Mohon tunggu...
Iwan Kurniawan
Iwan Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh - Peternak dan pekebun rumahan

Manusia yang ingin sembuh dari rasa sakit keinginan

Selanjutnya

Tutup

Money

Apakah Menjadi Miskin Itu Lebih Bahagia?

30 Desember 2021   07:39 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:05 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi miskin itu tidak bahagia, tapi orang miskin lebih mudah merasa bahagia karena ekspektasi mereka yang sangat rendah. Seringkali orang-orang bingung dengan perbedaan antara kedua konteks tersebut.

Analoginya mungkin bisa digambarkan seperti ini:

Jika selama ini kamu bekerja dengan gaji 4 juta Rupiah, lalu mendapatkan kenaikan gaji sebanyak 25% menjadi 5 juta Rupiah. Kamu akan merasa sangat bahagia karena jumlah 1 juta Rupiah terasa signifikan dan mengurangi beban kehidupan.

Berbeda dengan orang yang bekerja dengan gaji 50 juta Rupiah dan mendapatkan kenaikan gaji sebanyak 10% menjadi 55 juta Rupiah. Tentu orang tersebut merasa bahagia tapi tingkat dopaminnya tidak meningkat sebanyak orang miskin yang mendapatkan kenaikan gaji 1 juta Rupiah. Mungkin orang ini harus mendapatkan kenaikan gaji sebanyak 62.5 juta Rupiah atau bahkan 80 juta untuk merasakan kenaikan tingkat dopamin yang sama.

Tentu tingkat kebahagiaan tidak bisa diukur secara nominal seperti ini.l

Apakah berarti menjadi miskin lebih baik daripada menjadi orang kaya?

Mari kita putar-balikan contoh sebelumnya. Dunia mengalami resesi ekonomi dan mayoritas masyarakat mengalami dampak finansial. Orang yang biasanya memiliki gaji sebanyak 4 juta Rupiah mengalami penurunan gaji menjadi 3 juta Rupiah. Sedangkan orang yang biasanya memliki gaji 50 juta Rupiah mengalami penurunan sampai 37.5 juta Rupiah.

Siapa yang mengalami stress lebih berat dari kedua orang diatas?

Orang miskin boro-boro bisa menabung, dengan gaji 4 juta saja sangat pas-pasan untuk memenuhi biaya kehidupan sehari-hari. Sekarang ia semakin sulit membayar kebutuhan hidupnya dengan gaji 3 juta saja.

Orang dengan gaji 37.5 juta tersebut tentu juga merasa sedih karena terkena dampak finansial, tapi tingkat stressnya tidak setinggi orang yang memiliki gaji 3 juta Rupiah. Jika ia biasanya makan steak 3x seminggu, ia sekarang hanya bisa makan steak 1x seminggu. Kehidupan masih bisa berjalan dengan lancar seperti biasanya. Paling-paling, orang kaya merasa sedih karena jumlah uang yang ditabung bulan tersebut lebih sedikit dari biasanya.

Kita bisa bikin situasi menjadi ekstrim dimana semua orang kehilangan pekerjaannya. Orang kaya masih bisa survive selama 5 tahun karena punya tabungan yang sangat banyak, dan memiliki banyak kesempatan untuk kembali dalam posisi sebelumnya. Sedangkan orang yang miskin akan jatuh menjadi lebih miskin daripada sebelumnya sampai terlilit dengan hutang.

Sure, menjadi miskin itu lebih mudah merasa bahagia. Tapi mereka juga lebih mudah merasa stress saat uangnya berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun