Mohon tunggu...
Muhammad Riswan Hulalata
Muhammad Riswan Hulalata Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Sejak lahir hingga dewasa hidup di lingkungan dan tempat yang berbeda, terlanjur mencintai dunia fotografi dan saat ini sedang menekuni dunia jurnalistik"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Model Cantik Berlumpur di Majalengka

18 Maret 2017   21:56 Diperbarui: 19 Maret 2017   08:00 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Menceritakan keunikan serta keindahan dan kekayaan alam Indonesia kita tercinta ini bakal tidak akan ada habisnya. Selain laut yang menjadi 70 persen sumber penghidupan masyarakatnya, 30 persen lainnya terdapat penghidupan yang beragam yang dimulai dari bawah tanah hingga di atas daratan tanah ini.

“orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

Sepenggal lirik lagu milik Koes Plus ini, mengisahkan betapa tanah Indonesia ini merupakan tanah yang subur sehingga apa saja yang di tanam di tanah ini, bisa tumbuh berkembang laksana taman surga.

Sehingga tak heran bila di Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Majalengka, kecamatan Jatiwangi oleh masyarakat setempat, tanah dijadikan sebagai sumber rezeki dan penghidupan hingga kurun waktu berabad tahun lamanya.

Iya, sudah lebih dari satu abad daerah ini menghasilkan genteng untuk dipasarkan ke daerah di pulau jawa. Selain dijawa, diluar pulau jawa hingga ke luar negeri genteng ini disebarkan dan tetap dipelihara serta dilestarikan hingga turun temurun oleh penduduknya.

Selain itu, tanah yang subur ini oleh masyarakat sekitar tidak hanya dugunakan untuk pembuatan genteng bagi perusahan profit, disana tanah ini sering juga dijadikan berbagai macam produk yang fungsinya sangat beragam sesuai kreatifitasnya.

Beruntunglah saya yang pada saat itu melalui kegiatan Jambore Fotografi Mahasiswa Indonesia (JFMI) ke 9 di bulan Oktober 2016 lalu, di Kota Cirebon sebagai tuan rumah, saya berkesempatan mengunjungi Kota Majalengka yang menjadi salah satu dari sekian lokasi yang dikunjungi oleh peserta yang terdiri dari mahasiswa ini.

Even JFMI ini sebenarnya merupakan ajang silaturahmi dan berkumpul bagi para komunitas fotografi di seluruh indonesia, dimana komunitas foto di setiap kampus dari sabang hingga merauke, baik negeri maupun swasta datang dan berkumpul untuk menjalin keakraban, kebersamaan dan silaturahim.

Tepat pada hari Rabu, 19 oktober 2016, siang itu para tamu JFMI disambut oleh teriknya panas cuaca di Kota Majalengka, dengan iring-iringan bus namun diselimuti dinginnya ac, suasana tetap adem.

Saat itu para peserta berkesempan mengunjungi Pabrik Genteng Edi Jaya Jatiwangi, Majalengka. Perjalanan Cirebon ke Majalengka tak membuat antusias mahasiswa surut, meski perjalanan memakan waktu satu jam lebih.

Sesampai dilokasi, peserta dipersilahkan melihat dan berinteraksi langsung dengan pekerja genteng, masyarakat pabrik, hingga model-model cantik yang dihadirkan oleh pihak panitia saat gelaran berlangsung.

Nah saat memasuki area pabrik genteng, selain para pekerja yang lalu lalang membawa dan menjemur genteng, kita disuguhkan juga oleh lapak-lapak kecil penjual ole-ole dan souvenir khas jatiwangi.

Mereka menjajakkan jualannya dari bahan yang terbuat dari tanah pembuatan genteng. Seperti contoh yang saya temui adalah gantungan kunci berbentuk genteng mini, kalung bermata genteng mini, anting genteng mini, kaos bergambar hingga makanan khas jatiwangi.

Selain itu yang menarik untuk di ceritakan adalah karena mungkin gelaran kali ini bertemakan fotografi maka disediakannya model oleh pihak panitia.

Nah yang unik dan perlu untuk saya ceritakan kembali lewat tulisan ini adalah soal apa yang belum pernah saya lihat sebelumnya dan ingin berbagi kepada khalayak bahwa indonesia itu memang luar biasa unik.

Disana para model-model cantik yang tergabung dalam Jebor Posegraph asal Jatiwangi ini, mereka dihiasi dan di dandani lumpur yang pada dasarnya lumpur itu biasa dipakai untuk bahan pembuatan genteng. Namun kali ini manusianya yang diselimuti lumpur.

`

Beberapa Model Jebor Posegraph sedang duduk di atas genteng untuk siap di foto
Beberapa Model Jebor Posegraph sedang duduk di atas genteng untuk siap di foto

Dari sepanjang perjalanan saya mengikuti even-even dan workshop foto model, tidak pernah saya lihat model di kasih lumpur atau apapun itu yang bisa merusak kecantikan dan kebersihan tubuh si model, dan itu mustahil dilakukan.

Namun pada saat itu hal mustahil menjadi nyata. Saya melihat itu di Jatiwangi. Mereka menikmatinya dan tidak sungkan untuk dilumuri lumpur di sekujur tubuhnya.

Hingga kembali ke Makassar, saya terus bertanya-tanya, mengapa para model itu mau dan dengan ikhlas ber pose layaknya model biasa tanpa dilumuri lumpur.

Dan akhirnya saya mencoba memberanikan diri bertanya ke beberapa model Jebor Posegraph ini.

Dari sekian banyak model, ada beberapa model yang sempat saya abadikan gambarnya dan ada dua model yang sempat saya wawancarai yaitu Amalia Siti dan Saima Asshara.

Kata Amalia, mahasiswi semester tiga jurusan PGSD di Universitas Sebelas April Sumedang ini, mengungkapkan banyak hal yang membuat ia termotivasi, salah satunya adalah tidak ada atau jarang model yang mau di lumpurin seperti itu, unik dan menjadikan keindahan lain bagi dirinya.

“Bagi saya suatu hal yang sangat unik dan jarang orang lain punya buat foto di lumpurin dan acara JFMI itu bagi saya suatu kesempatan besar bisa ikut mengisi acara," kata Amaliah.

Selain berpose dengan lumpur, kata Aulia sapaan akrabnya, juga ingin membuat terobosan baru dan ingin memberikan sesuatu hal yang beda buat JFMI dan khususnya warga jatiwangi.

"bahwa tanah itu tidak hanya di jadikan bahan genteng tetapi juga bisa sebagai alat untuk memperindah busana kita juga mas," pungkas sity.

Amalia Siti (Aulia Akbar)
Amalia Siti (Aulia Akbar)
Sementara itu, Saima Ashara mengatakan motivasinya mengikuti event JFMI karena menurutnya event ini sungguh luar biasa.

"dengan memakai konsep Jebor Posegraph khususnya, karena konsep itu merupakan konsep yang berbeda pada konsep photoshoot model lainnya," kata Saima.

Ia juga menambahkan, selain, “Unik, kreatif dan inovatif, hal itulah yang menarik saya untuk menjadi bagian dari event tersebut," kata wanita berkulit sawo matang ini.Karena seni itu memiliki batasan yang luas juga, "jujur saya memiliki kebanggaan dan kepuasan tersendiri untuk itu,” tukas wanita yang juga hobi nyanyi ini.

Saima Asshara
Saima Asshara
Diketahui, di Majalengka, Jebor sendiri berarti Pabrik Genteng dan di Jatiwangi ini Jebor melahirkan seni posegraph. Seni ini berasal dari kata “pose” dan “graph”, artinya pemotretan dengan latar dan media di pabrik genteng.

 Jebor posegraph memakai model perempuan, sebelum difoto tubuh model-model cantik ini dilumuri tanah dan serpihan genteng, meski sering juga memakai jasa model laki-laki namun kelihatan indah dan unik.

 Itulah sepenggal cerita unik model-model cantik berlumpur yang ada di kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Memang betul indonesia itu di ciptakan saat Tuhan sedang tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun