Mereka semua ingin sekali memaafkan dan mengubur rasa kehilangan anak mereka, kalau pengadilan telah membuat rekonsiliasi atau memutus bahwa anak2 mereka telah benar benar terbukti diculik dan dikubur atau dibuang di lokasi mana saja, dan siapa saja pelakunya dan apa konsekuensi dari penculikan ini? Tapi lawan mereka yg ingin melupakan peristiwa penculikan anak ini maunya diam dan maunya menganggap seperti angin lalu. Angin lalu yang bau penculikan itu sekarang berubah menjadi angin yang segar, karena adanya rakyat telah salah coblos dan malah menjadi pemenang atau mendapatkan legitimasi atas dosa politik yang besar. Mereka semua sudah tertawa lebar dan bahkan pesta pora, karena ternyata rakyat sudah jauh jauh menguburnya di dalam liang lahat bersama korban penculikan yg tidak pernah ditemukan jasadnya. Apakah kita semua memaafkan dosa mereka karena hanya merupakan pelaku buta, atau yg tidak tahu alasan penculikan sebenarnya? Apakah para pemilih pilpres sudah mau memaafkan pelaku utama penggagas penculikan ini dan menobatkan menjadi penguasa "pelindung konstitusi sekaligus menjadi pelindung rakyat yg pernah diculiknya"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H