Mohon tunggu...
Iwan Kodrat
Iwan Kodrat Mohon Tunggu... wiraswasta -

Jangan berdiri dibelakangku, aku tak mau diikuti Jangan Berdiri didepanku, aku tak mau mengikuti Berdirilah disampingku, kita melangkah bersama.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

11 February Diujung Malam

10 Februari 2012   20:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161971" align="alignleft" width="300" caption="                               Disudut malam/from mbah goole                "][/caption]

Seperti biasanya aku berjalan menelusuri lorong malam.

“Ah, gembel-gembel itu masih saja menghiasi lorong gelap kota ini.

Disudut jalan, mata-mata merah itu memandangku dengan sinis.

Tawa binal perempuan malam terasa renyah mengundang sahwat.

Dentang lonceng berbunyi tiga kali.

Langkahku semakin jauh menelusuri gelap malam.

Orang gila itu masih saja menyanyikan lagu-lagunya.

Dibawa gembolannya pergi, langkahnya sama dengan langkahku yang tak berarah.

Malam  terus merambat pagi.

Riuh rendah suara pedagang mengisi lapak.

Satu persatu manusia malam itu menghilang.

Tak terdengar lagi suara desah dosa malam.

Malam menghilang, fajarpun menyingsing.

Debu-debu jalan datang lagi.

Gembel-gembel itu menggeliat.

Suara sombong pagi membuatnya berlari.

Iwan Kodrat Bandarlampung, 11 february

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun