Mohon tunggu...
Hadi Wirawan
Hadi Wirawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

petani gurem di @TuhanPatih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Punahnya Susilo, Bambang, Joko, Widodo

18 November 2013   20:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:59 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Segalanya memang berubah. Ndak apa-apa. Barangkali yang susah dirubah di dunia ini hanyalah bagaimana mengubah bentuk hidung orang Yahudi dan mengubah rambut kriting orang kulit hitam,” kata Ngadino, menghibur diri.

“Yang akan benar-benar cepat punah adalah namamu yang berbau sok jago, terkesan militeristik,” sela Supeno sambil menunjuk ke Yudhoyono dan aku (Wirawan).

“Hadi terutama, sudah lama punah,” sambar Sutrisno (sang penyayang).

Kami tertawa, saling tidak tahu apa yang ada di balik benak masing-masing. Aku sendiri mencoba mencari-cari jawab, salah siapa semua ini?

Nama-nama Joko, Susilo, Bambang, Hadi, Budiono adalah bagian dari nama-nama yang pernah berkibar, nama-nama yang sedemikian lama bertengger di papan atas blantika nama anak lelaki di Jawa.

Hadi dan Joko misalnya, pernah dipakai oleh Joko Tingkir alias Mas Karebet alias Hadi Wijoyo sang pendiri dan Sultan Pajang. Joko dan Widodo kini dipakai oleh Gubernur DKI Joko Widodo, dan bisa jadi dia akan menjadi Joko Widodo yang terakhir menjabat gubernur dalam sejarah Indonesia.

Susilo dan Bambang misalnya, kini nama itu masih di pakai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara Susilo dan Joko juga di pakai seorang Inspektur Jenderal Polisi yang kini jadi bagian dari ‘Satwa’ penghuni Rutan KPK. Budiono demikian juga, mungkin akan punah nama ini beberapa decade setelah Budino lengser dari jabatan Wakil Presiden RI.

Hmmmm … kadang aku ingin sependapat dengan Shakespeare, “apalah arti sebuah nama?” Tapi itu berarti aku mengkhianati keyakinanku, bahwa Shakespeare terlalu gegabah. Bukankah kita memberi apapun nama, dan seringkali merekayasa maknanya? Bukankah kita berlomba mencari yang bernama melalui nama-nama?

Bahkan mencari apapun di mbah Google, perlu sebuah nama. Minimal sebuah aksara.

Salam .... @TuhanPatih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun