Rasanya mirip dengan nasi padang, tetapi ada beberapa hal yang sangat membedakannya. Pertama, nasi kapau ini menggunakan kuah gulai dengan rasa yang sangat khas dan otentik. Yaa maklum, karena saya makan langsung di tempat asalnya. Sama kayak kalo kita makan pempek, tentu rasa yang ada di Palembang (tempatnya langsung) sangat berbeda jika kita membelinya di luar daerah asalnya.
Kedua, cara penyajiannya cukup berbeda dengan restoran nasi padang pada umumnya. Di mana, lauk-lauk dijajakan secara bertingkat. Meja-meja untuk menyantap makanan dibuat mengelilingi tangga bertingkat tempat lauk dijajakan. Nantinya, sang ibu penjual akan mengambilkan lauk dari panggunggnya sesuai yang kita inginkan.
Biar tetap merasakan sensasi otentiknya, makannya harus pake tangan ya. Tapi ingat untuk selalu mencuci tangan sebelum makan hingga bersih.
Kebun Binatang Bukittinggi
Balik lagi ke pembahasan di bagian awal, ternyata emang benar bahwa objek wisata di daerah ini saling berdekatan satu sama lain. Nggak jauh lagi dari pasar nasi kapau, kita bisa mengunjungi kebun binatang (zoo) cukup dengan berjalan kaki.
Kebun binatang ini menawarkan hewan yang biasa ditampilkan, seperti gajah, harimau, llama, dan lainnya. Hingga hewan-hewan yang tak biasa seperti reptil, ular, dan lainnya. Para hewannya pun terlihat terawat, gemuk, dan sehat. Sehingga hal ini menandakan keseriusan dari pihak pengelola dalam merawat mereka.
Tetapi, kebun binatang ini menawarkan suatu tempat yang menjadi keunikan tersendiri. Di sini berdiri suatu museum bernama Museum Rumah Adat Nan Baanjuang. Artinya, kebun binatang ini tetap memasukkan aspek kebudayaan lokal sebagai daya tariknya.
Di sini kita bisa melihat dan mengenal banyak sekali budaya lokal Minang, mulai dari rumah adat, pakaian pengantin adat, hingga alat musik seperti talempong.
Nggak cuman hal-hal biasa seperti itu, museum ini ternyata juga memamerkan hal yang “tidak biasa”! Kok bisa?