miskin' lebih sering membayar sesuatu lebih mahal daripada orang 'kaya' untuk barang yang sebanding. Nggak percaya?
Sadar atau tidak sadar, orang 'Simak kisah hidup si miskin dan si kaya ini;
Ada suatu produk ponsel terbaru, bila dibeli cashharganya Rp.3.000.000, bila dicicil selama satu tahun maka cicilan perbulannya adalah Rp.300.000. Si kaya akan membeli barang tersebut secara cash karena punya bunga deposito di bank, tapi si miskin? Dia membelinya secara kredit karena memiliki sumber daya yang terbatas. Ponsel yang dia beli pada akhirnya menjadi Rp.3.600.000.
Si miskin membayar lebih daripada si kaya.
Ketika sepatu mereka berdua telah usang, si kaya akan membeli sepatu bermerek seharga Rp.600.000 yang bisa awet selama 2 tahun tanpa perlu gonta-ganti lagi, tapi si miskin? Dia membeli sepatu seharga Rp.100.000 yang baru dipakai tiga bulan langsung rusak. Akhirnya selama 2 tahun itu si miskin harus beli sepatu seharga Rp.100.000 sebanyak 8 kali, yang artinya dalam 2 tahun, dia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu sebesar Rp.800.000.
Si miskin membayar lebih daripada si kaya.
Ketika mencari tempat tinggal, si kaya akan membeli rumah, tapi si miskin akan tinggal di kontrakkan dengan uang sewa tidak menentu yang cenderung menaik tiap tahunnya. Si miskin harus menyisihkan 30% dari penghasilannya hanya untuk biaya tempat tinggal, si kaya barangkali hanya perlu menyisihkan 5% dari penghasilannya saja.
Lagi-lagi, si miskin membayar lebih daripada si kaya.
Ketika membayar tagihan listrik dan air ledeng, si kaya yang memiliki tabungan lebih dan m-banking hanya perlu menekan-nekan tombol di layar ponsel untuk membayarnya, tapi si miskin? Dia harus pergi ke gerai, membayar tranportasi, menghabiskan waktu untuk menunggu bus, dan bersabar dalam kemacetan.
Lagi, lagi, dan lagi, si miskin membayar lebih daripada si kaya.
Si miskin setiap harinya menghabiskan waktu dan menukar lelahnya untuk uang. Dia bekerja lebih keras (secara fisik) daripada si kaya. Tapi nyatanya? Dia jugalah yang harus membayar lebih daripada si kaya.