Rusia untuk merubah sistem kenegaraan yang demokratis di Afrika telah berdampak signifikan terhadap perkembangan demokrasi di benua tersebut. Meskipun banyak perhatian telah diberikan pada kemunduran demokrasi dalam beberapa tahun terakhir. Ada banyak pelaku internal yang didukung pelaku eksternal utama dalam memfasilitasi kemunduran demokrasi seringkali diabaikan. Rusia menonjol sebagai pemain kunci dalam melemahkan demokrasi di Afrika. Rusia telah terlibat di berbagai negara Afrika, mendukung kudeta militer, menyebarkan disinformasi, dan mendukung rezim otoriter. Berikut poin-poin pentingnya:Â
Upaya sistematisDi Burkina Faso, Rusia mendukung kudeta militer berturut-turut, disertai dengan kampanye disinformasi yang terkoordinasi. Dari akun media sosial yang disponsori Rusia mempromosikan narasi pro-Rusia dan pro-Wagner. Video yang dihasilkan AI bertujuan untuk meningkatkan dukungan terhadap pemerintah otoriter militer.
Di Alfa Conde (Guinea), Rusia mendukung Conde dalam memperpanjang batasan masa jabatan, supaya mengikuti Putin. Ahli teknologi politik Rusia memberikan nasihat kepada Conde selama masa jabatan ketiganya yang inkonstitusional. Disinformasi memicu protes terhadap pemerintahan demokratis.
Oleh Grup Wagner, Pasukan Wagner mendukung junta militer di Burkina Faso sejak tahun 2020. Wagner terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil Mali. Wagner memblokir penyelidikan PBB dan menghambat operasi MINUSMA.
Di Negara-negara Afrika lainnya, Rusia mempengaruhi pemilu di Zimbabwe, Mozambik, dan Komoro melalui disinformasi dan penasihat politik. Kelompok pemantau pemilu proksi Rusia menyatakan pemilu yang bermasalah adalah pemilu yang "bebas dan adil." Badan Penelitian Internet Rusia mempromosikan partai yang berkuasa di Mozambik.
Tujuan Strategis Rusia adalah selama dua dekade terakhir, melemahkan demokrasi telah menjadi tujuan strategis kebijakan Rusia di Afrika. Pemerintahan otoriter yang tidak memiliki sistem checks and balances dalam negeri memberikan lingkungan yang permisif bagi pengaruh Rusia. Menormalkan otoritarianisme di luar negeri memvalidasi praktik pemerintahan Rusia yang tidak demokratis di dalam negeri.
Metode gangguan yang dipakai Rusia dalam mengganggu proses demokrasi melalui jalur resmi (misalnya, memblokir resolusi PBB yang mengutuk pelanggaran hak asasi manusia atau klaim pemilu yang curang) dan cara yang tidak biasa (misalnya, kampanye disinformasi, campur tangan pemilu, mengerahkan pasukan paramiliter, atau terlibat dalam kesepakatan senjata ilegal untuk mendapatkan sumber daya). Kedalaman intervensi Rusia sengaja dibuat tidak jelas, namun luasnya upaya mereka sangat luar biasa. Alat-alat ini telah digunakan secara aktif di 23 negara Afrika.
Apa dampaknya, Intervensi ini menggagalkan aspirasi warga Afrika yang ingin melihat demokrasi berkembang, melemahkan suara, kedaulatan, dan penentuan nasib sendiri di Afrika. Mengapa Rusia ingin menguasai secara militer dengan tangan besi, karena menjual 40% dari seluruh persenjataan di Afrika, juga menguasai tambang berharga dari pengamanan sampai penjualan, disamping sebagai tentara bayaran atau bodyguard para pemimpin Afrika.
Berikut sebagian kecil aksi Rusia yang terdeteksi sementara ini: