Mohon tunggu...
Moh Ikhwan Alkahfi
Moh Ikhwan Alkahfi Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Chemical Engineering

Fresh Graduate Chemical Engineering, with interests on RnD and Sustainability from Engineering World!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Idul Adha Diluar Lagi? Rayakan dengan Lebih Unik Lagi!

21 Juni 2024   20:09 Diperbarui: 22 Juni 2024   04:21 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6. Sapi yang udah takluk di-smack down oleh panitia./dokpri

Akhirnya berselang dua bulan setelah Idul Fitri 1445 H, kita bisa bertemu lagi dengan Hari Raya Idul Adha 1445 H mendekati akhir tahun hijriah. Selamat Hari Raya Idul Adha!

Ada satu hal yang hanya ada di Idul Adha tapi tidak di Fitri. Yaitu adanya hewan kurban. Mungkin hal inilah yang bisa dijadiin tontonan. Walau mungkin sebagian orang ada yang nggak tegaan menontoninya.

Yaa, tapi kali ini kita akan “meneliti” gimana sih perayaan Idul Adha di Perawang, Riau? Mungkin untuk introduction singkat, coba baca artikel saya sebelumnya tentang Idul Fitri di Perawang melalui link berikut.

Solat Idul Adha di Pagi Hari!

Gambar 2. Saat khotib menyampaikan khutbah Idul Adha/dokpri
Gambar 2. Saat khotib menyampaikan khutbah Idul Adha/dokpri

Pagi hari itu sangat cerah. Berbeda dengan Idul Fitri sebelumnya yang diguyur hujan gerimis. Sehingga, sangat memungkinkan untuk solat di lapangan ketimbang di dalam masjid.

Didukung dengan udara yang sejuk dan matahari yang nggak keluar dari awan alias mendung, menambah kenyamanan pada pagi saat itu.

Oiya suasananya pun relatif lebih ramai dibandingkan Idul Fitri. Mungkin karena hanya sedikit yang pulang kampung. Jalanan pun masih cukup diisi oleh kendaraan bermotor, dan pertokoan pun banyak yang buka pada pagi itu.

Saat itu, pengurus masjid mengabarkan bahwa pihaknya akan mengurbankan seekor sapi yang disumbangkan dari pihak perusahaan. Hal itu akan diadakan sekitar pukul 9 Pagi.

Menurut saya, wah boleh juga nih ditonton nanti. Penasaran juga ya kan gimana tuh kalo disini. Apakah sama aja atau mungkin ada tahapan khusus gitu. Hehe.

Suasana Jalanan

Gambar 3. Suasana pasar masih cukup ramai pas Idul Adha/dokpri
Gambar 3. Suasana pasar masih cukup ramai pas Idul Adha/dokpri

Selepas solat Idul Adha, saya sempat bertemu dengan beberapa rekan kerja yang saya kenal baik satu divisi maupun beda divisi. Manfaatin momen lebaran, saya sempat bersalaman dengan mereka dan berkelakar sejenak.

Setelah itu, saya iseng keliling ke jalan raya. Ternyata, masih cukup ramai loh keadaannya. Toko-toko pun lebih banyak yang buka, dibandingkan Idul Fitri sebelumnya.

Bahkan di pasar masih cukup banyak yang berjualan. Yaa wajar sihh, libur lebaran hanya ada 1 hari, di awal pekan lagi. Mungkin timing nya saja yang kurang tepat ya haha.

Di beberapa masjid, ada yang baru saja menyelesaikan solat Ied. Terbukti dengan banyaknya kendaraan yang keluar dari lingkungan masjid.

Tapi tapi tapi.... Selama perjalanan saya melihat ada beberapa titik yang sudah melakukan pemotongan hewan kurban.

Uniknya, lokasinya nggak selalu di masjid atau mushola. Ada juga yang mengambil suatu tanah lapang menjadi lokasinya, dengan dilengkapi tenda. Walaupun pihak penyelenggaranya tetap masjid atau mushola, yang lokasinya cukup berjarak dari tanah lapang tersebut.

Nonton Pemotongan Kurban di Pinggir Jalan

Gambar 4. Proses pemotongan hewan kurban/dokpri
Gambar 4. Proses pemotongan hewan kurban/dokpri

Saya pun memutuskan untuk menepi di salah satu spot pemotongan di pinggir jalan kecil. Yaa, acara ini diadakan oleh salah satu musala yang nggak terlalu jauh dari lokasi.

Musala tersebut menerima seekor kambing, dan (mungkin) 4 ekor sapi. Dann, saya berkesempatan menyaksikan pemotongan 1 ekor kambing tersebut dan 2 ekor sapinya saja.

Secara umum, sebenarnya proses pemotongannya sama saja sih.

Cuman ada satu hal yang menurut saya cukup unik. Karena dilakukan di tanah lapang, maka proses pemotongan dilakukan di atas suatu galian. Sehingga, kucuran air merah (bahasa halusnya) yang keluar akan langsung ditampung di galian tersebut.

Hal ini tentu sangat bagus, karena lebih higienis. Sisa-sisa jasad ataupun cairan tubuh hewan yang dibiarkan di permukaan tentu berpotensi menjadi sumber penyakit. Biarlah mereka terkubur di tanah dan diurai oleh makhluk pengurai di tanah.

Lanjut ke Masjid Sendiri

Gambar 5. Seekor sapi yang ada di dekat masjid mess/dokpri 
Gambar 5. Seekor sapi yang ada di dekat masjid mess/dokpri 

Setelah beberapa waktu menyaksikan di pinggir jalan, saya pun memutuskan untuk pulang dan datang ke masjid mess. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 9 lewat 26 menit.

Ternyata pemotongan pun tidak dilakukan di lingkungan masjid. Melainkan di suatu tempat lapang dan ada bangunan di tempatnya.

Yaa, sama halnya dengan kasus yang kita tonton di pinggir jalan tadi. Tanah terbuka memanglah lebih cocok untuk pemotongan hewan seperti ini.

Pas saya masuk ke area tanah tersebut, bahh ternyata ada seekor sapi yang akan diolah nantinya. Ini fotonya...

Agak kesian yaa sapi. Cuman gapapalah. Insya Allah si sapi bakalan menjadi kendaraan si penyumbang nanti di akhirat kelak. Aaamin.

Mendadak Jadi “Panitia” Haha...

Gambar 6. Sapi yang udah takluk di-smack down oleh panitia./dokpri
Gambar 6. Sapi yang udah takluk di-smack down oleh panitia./dokpri

Proses pemotongan memang diadakan secara tertutup. Mungkin biar nggak terlalu ramai yang datang, sehingga bisa menganggu konsentrasi panitia ataupun si sapi sendiri. Karena sang sapi pun butuh ketenangan di akhir-akhir masa hidupnya hehe.

Saat itu hanya ada panitia yang beberapa orang saja. Sedangkan sapinya cukup gemuk. Sehingga, perlu bantuan dari tiap-tiap orang yang ada di sekitar situ.

Sebenarnya, niat saya hadir kesini cuman iseng karena gabut kalo di kamar aja. Tetapi, ternyata dikasih kesempatan buat ikut ngolah daging-daging sapi tersebut. Ini mungkin jadi pengalaman pertama saya yaa dalam “berkarir” di bidang panitia kurban.

Gimana Prosesnya?

Pertama, tentu kita harus membantu menahan amarah dari sapi itu. Walaupun udah dijatuhkan, sapi tentu masih ada kekuatan untuk memberontak. Maka dari itu, harus dibantu dengan sebatang kayu besar untuk menahannya.

Singkat kata, akhirnya sapi pun kalah dan menyerahkan dirinya untuk dikonsumsi bersama. Setelah takluk, pengolahan dimulai dengan mengulitinya dan lalu memotong beberapa bagiannya.

Pemotongan ini mempermudah kita untuk pengolahan selanjutnya, dan memisahkan daging-daging dari tulang.

Sapinya lumayan sehat lah yaa. Mungkin selama hidupnya beliau memang mendapatkan kasih sayang penuh dari majikannya. Dan juga nggak pernah kepikiran buat diet-diet. Semua jenis rumput dan daunan di gaskannya saja.

Gambar 7. Jangan cuman suka iga aja, tapi nggak tau cara ngolah dagingnya/dokpri
Gambar 7. Jangan cuman suka iga aja, tapi nggak tau cara ngolah dagingnya/dokpri

Ini salah satu bagian favorit saya kalo makan daging. Yaa apalagi kalo bukan iga. Dibikin sop, ataupun dibakar rasanya sama-sama enak tuh.


Alhamdulillah walau baru pertama kali, ternyata tidak sulit-sulit amat ngelakukannya. Saya pun bisa sekalian belajar gimana ngolah daging sapi yang baik dan benar. Termasuk cara berduel dengan sapi sampe menang.

Gambar 8. Foto with Pak Junaedi, pengurus Masjid Mujahidin 26K/dokpri
Gambar 8. Foto with Pak Junaedi, pengurus Masjid Mujahidin 26K/dokpri

Yang dari awalnya niat iseng-iseng nonton, ehh ternyata malah dapet ilmu baru. Memang melelahkan, tapi kalo dijalani jadinya menyerukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun