Mohon tunggu...
Mohamad Kurniawan
Mohamad Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan sosial bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani.

Setiap orang adalah guru. Setiap tempat adalah sekolah. Setiap waktu adalah belajar. Menulis adalah untuk mengabadikan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karangmloko, Clayton North, dan Taman Siswa

20 September 2017   17:11 Diperbarui: 20 September 2017   17:44 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susunan bangku di setiap kelas dibuat tak seragam. Tak ada lagi kelas yang bangkunya disusun rapi dari depan ke belakang. Semuanya diubah secara periodik. Dampaknya tak ada lagi siswa yang bosan karena duduknya tak pernah berubah selama satu tahun. Dinding-dinding kelas pun dipenuhi dengan berbagai karya siswa dan kata-kata positif yang memotivasi. Nyaris tak ada bagian dinding kelas yang dibiarkan kosong.

Suasana kelas dan proses belajar mengajar di SD Karangmloko 2 (foto: pribadi)
Suasana kelas dan proses belajar mengajar di SD Karangmloko 2 (foto: pribadi)
Dalam proses belajar mengajar pun, ruang kelas tak menjadi satu-satunya tempat untuk belajar. Halaman sekolah dan kantin pun mampu dijadikan dijadikan sebagai tempat belajar. Untuk memupuk dan menumbuhkan sikap jujur, dibuatlah kantin kejujuran. Siapa pun yang membeli di kantin tersebut harus mengambil dan membayar sendiri. Sebuah upaya yang luar biasa dalam membumikan nilai kejujuran supaya tak hanya indah di atas kertas.

Demikian pula dalam cara anak-anak belajar. Tak jarang kita lihat anak-anak mengerjakan tugas dan berdiskusi sembari duduk bersila di lantai. Menariknya, meskipun anak-anak menjadi lebih terkesan bermain dibandingkan belajar namun mereka tetap fokus dan antusias dalam memahami materi demi materi yang disampaikan guru-gurunya.

Belajar dalam suasana menyenangkan bak bermain di taman adalah cita-cita yang sudah sejak tahun 1930an dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara yang tertuang dalam bukunya berjudul 'Tutwuri Handayani'. Pendiri Perguruan Taman Siswa ini mempunyai misi menjadikan sekolah sebagai taman belajar dan bermain yang menyenangkan untuk semuanya. Anak menjadi senang belajar karena guru tak sekedar menjadi pengajar tetapi bisa memberikan motivasi dan inspirasi bagi anak-anak didiknya.

Sekolah bukan tempat yang menakutkan dan bikin stres. Gagasan pendidikan model taman siswa inilah yang sebenarnya diadopsi dan kini diimplementasikan oleh Finlandia dan negara-negara maju lainnya, termasuk Australia. Menjadi sebuah ironi bila kitalah -- bangsa pemilik konsep tersebut -- yang sekarang justru harus belajar dari mereka. Dan, SD Karangmloko 2 pun sudah membuktikan hasil belajar mereka.

Selamat belajar dengan cara menyenangkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun