Mohon tunggu...
Iwan balaoe
Iwan balaoe Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa

Pemerhati yang perhatian banget

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Susi dan Edhy, Berjabatlah dengan Lobster

9 Juli 2020   18:12 Diperbarui: 10 Juli 2020   09:03 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam kesempatan serah terima jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menitipkan kepada Edhy Prabowo untuk dapat meneruskan perjuangan. (Dok. HUMAS KKP via Antara)

Pada heboh bicara lobster gara-gara omongan mantan menteri Susi. Jiwa nasionalis netizen dan kepedulian pada pelestarian alam langsung memberontak saat menteri KKP Edi Prabowo melontarkan wacana akan membuka kran ekspor benih lobster.

Alasan Susi dan Para nasionalis sejati memang benar. Kalau bisa jual besar, kenapa harus jual benih? Biarkan lestari di laut, menjaga keseimbangan ekosistem. Saat sudah besar, baru dijual yang konon harganya bisa mencapai 2 Harley Davidson dalam 1 kemasan ekspornya.

Alasan Menteri KKP juga logis. Selama diberlakukan larangan ekspor tahun 2015, ternyata gak menghentikan aksi pengiriman benih lobster ke negara yang membutuhkan.

Setiap tahun penyelundupan benih lobster dari negara Indonesia ke Singapura meningkat dan nilainya fantastis. Penyelundupan lobster menjadi penyelundupan nomor 2 terbesar setelah narkoba.

Wow, kan?!

Dari 2 pihak itu, ada pihak ke-3 yang terlupakan. Mereka adalah para nelayan pencari benih lobster.

Saat larangan ekspor diputuskan, ada puluhan ribu nelayan pencari benih ini terombang-ambing laksana kapal tak tentu arah. Sebagian dari mereka, gak peduli atas larangan Menteri Susi, tetap melakukan penangkapan karena dapur gak bisa menunggu lobster besar dulu untuk dijual.

Susi pernah memberikan solusi untuk budidaya saja benih lobster yang ada, setelah besar nanti baru jual. Namun, kendala gak selesai di situ aja. Budidaya benih lobster menuju besar, butuh waktu 1,5 tahun lamanya. Lagi pula, sampai saat ini gak ada pakan lobster yang di pasaran.

Budidaya lobster gak sama dengan budidaya lele dumbo. Di mana tinggal lempar sayuran busuk atau bangkai binatang, itu lele akan tetap tumbuh. Sekurang-kurangnya, pasang jamban di kolam saja, lele pun udah seneng banget nunggu setoran dari orang yang nongkrong di jamban.

Setuju dengan kebijakan Susi larang ekspor benih lobster, tapi gak setuju dengan cara Susi memperlakukan nelayan pencari benih yang nasibnya terkatung-katung. Mereka manusia yang punya keluarga dan punya kebutuhan layaknya kita juga.

Jika larangan Susi itu hebat, kenapa masih banyak penyelundupan saat ia masih menjabat?

Jujur, secara pribadi saya gak pernah makan lobster. Jika nanti lobster itu dibiarkan hidup pada laut lepas dan tangkap saat udah besar, saya pun yakin bahwa untuk mengonsumsinya bukanlah orang-orang seperti saya ini jenisnya. Lobster akan tetap menjadi barang mewah untuk kalangan bawah seperti saya.

Boleh saja kita sayangkan wacana menteri KKP yang baru ini. Tapi setidaknya ada pembahasan lebih lanjut kenapa wacananya keluar dan solusi yang bagus bagaimana memecahkannya.

Walau hanya netizen biasa yang gak pernah makan lobster, gak ada salahnya untuk ikut tau ada apa sebenarnya yang terjadi.

Berperilaku peduli itu bagus, tapi peduli pada pelestariannya dengan melupakan pihak yang berharap pada alam, bagi saya itu gak bagus juga.

Netizen sosial media dan para SJW mungkin protes keras, namun ada sekelompok nelayan yang menggantungkan nasib pada alam justru senang dengan kebijakan itu. Nelayan yang selama ini mencari pendapatan pada laut lepas dan selama KKP dikepalai oleh Susi, sudah berapa rekan mereka yang ditangkap karena menyalahi aturan pelarangan ekspor benih lobster.

Mungkin kita bisa nyaman bicara mendukung Susi, namun di sebelah sana ada nelayan yang berani pertaruhkan diri untuk tetap menjual benih lobster demi keluarga tercinta. Gak terhitung berapa jumlah yang tertangkap, dan sampai kini mereka pun tetap mengindahkan larangan.

Satu sisi ingin pertahankan benih lobster ada di perairan Indonesia, satu sisi ingin memperjuangkan nelayan negeri sendiri tanpa ada ancaman penjara pada mereka. Itu yang menurut penilaian saya ada di kepala menteri KKP yang baru.

Mengikuti langkah Susi, sudah terjadi bagaimana maraknya penyelundupan dan nelayan yang tertangkap. Sepertinya harus ada langkah tepat untuk hentikan penyelundupan dan menjaga ketersediaan benih di perairan kita.

Budidaya lobster selama Susi menjabat belum mendapatkan perhatian khusus. Harusnya kita bertanya, kenapa Vietnam bisa menjadi negara yang berhasil membudidayakan lobster sampai mau membeli benih begitu mahal pada negara penyuplainya?

Kenapa bukan negara kita yang berjaya dengan budidaya lobsternya? Benih tinggal ambil saja, gak perlu membeli lagi. Kenapa gak terpikirkan oleh Susi di masa ia menjabat kemarin?

Ada baiknya menteri KKP sekarang memikirkan juga untuk membudidayakan lobster seperti Vietnam. Selama ini penyelundupan melalui Singapura sebagai brokernya.

Jika memang ingin ekspor, buat kerja sama yang saling menguntungkan. Ekspor benih langsung pada Vietnam dan Vietnam berkewajiban memberikan pengetahuannya tentang budidaya lobster agar nelayan kita bisa mencontohnya.

Win-win solution.

Benih bisa diekspor dengan kuota tertentu, ada benih yang dibudidayakan dengan pengetahuan dari vietnam yang telah berhasil akan hal itu dan nelayan tidak lagi menjadi kriminal sebagai penyelundup. Yang akhirnya, negara ada pemasukan atas pengenaan pajak atas transaksi yang berlaku.

Melarang ekspor tanpa melakukan apa-apa pada pihak yang menggantungkan harapan padanya, bagi saya itu kejam banget. Kamu disuruh bertahan tanpa ada fasilitas penunjang untuk survive, apakah akan berhasil?

Susi peduli pada pelestasrian, Edhi Prabowo peduli pada nasib nelayan. 2 orang yang peduli, ada baiknya kepedulian mereka ini digabung untuk mendapatkan kesimpulan yang sama-sama menguntungkan semua pihak.

Dan lobster akan tetap menjadi angan-angan untuk memakannya. Apa bisa lobster dibuat rendang? 

Kata orang Payakumbuh, "Semua yang ada di laut, boleh direndang. kecuali kapal selam. Itupun karena keras, kalau lembut..sudah masuk bumbu lengkuas di dalam."

End.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun