yang berlari di atapatap ingin
adalah kekosongan hatiku
secuil kata melesat
sepintas kutangkap dalam jerat
dan engkaulah busur itu
yang telah tancapkan anakanak kata
dalam detak jantungku hingga terluka
sejenak aku berhenti
pada persimpangan sebatang kara
aku ingin kembali menuangkan anggur dalam gelasmu
lalu kita mabuk menyanyikan lagu cinta
ya lagu cinta yang tiada arti
kau sudah lupa pada corak gerimis
di kaki bukit arum manis
bukankah kita pernah mengukirnya
batang pohon matoa bermata jelita
masih berdiri perkasa
sudah kuduga jejakmu masih tertinggal di sana
aku masih bisa merasakan
walau penuh kesakitan
Â
MADUKORO BARU, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H