Mohon tunggu...
Iwan Husain
Iwan Husain Mohon Tunggu... Guru - guru

keilmuan dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradoks Asmara Pelajar dan Urgensinya (Bagian 2)

29 Juni 2023   03:14 Diperbarui: 29 Juni 2023   19:25 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penulis ingin menggugat asmara dari para pelajar (Mahasiswa, sma, smp) itu. Asmara pelajar yang dilakukan dalam bentuk perilaku pacaran, tentu menjadi hal yang wajar jika pegangan tangan, ciuman, healing di gunung, dilaut,puncaknya berhubungan seks dan efek negatifnya dari semua itu bagi pelajar yang notabenenya sedang meggeluti pendidikan akan mengalami dikotomi pikiran dan waktu maka konsentrasi minat belajar akan menurun fase mereka jauh dari makna sebagai harapan keluarga, bangsa dan Negara. 

.  

Pada binatang, Hewan jantan akan melakukan segala cara memikat hewan betinanya agar bisa kawin kawin. Contohnya burung Cendrawasih jantan akan memamerkan bulu cantik nya dengan tujuan menarik perhatian burung cenderawasih betina lalu kawin mawin. Pada manusia pun demikian, motivasi sebagian mahasiswa untuk bisa menyelesaikan skripsi agar segera resepsi. yaitu menikah dengan orang yang dicintainya, kadang kala syarat untuk diterima adalah dengan menyelesaikan studi sebagai daya tarik kepada keluarga salah satunya. 

Maka untuk memperjuangkan cinta agar bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai nya,ia harus menyelesaikan studi Sarjana. sadar atau tidak sadar dorongan hasrat seksual (Menikah lalu kawin) akan menjadi motivasi dalam menyelesaikan studi.Bagaimana pun dengan menikah rasa penasaran mendalam terhadap pasangan akan terkuak. Beda halnya jika pasangan pelajar telah melakukan hubungan intim (Bercinta) dengan pasangan nya, sulit untuk mengkonversikan menjadi semangat dalam menyelesaikan studi. 

Hilanglah semangat meraih cita-cita karena bercinta telah kita lalui. Sebaliknya, proses penyelesaian studi selesai bagi yang menjalani asmara berharap putus dengan pasangan nya sebab rasa penasaran itu telah lama ia rasakan dan temukan. Agak mirip dengan binatang, namun bercinta sebelum cita-cita diraih lebih binatang dari binatang.

Sebagian besar orang menganggap fungsi pacaran adalah sebuah bentuk rekreasi, orang yang berpacaran akan menikmatinya dan menganggap pacaran sebagai sumber kesenangan dan rekreasi. Sebuah penelitian menunjukan responden laki-laki lebih memaknai fungsi pacaran sebagai sumber kesenangan dibanding perempuan. Istilah cinta main-main memiliki presentasi lebih tinggi laki-laki dibanding perempuan. Hal ini menunjukan bahwasanya laki-laki lebih memaknai pacaran dengan sumber kesenangan, sedangka, perempuan lebih memaknai pacaran dengan pencarian status.  

Tragedi asmara yang lebih mengerikan pada tingkat perguruan tinggi ditataran kampus adalah Senior berkarat menjalin pacarnisasi dengan junior (perempuan) kampusnya ataupun sesama organisasi, umumnya junior yang polos nan suci dengan niat belajar ke senior tersebut yang di anggap mampu membuka cakrawala wawasan berpikirnya sesuai cita-cita keinginan luhurnya, namun takdir berkata lain senior tipe demikian menafsirkan bukan hanya wawasan yang ia buka namun selangkangan pun akan didekonstruksi, lagi-lagi dibalut sepotong kata suci yaitu CINTA. Demikianlah cinta seringkali terlafadzkan agar cumbu-mesra dapat terealisasikan.

Miskonsepsi Pacaran.

Pacaran sebagai praktik sosial merupakan fenomena baru muncul pada belakangan ini. 

Dalam tradisi masyarakat Indonesia telah memiliki budaya tersendiri sebelum Pra-pernikahan. Di Sulawesi tenggara perkawinan adat suku tolaki dimana ada prosesi atas insiatif secara kolektif secara ideal dan normative dilakukan bagian dari prosesi perkawinan yang disebut tahap metiro yang bermakna mengintip, meninjau calon istri. jika kita mencoba memaknai prosesi ini mempunyai kemiripan pacaran (Pra-pernikahan) sebagai mana belum terkontaminasi oleh modernisasi.

Begitu pula pada masyarakat melayu kuno mempunyai kebudayaan tersendiri dalam melangsungkan pra-pernikahan. Pacaran diambil dari kata Pacar. Tumbuhan daun pacar. Pacaran adalah suatu kondisi yang menerangkan bahwa sudah adanya itikad menuju jenjang yang lebih serius antara sepasang laki-laki dan perempuan yang kelak menjadi pasangan sah secara agama maupun Negara. Keduaya ditandai pada jari tangan mereka dengan olahan daun pacar berwarna merah. Dengan tanda kode yang berada tangan sepasang mereka guna memudahkan dilingkungan mereka bahwa sedang pacaran. Lanjut, sang lelaki akan diberikan waktu 3 bulan untuk mempersiapkan diri, belajar ilmu pernikahan, wawasan membina rumah tangga, mencari materi dll. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun