Susunan bangku di setiap kelas dibuat tak seragam. Tak ada lagi kelas yang bangkunya disusun rapi dari depan ke belakang. Semuanya diubah secara periodik. Dampaknya tak ada lagi siswa yang bosan karena duduknya tak pernah berubah selama satu tahun. Dinding-dinding kelas pun dipenuhi dengan berbagai karya siswa dan kata-kata positif yang memotivasi. Nyaris tak ada bagian dinding kelas yang dibiarkan kosong.
Demikian pula dalam cara anak-anak belajar. Tak jarang kita lihat anak-anak mengerjakan tugas dan berdiskusi sembari duduk bersila di lantai. Menariknya, meskipun anak-anak menjadi lebih terkesan bermain dibandingkan belajar namun mereka tetap fokus dan antusias dalam memahami materi demi materi yang disampaikan guru-gurunya.
Belajar dalam suasana menyenangkan bak bermain di taman adalah cita-cita yang sudah sejak tahun 1930an dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara yang tertuang dalam bukunya berjudul 'Tutwuri Handayani'. Pendiri Perguruan Taman Siswa ini mempunyai misi menjadikan sekolah sebagai taman belajar dan bermain yang menyenangkan untuk semuanya. Anak menjadi senang belajar karena guru tak sekedar menjadi pengajar tetapi bisa memberikan motivasi dan inspirasi bagi anak-anak didiknya.
Sekolah bukan tempat yang menakutkan dan bikin stres. Gagasan pendidikan model taman siswa inilah yang sebenarnya diadopsi dan kini diimplementasikan oleh Finlandia dan negara-negara maju lainnya, termasuk Australia. Menjadi sebuah ironi bila kitalah -- bangsa pemilik konsep tersebut -- yang sekarang justru harus belajar dari mereka. Dan, SD Karangmloko 2 pun sudah membuktikan hasil belajar mereka.
Selamat belajar dengan cara menyenangkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H