Mohon tunggu...
Iwan Basuki
Iwan Basuki Mohon Tunggu... wiraswasta -

hubungi saya di chess.com/iwanb86

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Tiga Hari

4 Juni 2014   14:12 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi yang sulit menuntut kami berpikir, terdiam dan termenung tentang apa yang terjadi. Kesulitan tersebut adalah stimulasi dari keadaan. Sebulan sudah tetapi tangkapan ikan sangat sedikit. Semua perbekalan utama menyusut, dari solar, beras, air minum, es balok yang mencair, dan lirip daun kelapa habis. Semua awak terdiam merenungi nasibnya. Mereka teringat anak istrinya yang selalu menanti kedatangannya.

Suatu ketika nakhoda menghampiriku di haluan kapal duduk berdampingan dan menyapa. Kemudian saya berkata, "bagaimana pak  tangkapan sedikit padahal jumlah lobang sangat banyak, apakah ada kemungkinan mendapat ikan yang banyak". Nakhoda memaklumi ketidaktahuanku, padahal perkataan itu sangat tabu dikatakan semua orang. Nakhoda berkata, "jika ada rejeki tentu bisa dapat".

Adalah suatu peristiwa tentang fenomena alam yang terjadi pada Juni 2000. Menjelang hari ke-40 terjadi hujan yang sangat lebat selama tiga hari tanpa henti, disertai kilat dan gemuruh, dan tiupan angin yang kencang, laut bergejolak diselimuti kabut, jarak pandang sangat pendek, kulihat antara permukaan air dan udara tak ada batasnya. Hujan turun tanpa henti. Seseorang berkata, " hancur sudah semua tangkapan itu, dan jadilah bubur". Dalam keadaan begini mendapat banyak ikan pun percuma saja.

Hujan reda di malam ketiga. Waktu itu pukul 2 malam, terdengar seru seseorang dari luar, "lihat ikan sangat banyak, tolong panggil semua orang". Semua bergegas keluar dan benar saja terlihat banyak ikan. Ikan itu mendekati cahaya galaksi dan mencari suhu hangat. Keadaan malam itu sangat dingin dan diselimuti kabut, tentunya ombak sudah reda. Dan segeralah tawur menebar jaring dan ikan tertangkap dengan jumlah yang sangat banyak. Lalu bergegas pulang dengan membawa ikan segar.

Catatan saya adalah

Pada perkembangannya industri penangkapan ikan terpuruk karena inflasi, besarnya ongkos sangat membebani sementara nilai jual rendah. Resiko kegagalan sangat mungkin terjadi. Terjadinya spekulasi permainan harga di pelelangan. Banyak faktor yang menyudutkan sektor ini.

Diperlukan armada yang tangguh apabila menghadapi situasi alam seperti itu. Membangun armada kapal baik juga tumbuh di semua provinsi, berikut dermaga dan dok. Membentuk tata niaganya dan dukungan industri pengolahan ikan. Daya penetrasi produk ke konsumen dan daya beli konsumen mengingat ikan melimpah baik dari perairan nusantara maupun perairan lepas. Hal yang ironi adalah ikan yang sampai ke konsumen kualitasnya rendah sementara harganya mahal, tentu dirijek orang.

Regenerasi pekerja karena jenis pekerjaan ini bukan bangku rebutan. Jenis pekerjaan ini sangat mungkin ditinggal orang, sementara nilai tawar rendah, sedangkan ikan bernilai ekonomi. Bisa jadi yang mengisi pekerjaan ini bukan orang ahli, terlebih dengan metode dan alat tangkap tradisional. Coba bandingkan dengan kapal dan alat tangkap modern pada pos kesaksian atas illegal fishing.

Industri ini dimonopoli oleh konglomerat, membentuk kongsi dengan jumlah kapal yang banyak. Harga kapal dan perbekalan nilainya besar, resiko kegagalan besar dan kemungkinan keuntungan besar pun ada. Artinya adalah swadaya seseorang  sangat tidak mungkin bermain di sini kecuali seseorang yang berhasil, mampu membeli kapal sekaligus menjadi nakhoda. Jenis orang ini sangat jarang mengingat tanggungan resiko yang besar.

Meskipun potensi ikan besar, hal ini belum tergarap sempurna. Laut yang luas itu banyak pula diarungi perahu sampan. Bukan bilangan jari, melainkan sangat banyak. Artinya semangat sangat besar meskipun keadaan sulit. Mereka menggunakan layar dengan jumlah orang berdua, bertiga, atau berempat bergantung ukuran perahunya. Sementara perahu tenaga solar terpukul karena kelangkaan solar dan juga harganya mahal. Sementara itu, cerita di atas adalah perjalanan pertama saya dengan harga solar 400 rupiah sebanding dengan harga minyak tanah 400 rupiah per Mei 2000.

Untuk bicara tentang ini tidak pantas sekedar opini tanpa mengetahui realita, bukan berangan angan, bukan dari bacaan koran atau internet, jika berkeinginan membangun sektor ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun