Mohon tunggu...
Iwan Husain
Iwan Husain Mohon Tunggu... Guru - guru

keilmuan dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berpikir Rasional: Ketakutan dan Kemalasan

10 Juli 2023   14:04 Diperbarui: 10 Juli 2023   14:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran hanya disebut pikiran kalau dia bisa dipertengkarkan, saya berpikir kalau ada orang yang menggugat pikiran saya dan saya larang orang itu menggugat pikiran saya, itu artinya saya tidak berpikir tapi sedang berdoa. (Roky Gerung) .

itulah kalimat yang biasa disampaikan Bang roky pada acara seminar, dan pada acara dilayar Tv, penulis ingin mencoba mengkorelasikan narasi Roky gerung dan menguraikan fenomena belakangan ini kita tidak hanya malas berpikir namun melebihi dari itu lebih takut berpikir rasional (masuk akal). 

Ketakutan berpikir ini disebabkan menjauhi dari perdebatan yang akan mengerucutkan pada perselisihan hubungan emosional, padahal yang diharapkan hanya pada perselisihan pendapat yang dihasilkan dalam industri pikiran masing-masing bukan melahirkan permusuhan emosional dan kontak fisik usai berselisih pendapat.

Juga disebabkan daya literasi kita terhadap objek yang dipikirkan sangatlah kurang, itu menjadi variable dalam takut dan malas berpikir, kalaupun kita berpikir yang terjadi adalah asal bunyi dan menghasilkan kesalahan berpikir. 

Dampaknya kegaduhan dan kesesatan berpikir. Di sisi lain, setiap pendapat yang berasal dari publik figur kita segera memvalidkan dalam pikiran kita bahwa argumen itu benar sehingga kita tidak punya hak untuk menganalisis mengklarifikasi apa lagi mencoba berbeda pendapat dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.

Sejalan dengan itu, menurut data masyarakat Indonesia ,jika dilihat dari data di kutip darinarasi.tv. Data World Population Review 2022 menunjukkan bahwa nilai rata-rata IQ orang Indonesia hanya sekitar 78,49. 

Nilai tersebut membuat Indonesia berada di posisi 130 dari 199 negara yang diuji. Hal ini menunjukkan IQ orang Indonesia tergolong rendah di dunia.Intelligence Quotient adalah taraf kecerdasan yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran hingga menyelesaikan masalah.  

Data ini tentunya mempunyai korelasi terhadap kemalasan berpikir kita yang dapat berujung pada fenomena ketakutan berpikir. Itulah orang Indonesia skeptis dalam sesuatu hal. Ini sejalan dengan Erik Pevernagie bahwa percaya itu mudah namun berpikir itu sulit, berpikir tentang mengapa kita percaya itu lebih sulit lagi
Lalu krisis berpikir  inilah  merajalelanya hoaks atau informasi yang menyesatkan.

Menurut paulus wahana dalam bukunya Filsafat ilmu pengetahuan berpikir rasional adalah sebuah Pemikiran rasional mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu tradisional dan mitosis/mistis, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya.

Juga manusia sebagai mahluk yang diberi keistimewaan oleh sang pencipta yaitu akal sedangkan pada binatang lain adalah insting. olehnya itu dengan kita berpikir agar hakikat kemanusiaan itu eksis serta terhindar menjadi binatang. lebih parah lagi jika kita memakai insting. secara tidak langsung menghina pemberian tuhan yang tak kita syukuri dengan tidak menggunakan nya sebagai mana mestinya. Berpikir secara rasional banyak memahaminya hanya dapat dilakukan oleh kalangan filosof. Padahal tidak demikian.Tuhan memberikan t   idak memberikan keistimewaan bagi manusia lainnya seperti filsuf. Metode berpikir rasional yang membedakan kita dan mereka.

Berpikir Rasional

apa itu berpikir? ketika pertanyaan ini saya ajukan? anda sedang berpikir dalam pikiran anda.
Berpikir adalah pengolahan informasi melalui penangkapan panca indra yang terjadi dalam industri pikiran kita mengetahui pengetahuan yang tidak kita tahu menjadi tahu. berpikir tentunya akan menemukan kebenaran bergantung optik panca indra mana yang kita pakai.

Secara hakikat, berpikir tidaklah identik berpikir dengan menghitung, walaupun berpikir secara terminologi seringkali menggunakan istilah rasio yang berasal dari kata latin Reor menghitung.

Dalam Buku Falsafah Tuna karya Ayatullah Muhammad Baqir Sadiq . Berpikir adalah suatu upaya yang dilakukan oleh otak dengan tujuan memperoleh suatu tasdiq  atau pengetahuan baru dari sebagian pengetahuan terdahulu. proses berpikir juga dimulai dengan meninjau informasi terdahulu.
 

Dampak Tak berpikir Rasional.
 
Secara umum dampak tak berpikir rasional adalah kesesatan berpikir. Kesesatan berpikir yang dimaksud dimana proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis (Irasional ) salah arah dan meyesatkan. Ini Karena adanya suatu gejala berfikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memikirkan relevansinya.

tindakan dan Perbuatan kita berasal dari perintah diri kita yang bekerjasama hati dan pikiran. jika dalam pikiran sudah tak rasional maka akan menimbulkan perbuatan yang menyebabkan kerugian terhadap diri sendiri. Oleh nya itu sejalan apa yang dikatakan masyarakat pada umumnya, berpikir dulu baru bertindak, jangan bertindak baru berpikir. Jika berpikir dulu baru bertindak artinya kerangka berpikir demikian bisa dikatakan berpikir rasional dimana menganalisis dampak buruk yang kemungkinan terjadi dalam melakukan sesuatu hal disertai dengan problem solving jika terjadi sesuatu masalah diluar Prediksi kita.

Di samping itu,dampak yang ditimbulkan jika tak berpikir rasional yaitu munculnya fenomena kegaduhan dalam masyarakat, seperti Gaduh dalam beragama, berdemokrasi, dan pendidikan.

Gaduh dalam beragama dimana setiap pengikutnya fanatik terhadap kepercayaan nya,yang menimbulkan dampak intoleransi terhadap sesama penganut agama.
bahkan kitab suci agama telah membatasi kreativitas berpikir kita, semua telah dijelaskan didunia ini lalu apa gunanya tuhan menciptakan akal kita jika segala sesuatu telah dijawab dalam kita suci. tidak heran masyarakat kita hobi takhayul menghubungkan segala sesuatu yang mistik akibat tak mampu berpikir secara rasional.

Manusia hari ini sangatlah berpola pikir instant, juga ketika mengalami stagnansi berpikir maka kita menghubungkan agama. setiap fenomena yang rumit dan misteri maka agama akan menjadi jawab dari persoalan itu.

fenomena hari ini, sebagian penganut agama yang menjauhi dari segala hal perdebatan teks agama. Akibat dari memperkosa makna tafsiran dari pembawa ajaran tersebut. padahal seperti di agama islam,  apabila mengajarkan dilarang mengikut segala sesuatu yang tanpa kita ketahui lebih dalam, juga ijtihad apabila dilakukan secara benar maka mendapat 2 pahala, dan jika salah hanya mendapatkan satu pahala.
Beberapa teman saya jika membicarakan persoalan eksistensi Tuhan dalam agama mereka segera menutup dialektika seolah membicarakan adalah hal tak etis, dihubung-hubungkan akan menjerumus pada kekafiran. Sebenarnya ketakutan berpikir demikian disebabkan kekurangan referensi, maka skeptisisme dalam beragama menjadi pemahaman kita.

Kegaduhan kedua yaitu berdemokrasi jika berbeda pendapat dengan orang pada umumnya kita dianggap aneh, sebab orang tak ingin berpikir rasional lebih dalam.jangan heran berdemokrasi, kita ikut ikutan. pikiran di wakili lalu disuarakan diparlemen.dalam politik, lawan politik.manusia takut pada pikiran, mempengaruhi orang melalui pikiran. sekontriversial apa pun pikiran tak mesti di beri ruang berekspresi. Tidak boleh orang berpikir lalu ditangkap (Wahid Institut) . kehadiran undang undang ITE yang membatasi pikiran kita adalah racun bagi sistem berdemokrasi Kita.
jelaslah bahwa takut terhadap pikiran lalu mengkriminalisasi pemikir tersebut adalah sebuah tragedi kejahatan besar

Begitu juga dalam dunia pendidikan ketakutan Berpikir menghantui kalangan pelajar, takut salah kita menyampaikan pokok pikiran nya, akan ditertawai apa bila ada argumen yang dibangun, dan ketajaman argumen dari nalar kritis dianggap tak beretika (bagi kalangan mahasiswa jika nyaring suara anda dan tajam itu dihubungkan dengan etika). di sisi lain berpikir lalu mengeluarkan argumen tanpa divalidasi referensi google juga itu yang membuat pelajar takut hingga malas berpikir.

ketakutan berpikir tentunya punya alasan. takit hantu punya alasan, umum nya wajahnya nya yang seram, atau belum biasa melihat sesuatu yang abstrak sedangkan mereka melihat kita biasa saja. takut berpikir demikian. di satu sisi kita takut salah ketika mencoba berpikir sendiri tanpa di bantu oleh orang lain, ataukah lagi takut berpikir karena kemalasan otak kita untuk memakainya. Di lain pihak takut berpikir karena dunia yang telah dirangkum oleh mesin google sehingga takut berpikir mandiri akan berbeda dengan mesin google tersebut.
ke dua,  berpikir kita hari ini masih mempersoalkan kenakalan berpikir (Radix) adalah berbenturan dengan nilai kesopanan
 
dari ketiga fenomena diatas penulis mendefinisikanya sebagai Ejakulasi berpikir. Dimana dalam industri pikiran kita mengalami lemah berpikir segera  merasakan klimaks  pada pikiran kita

Dengan demikian ,tentunya berpikir rasional membutuhkan proses latihan agar menjadi sebuah habbit  atau kebiasaan. Lingkungan dan buku apa yang anda baca akan menjadi ukuran dalam mempengaruhi kebiasaan berpikir rasional anda .
Filsafat tetap menjadi umpan terbaik dalam memancing keberanian berpikir, dan mengakhiri ketakutan dan kemalasan berpikir
Sehingga berpikir rasional akan membawa kita pada jalan kebenaran dan dijauhkan dari kesesatan berpikir dan perbuatan yang merugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun