Mohon tunggu...
Hadi Wirawan
Hadi Wirawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

petani gurem di @TuhanPatih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gajah Mada Pernah ke Bima?

14 Desember 2013   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:55 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah peristiwa ini, Arya Kenceng ditunjuk jadi gubernur militer Majapahit di Bali sekaligus diberikan kekuasaan sebagai raja kubu di daerah Tabanan dengan rakyat 40.000 orang. Arya Sentong ditunjuk sebagai wakil gubernur militer merangkap jadi raja kubu di daerah Pacung dengan rakyat 10.000 orang. Sementara Adityawarman –keponakan Wijaya sekaligus kakak sepupu raja kedua Majapahit Jayanegara– pada 1347 berangkat ke Sumatera (leluhur ibunya) dan menjadi raja di Pagaruyung dengan gelar Tuhan Patih. Ia sekaligus menjadi Duta Hamungkasi –duta berkuasa penuh– untuk menyelesaikan masalah-masalah Majapahit di kawasan Selat Malakan.

Catatan sejarah (Pararaton) menyebutkan, Sumbawa –Dompu dan Bima tentunya– baru ditundudukkan oleh armada laut Majapahit di bawah komando Arya Wiramandalika Mpu Nala pada 1357. Oleh karena sukses ini, Laksamana Nala juga disebut sebagai “Pahlawan Padompo” alias Pahlawan penaklukan Dompu. Dari Dompu inilah Majapahit kemudian melebarkan kekuasaan di Nusantara bagian timur sampai Wanin (Papua) dan Muar (Saparua).

Penaklukan Sumbawa ini hampir berbarengan dengan meletusnya Perang Bubat (Mei 1357) yang menewaskan balatentara dan raja Sunda Galuh termasuk putrinya, Dyah Pitaloka yang adalah tunangan Hayam Wuruk. Peristiwa yang membuat Gajah Mada dinokaktifkan dari jabatan mahapatihnya selama dua tahun (1357-1359). Pada September 1359 Gajah Mada kembali berdinas, tetapi sudah berubah karakter. Majapahit tidak agresif lagi.

.:: Berikutnya ada pula yang mengganjal di alinia Sembilan, disebutkan: “Keberadaan Gajah Mada di Bima juga terekam dalam Nagarakartagama (1364) …. “

Nagara Kretagama diserahkan oleh pujangga Prapanca kepada Hayam Wuruk pada 1365, setahun setalah Gajah Mada wafat. Kenapa? Ada semacam dendam pribadi antara Prapanca dan Gajah Mada, dan Prapanca takut betul pada pengaruh besar Gajah Mada yang bagaikan “Raja” Majapahit itu sendiri.

Prapanca juga tidak pernah menyebut Gajah Mada pernah ke Sumbawa, walau memang ada menyebut Dompu. Penyebutan Dompu/Sumbawa adalah dalam rangka menjelaskan daftar kerajaan-kerajaan yang berada di bawah “Uni Protektorat” Majapahit, baik secara militer maupun ekonomi-perdagangan.

Prapanca dicopot dari jabatan Darmadyaksa –yang diwarisi dari ayahnya– oleh Hayam Wuruk karena keinginan Gajah Mada. Prapanca dianggap lebai, cengengesan, dan raut mukanya selalu mengesankan meremehkan setiap orang yang disekitarnya. Prapanca kemudian frustasi dan menyepi ke Banyuwangi dan kemudian ke Karangasem (Bali), menulis beberapa “puisi, catatan harian” di samping Nagara Kretagama juga.

Jelas betul dalam pupuh-pupuh akhir Nagara Kretagama, Prapanca menulis kitap tersohor itu agar bisa mendapat jebatannya kembali sebagai Darmadyaksa, tetapi Hayam Wuruk tak menggubrisnya. Oleh karena latar belakang itu, maka dalam kitab Negara Kretagama sangat sedikit sekali menyinggung nama Gajah Mada. Yang ada kebanyakan puja-puji cenderung hiperbolik pada Hayam Wuruk.

.:: Hadi Wirawan di @TuhanPatih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun