Di sini kita bisa melihat dan mengenal banyak sekali budaya lokal Minang, mulai dari rumah adat, pakaian pengantin adat, hingga alat musik seperti talempong.
Nggak cuman hal-hal biasa seperti itu, museum ini ternyata juga memamerkan hal yang “tidak biasa”! Kok bisa?
Ada beberapa pameran yang membuat saya mengernyitkan dahi sekaligus membuat bulu kuduk berdiri. Yaitu ada beberapa jasad hewan-hewan yang sebenarnya biasa, tetapi berwujud cukup aneh. Jenis hewannya memang sangat-sangat biasa, seperti sapi, kerbau, dan kambing. Namun apa yang terjadi kalau kamu nemuin hewan aneh seperti: anak sapi berkepala dua, anak kambing bermuka dua, dan kerbau berkepala dua dari Solok?
Hiii pasti bergidik ngeri yaa. Tapi untungnya mereka sudah tiada lagi melainkan hanya jasad yang telah diawetkan. Agar bisa menjadi pelajaran kelak kedepannya bagi orang-orang. Kebanyakan dari mereka juga hidup tidak lebih dari 24 jam saja.
Opak “Kuah Padang”
Setelah menengok-nengok satwa mulai dari yang biasa sampe jasad anak sapi berkepala dua, tidak terasa waktu sudah masuk ke waktu senja. Saat itu kebetulan hari Sabtu sore, sehingga banyak orang akan menghabiskan waktu hingga malam minggu ke luar rumah.
Saya pun berjalan kembali menuju kawasan Jam Gadang, tempat dimana banyak ribuan orang telah berkumpul menghabiskan waktu senja bersama orang-orang tercinta.
Ternyata, semakin sore kawasan tersebut semakin ramai oleh pengunjung daripada siang hari sebelumnya. Tentunya, ini menarik banyak pedagang menjajakan hal-hal yang lebih unik lagi di sini.
Rasa-rasanya, hampir seluruh makanan di sini wajib disirami oleh kuah khas Padang! Bahkan, saya sampai ngiler dengan opak siram kuah Padang, yang disajikan dengan mi di atasnya. Pikir saya, bisa-bisanya ada makanan seunik ini di sini seumur hidup baru saya temukan di sini.