Â
Denting irama hujan mengiringi
syahdunya bunyi atap rumahmu
Mata tak mampu menyapa sang fajar
yang enggan menengok dibalik tirai
Air mengalir dari hilir ke hulu
dari muda ke tua
manusia memang berubah
Karena umur terus bertambah
namun berkurang dimataNya
Hari ini, dua puluh enam tahun yang lalu
dunia menyapamu ketika tangisan
itu memecah riang bahagia,
seorang ayah dan bunda tertegun
melihat peri kecil yang lucu bak malaikat
Kau lahir entah dengan tangis bahagia
ataukah tangisan yang benar-benar
harus di tangisi kebanyakan orang,
Namun jangan kau tangisi hidup yang
se singkat ini, menataplah kedepan
Saat aku datang di kehidupanmu
Kau hadir pula di kehidupanku, karena
tuhan merestui kebersamaan kita
dalam satu ikatan sehidup semati
untuk selamanya bersama
Bahagia kumemilikimu
Menghadiahkan aku seorang wanita
wanita mungil buah hati kita
harta terindah, terbesar yang diberikan
Tuhan sebagai pelengkap kesunyian
Hari ini kau berulang tahun
Jadilah wanita yang kuat di tengah
terpaan ujian yang bertubi
karena tuhan menguji kaumnya
tidak melebihi batas kemampuannya
Tuhan, berikan dia nikmat umur
nikmat sehat, nikmat rezeki, serta
kenikmatan yang yang tak terhingga
agar dia mampu menemaniku
menjaga peri kecilku
Tak ada kadow, tak ada suprise
tak ada party, tak ada kejutan dan tak
ada yang kuberikan hanya ucapan
terima kasih karena setia denganku,
Kubersembahkan cinta untukmu bidadariku
Tombolikat, 03 Juli 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H