Amerika maupun di Afrika, maka diperkirakan pada pemilu 2024 di Indonesia juga tercemar dengan usaha GRU atau FSB. Siapakah yang diuntungkan oleh ahli disinformasi kali ini? Bisa saja tahun 2024 Dukungan GRU atau FSB bisa tetap dalam posisi 2019 atau kali ini tidak berbeda dari yang sudah sudah, karena kalau berseberangan maka perkiraan preferensi aliansi akan bubar.
Skala serangan misinformasi dan disinformasi dua tahun terakhir ini agak kendor dikarenakan sedang sibuk sendiri karena kemakan misinformasi yang dibuat sendiri, bahwa di presiden Ukraina yang Yahudi adalah Nazi. Misinformasi yang mustahil ini rupanya dipercaya sendiri oleh Putin, karena selalu diulang ulang supaya bisa dipercaya. Biasanya yang diberikan proyek misinformasi adalah Wagner yang dipimpin sendiri oleh Yevgeyi Prigozhin. Sekarang dia sudah lama dieksekusi mati di pesawat udara tahun 2023, yang sesumbar bahwa Trump bisa terpilih karena usahanya mengirim misinformasi dalam jumlah jutaan bot. Maka dari itu kekuatan dan aktivitas bot misinformasi ini sudah jauh berkurang tinggal 30%nya saja yang tetap harus selalu menyerang Eropa, Amerika, Afrika yang banyak menguras tenaganya, sehingga dapat dikatakan serangan misinformasi di tahun 2024 di Indonesia sangat lemah sekali, atau belum ada yang menemukan jejak jejak digitalnya.
Terakhir, Rusia meningkatkan kampanye disinformasi di Perancis tentang Presiden Emmanuel Macron, Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan Olimpiade musim panas ini di Paris. Pusat Analisis Ancaman Microsoft (MTAC) telah mengamati taktik lama yang dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI) dalam operasi ini, yang mungkin semakin intensif menjelang Upacara Pembukaan Paris 2024.
Aktor misinformasi Rusia, yang sudah terdeteksi adalah Storm-1679 dan Storm-1099. Rupanya mereka telah fokus pada Olimpiade sejak Juni 2023. Tujuannya hanya untuk merendahkan reputasi IOC: Storm-1679 merilis film berdurasi panjang berjudul “Olympic Has Fallen,” meniru film thriller aksi politik Amerika tahun 2013 “Olympus Has Fallen.” Film tersebut meremehkan kepemimpinan IOC dengan menggunakan audio palsu yang dihasilkan AI yang meniru aktor Tom Cruise. Ini dimaksudkan untuk menyebarkan ketakutan dan memancing kekerasan:
Secara konsisten Storm-1679 telah memproduksi video yang menipu tentang kemungkinan terjadinya kekerasan di Olimpiade. Misalnya, video misinformasi yang sengaja secara keliru mengklaim bahwa para warga Paris telah membeli asuransi properti karena ketakutan akan terorisme.
Video palsu lainnya seolah olah berasal dari kantor berita France24, yang memberitakan bahwa 24% tiket Olimpiade telah dikembalikan karena kekhawatiran terorisme.