Saat ini sedang marak diperbincangkan tentang 7 (tujuh) kebiasaan baik. Setelah menelusuri konsep tentang 7 kebiasaan baik ini melalui Meta AI saya menemukan ada tiga pihak yang konsen terhadap hal tersebut yaitu Stephen Covey, Tulus Subagyo dan tentu saja Mendikdasmen saat ini, Bapak Abdul Mu’ti. Ketiga konsep yang diutarakan memang secara judul ada kemiripan-kemiripan namun tentu saja memiliki substansi yang berbeda satu sama lainnya. Pertama, pendapatnya Stephen Covey, menuliskan buku tentang “7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif”. Tujuh kebiasaan ini terdiri dari: 1. Bermula dari Akhir (Habit 1: Be Proactive), 2. Mulai dengan Akhir yang Jelas (Habit 2: Begin with the End in Mind), 3. Pertama, Jalankan yang Utama (Habit 3: Put First Things First), 4. Berpikir Menang-Menang (Habit 4: Think Win-Win), 5. Dengarkan Terlebih Dahulu (Habit 5: Seek First to Understand), 6. Sinergi (Habit 6: Synergize), 7. Tajamkan Gergaji (Habit 7: Sharpen the Saw).
Kedua, pendapatnya Tulus Subagyo dalam bukunya: "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat", menyebutkan adanya tujuh kebiasaan yang harus dibiasakan ada dalam profil anak Indonesia yang terdiri dari: 1. Menghormati Orang Tua dan Guru, 2. Disiplin dan Bertanggung Jawab, 3. Mengembangkan Keterampilan dan Pengetahuan, 4. Menghargai Kebersamaan Keluarga, 5. Berani Mengambil Risiko, 6. Mengembangkan Kreativitas dan Inovasi, dan
7. Menjaga Keseimbangan Hidup. Meskipun terdapat kesamaan dalam beberapa aspek, seperti disiplin dan menghargai kebersamaan, namun "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" memiliki fokus yang lebih spesifik pada nilai-nilai budaya dan kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Ketiga, "Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" versi Mendikdasmen. Dalam slide Panduan Penerapan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas, yang dikeluarkan Kemdikdasmen tahun 2024, disebutkan ke tujuh hal yang harus menjadi kebiasaan baik anak Indonesia, meliputi: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
Bagi dunia Pendidikan saat ini, khususnya pada satuan-satuan Pendidikan konsep yang ketiga harus segera dipahami dan mampu diimplementasikan dengan sebaik-baiknya di lapangan. Ini semacam bentuk refleksi, revitalisasi dan penguatan kembali kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah ada, agar terus dapat terinternalisasi dalam setiap pribadi anak (pelajar) Indonesia. Dalam hal ini tentunya dengan berbagai dukungan, bimbingan dan pengawalan semua pihak khususnya dalam lingkup OTPSP (Orang Tua, Pendidik dan Satuan Pendidikan).
Peran OTPSP sangat penting dan tidak tergantikan dalam mengimplementasikan dan menginternalisasikan ketujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tersebut. Paling awal ketiga pihak itu memang harus menyadari dan memahami demikian pentingnya manfaat dari tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tersebut. Secara umum tujuh kebiasaan ini mempunyai manfaat untuk menumbuhkembangkan delapan karakter bangsa pada setiap individu anak atau peserta didik, yakni religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri, serta bermanfaat. Adapun secara khusus, manfaat tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat ini dapat dijelaskan lebih detail sebagai berikut.
- Bangun Pagi. Bangun pagi merupakan kebiasaan bangun di pagi hari yang apabila dilakukan setiap hari akan mem- berikan manfaat diantaranya melatih kedisiplinan, meningkatkan kemampuan mengelola waktu, meningkatkan kemampuan mengendalikan diri, meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga yang dapat berkontribusi pada kesuksesan seseorang.
- Beribadah. Kebiasaan beribadah merupakan fondasi penting dalam pembentukan karakter positif pada anak yang bermanfaat untuk mendekatkan hubungan individu dengan Tuhan, meningkatkan nilai-nilai etika, moral, spiritual, dan sosial, serta meningkatkan pemahaman tujuan hidup dan arah yang bermakna, meningkatkan kebersamaan dan solidari- tas, serta peningkatan diri secara berkelanjutan.
- Berolahraga. Kebiasaan berolahraga merupakan bagian pent- ing dari gaya hidup sehat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik dan mendukung kesehatan mental, menjaga kebugaran tubuh, meningkatkan potensi diri, dan meningkatkan nilai sportivitas.
- Makan sehat dan bergizi. Kebiasaan makan sehat dan bergizi berkaitan dengan prin- sip dan nilai tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendukung kehidupan yang sehat, seimbang, dan bermakna. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik sebagai investasi jangka pan- jang, memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran, menjaga tubuh tetap sehat sebagai tanggung jawab individu, serta meningkatkan kemandirian.
- Gemar belajar. Kebiasaan gemar belajar adalah kebiasaan yang sangat penting dalam perkembangan pribadi dan akademis. Kebiasaan ini bermanfaat untuk mengembangkan diri, menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, menemukan ke- benaran dan pengetahuan, serta membentuk kerenda- han hati dan rasa empati.
- Bermasyarakat. Kebiasaan bermasyarakat adalah perilaku terlibat dalam ke- giatan sosial, budaya, atau lingkungan di komunitas tempat tinggal seseorang. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menum- buhkembangkan nilai gotong royong, kerja sama, saling menghormati, toleransi, keadilan, dan kesetaraan, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap lingkungan, dan rasa sekaligus menciptakan kegembiraan.
- Tidur cepat. Tidur cepat merupakan kebiasaan tidur tepat waktu di malam hari pada waktunya sesuai usia anak agar dapat bangun pagi. Kebiasaan tidur cepat ini dipengaruhi waktu ideal yang dibutuhkan anak.
Setelah menyadari dan memahami manfaat secara umum dan secara khusus dari tujuh kebiasaan tadi, maka menjadi sangat penting para OTPSP untuk mengambil peran secara maksimal dan berkontribusi positif mewujudkan tujuh kebiasaan baik tersebut. Bagaimana peran setiap OTPSP tersebut dalam menginternalisasikan ke tujuh kebiasaan tersebut, detail deskripsinya dapat kita temukan dalam Panduan Penerapan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas tersebut, yakni :
1. Bangun Pagi.
- Peran Orang Tua, tiga diantaranya adalah: 1). menjadi teladan yang baik dengan membiasakan diri untuk bangun pagi. 2). membuat kesepakatan jam tidur, 3) memotivasi anak untuk mematuhi jadwal bangun pagi, 4) memberikan penjelasan kepada anak tentang manfaat dari bangun pagi, 5) meminta anak untuk memasang alarm.
- Peran Pendidik: tiga diantaranya adalah: 1). memberikan contoh datang lebih awal setiap pagi dari peserta didik dan menyambutnya di gerbang satuan pendidikan atau pintu kelas dengan semangat dan penuh kasih sayang. 2). menjelaskan tentang pentingnya bangun pagi untuk kesehatan tubuh dan keberhasilan akademis, karena ketika bangun pagi, kita mempunyai waktu lebih untuk mempersiapkan diri, belajar, dan lebih fokus di satuan pendidikan. 3). memulai pelajaran dengan kegiatan ringan atau menyenang- kan, seperti diskusi yang menggugah minat dan rasa ingin tahu peserta didik, bertanya tentang bagaimana perasaannya di hari ini, menggali sedikit cerita pagi, permainan edukatif, ice breaking atau sesi olahraga ringan.
- Peran Satuan Pendidikan: tiga diantaranya adalah: 1). menetapkan kebijakan kehadiran para pendidik dan tenaga kependidikannya untuk datang lebih awal di pagi hari untuk menyam- but kedatangan peserta didik, 2). mengundang narasumber dari unsur pendidik, orang tua, atau pakar untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dan cara menerapkan kebiasaan bangun pagi kepada orang tua, peserta didik, dan warga sekolah. 3). menetapkan kebijakan jadwal masuk yang konsisten setiap hari agar peserta didik terbiasa bangun pagi.
2. Beribadah.
- Peran Orang Tua, tiga diantaranya adalah: 1). menjadi teladan yang baik dalam melakukan ibadah dengan rutin, sehingga anak akan meniru dan belajar bahwa ibadah adalah bagian penting dari kehidupan keluarga. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah akti- vitas atau aktivitas ibadah lainnya yang dilakukan di rumah, 2). memberikan penjelasan yang rasional dan relevan ten- tang ibadah dengan cara mengajak berdiskusi atau membuka kesempatan anak untuk bertanya agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan membuat merasa nyaman dalam beribadah karena mengerti maknanya, 3). mengajak anak terlibat dalam kegiatan ibadah di masjid, gereja, atau tempat ibadah lain bersama teman-teman sebaya, seperti penga- jian remaja atau kelompok doa. Beribadah dalam komunitas membuat anak merasa bahwa ibadah adalah hal yang menyenangkan dan dapat dilakukan bersama teman,
- Peran Pendidik: tiga diantaranya adalah 1). menjadi contoh yang baik dan konsisten dalam hal beribadah sehingga peserta didik akan terinspirasi untuk meniru. Sebagai contoh, pendidik memulai pelajaran dengan doa, atau menunjukkan rasa syukur dan sabar dalam menghadapi tantangan, atau mengajak peserta didik untuk beribadah bersama. 2). memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai pent- ingnya ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pemahaman bahwa iba- dah bukan hanya rutinitas, tetapi juga merupakan kebutuhan rohani sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kebahagiaan dalam hidup. 3). mengajak peserta didik untuk berdiskusi tentang manfaat beribadah, misalnya, bagaimana ibadah membantu peserta didik merasa lebih tenang, menjaga hubungan baik dengan sesama, saling memberikan dorongan, dukungan antar teman untuk melakukan ibadah agar dapat dan memperoleh berkah dalam kehidupan. Cerita-cerita inspiratif tentang tokoh agama atau orang-orang yang taat beribadah dapat memberi contoh nyata bagi peserta didik.
- Peran Satuan Pendidikan: tiga diantaranya adalah 1). memberikan contoh dan perilaku yang men- dukung kebiasaan beribadah, sesuai dengan agama dan kepercayaan agar menjadi teladan bagi peserta didik. 2). memfasilitasi kegiatan keagamaan peserta didik ses- uai dengan agama dan kepercayaannya. 3). menerapkan pembiasaan baik yang dilakukan secara rutin dan konsisten sehingga menjadi budaya, seperti berdoa bersama sebe- lum dan sesudah pembelajaran dipimpin seorang peserta didik secara ber- gantian di bawah bimbingan peserta didik.
3. Berolahraga.
- Peran Orang Tua, tiga diantaranya adalah: 1). menjadi teladan yang baik dalam berolahraga secara rutin sehingga anak akan terdorong untuk mengikuti dan memahami bahwa olahraga, adalah bagian penting dalam menjaga Kesehatan, 2). menjelaskan kepada anak tentang manfaat berolahraga terutama untuk menjaga keseimbangan tubuh, pikiran, dan mental, 3).membuat kesepakatan dengan anak tentang jadwal untuk aktivitas fisik. Misalnya, pagi atau sore hari untuk bermain sepeda atau bermain bola. Konsistensi dalam jadwal ini membantu anak untuk memba- ngun kebiasaan dan menganggap olahraga sebagai bagian dari rutinitas se- hari-hari.
- Peran Pendidik: tiga diantaranya adalah 1). berperan aktif dalam kegiatan olahraga untuk menjadi teladan bagi peserta didik. 2). melibatkan peserta didik memilih olahraga yang disukai melalui survei minat, sehingga peserta didik akan bersemangat untuk melakukan olahraga secara berkesinambungan. 3). menjelaskan manfaat olahraga secara ilmiah dan relevan, seperti menjaga berat badan ideal, meningkatkan energi, memperbaiki sua- sana hati, dan meningkatkan daya konsentrasi. Kaitkan aktivitas fisik dengan pengembangan karakter, seperti disiplin, kerja tim, dan ketekunan.
- Peran Satuan Pendidikan: tiga diantaranya adalah 1). warga satuan pendidikan (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik) pada hari tertentu (sekurang-kurangnya 1 kali dalam seminggu) melaku- kan kegiatan olah fisik, seperti senam kesegaran jasmani. 2). mengundang narasumber dari unsur pendidik, orang tua, atau pakar untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dan cara menerapkan kebiasaan berolahraga kepada orang tua, peserta didik, dan warga sekolah. 3). membuat dan memasang poster atau media publika- si lainnya tentang manfaat kebiasaan berolahraga agar peserta didik terpapar dan sering melihat dan membacanya setiap hari