Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari-Hari Baru di Sebuah "Bahtera"

22 Desember 2023   16:10 Diperbarui: 22 Desember 2023   16:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama sekolah ini Bahtera. Arti namanya tergambar dalam logo berupa perahu. Maknanya  seperti perahu Nabi Nuh yang berlayar membawa umat yang memilih jalan keselamatan. Jalan berupa iman terhadap keesaan Allah.  

Letak sekolah persis di belokan jalan yang ramai. Gedungnya tinggi dan besar. Berkelir abu-abu dan hijau. Dinding gedung dipasangi jendela-jendela kaca yang juga besar. Gedung sekolah ini demikian cantik dan menawan. Berani ngadu lah sama gedung sekolah-sekolah tetangga

Setiap aku lewat tak lupa melirik gedung ini. Ketika aku hendak pergi ke suatu sisi kota. Ketika aku hendak mengunjungi rumah seorang keponakan, tak jauh dari sini. Atau saat hendak pergi dan pulang dari satu tempat, yang ramai oleh para pedagang, oleh warga yang berolah raga pagi, juga oleh kuda-kuda yang yang berlari dipecuti joki-joki cilik.

Setiap melirik aku bergumam, "Tunggu aku!"

" Tahan lajumu!"

" Kuingin bergabung dalam Bahteramu."

" Bawa aku, arungi lautan samudra ilmu yang luas."

" Jadikan aku pembentang layar dan pembersih geladakmu. Yang setiap saat dilalui pencari ilmu."

Nama sekolah ini Bahtera. Ndilalah kersaning Allah, aku mendapat kesempatan bergabung. Menjadi guru yang diamanahi mengajar membaca dan menulis. Mengenalkan ejaan yang disempurnakan, memilih kata baku dan meninggalkan yang tidak baku. Dan yang paling kusuka, mengajak para siswa mengikuti jejak Rendra, Sapardi Joko Damono, atau Taufik Ismail yang penyair. Tugasku sebagian dapat dan sebagian yang lain belum sepenuhnya bisa disebut berhasil.

Oh iya, kawan tahu rahasiakau sehingga bisa naik menjadi salah satu penumpang di perahu keselamatan ini? Tentu karena ada banyak penumpang sebelumku, 14 orang jumlahnya, yang turun di tengah jalan. Mereka memilih bergabung di kendaraan lain. Kendaraan milik negara yang disebut PPPK, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Aku tidak membuang kesempatan emas yang mungkin tidak datang dua kali ini. Aku bujuk keponakanku itu agar membawaku menemui Ibu Kepala Sekolah.

Nama sekolah ini Bahtera. Aku memulai kedudukan sebagai pengajar. Duduk dengan nyaman di ruang guru saat waktu istirahat tiba. Walaupun sebagai guru baru aku masih "numpang" di meja guru lain, tak mengurangi keasyikan memanfaatkan sarana wifi, AC yang sejuk dan air mineral yang selalu tersedia. Kopi dan teh? Silakan bawa sendiri. Tempat duduku bersebelahan dengan Ustadz pengajar Pendidikan Agama Islam yang alim. Kursi yang kududuki juga berhadapan dengan meja ibu guru muda yang mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bisa ditebak mengapa aku betah berlama-lama duduk di ruang guru?

Tiga hari dalam seminggu aku berjumpa para siswa. Kebiasaanku begitu duduk di meja guru, mengabsen Acep, Ilham, Naida dan kawan-kawan. Saat mengabsen, aku minta mereka menyebutkan nama-nama ikan. Di hari yang lain, aku meminta mereka menyebut nama-nama Allah yang suci. Dan di hari-hari yang lain lagi, aku meminta para siswa untuk menyebutkan hal-hal yang berbeda.

Aku senang berada di ruang kelas. Aku belajar memungut kata-kata dari bahasa Sunda yang diucapkan dua muridku yang ganteng, Acep dan Ilham. Kedua murid ini kental sekali rasa kearifan lokalnya. Bila ditanya  dengan bahasa apa pun, jawabannya selalu menggunakan bahasa leluhurnya ini.

Aku belajar bertutur, bercerita dari Mirza dan Naida. Murid yang kusebut pertama jago mendongeng. Selain itu, ia juga pintar menulis cerita eh dongeng, puisi, dan bernyanyi. Ketika berjalan ke depan kelas, Mirza biasa meniru jalan kura-kura yang lambat atau kelinci yang berjalan cepat dengan meloncat-loncat.

Dari Naida, aku belajar menjadi Master of Ceremony atau MC. Aku jadi tahu bagaimana membuat hadirin tertawa dan bertepuk tangan. Naida mengajariku tertawa ala nenek sihir dan bermain sulap seperti Limbad. Dua resep itu yang jadi andalan Naida saat menjadi MC.

Di kelas yang sama, aku belajar cara menendang kepala lawan. Reva muridku yang langganan juara Tae kwon do, yang mengajari. Aku juga belajar menjadi pemain bola dari Hadi. Muridku ini getol mengikuti turnamen sepak bola bersama timnya. Kebiasaan Hadi di lapangan, berteriak, kadang terbawa ke ruang kelas. Dan pernah sekali kebiasaan ini kuikuti. Aku membalas teriakan Hadi, dengan teriakan lagi.

Nama sekolah ini Bahtera. Murid-murid yang kuasuh semua istimewa. Sebagian telah kusebut di atas. Banyak murid lain yang menunggu, berharap nama mereka pun kusebut. Ada Syahzanan yang meraih nilai tertinggi dalam Penilaian Siswa Akhir Semester yang baru lalu. Ada Fara Aliqa yang selain cerdas juga piawai membetot senar gitar jenis bass.

Ada Arissa yang jadi pemenang kuiz mengisi kotak-kotak tts yang kuberi. Ada Ayu yang paling baik perhatiannya pada pelajaran. Ada Regina yang tak pernah lupa membuka dan menutup pelajaran dengan salam dan ucapan yang khas. Ada Galih, Lingga dan Rifat yang senantiasa membantu dalam menyiapkan sarana belajar. Ada Raihan dan Abil yang selalu ceria. Ada Satria dan Asytar yang senantiasa mengerjakan tugas dengan sangat baik. Ada Syed Murtadho dan Faiza yang jago aI Ti atau Teknologi Informasi. Ada Alissa, Denise, dan Hafiza yang pintar menulis cerita.

Nama sekolah ini Bahtera. Masih panjang prestasi murid yang kuasuh. Di kelas yang lebih rendah ada adik-adik kelas mereka yang semuanya juara. Ada Arfan sang juara menuturkan cerita tingkat Nasional. Ada Jinan yang juara Pencak Silat dan Rizwan juara Tae Kwon Do.

Ada Raesa peraih nilai tertinggi dalam Penilaian Siswa Akhir Semester ini. Ada Narges yang berkali-kali menang lomba menulis dan membuat buku cerita. Ada Zainab dan Meisya yang juga berprestasi di sekolah dan dalam bidang yang mereka geluti.

Bapak/ibu, hebat bukan murid-murid sekolah kami? Aku yakin bapak dan ibu semua memiliki kebanggaan yang sama seperti yang aku rasa. Itulah mengapa, aku ingin terus berada dalam perahu ini. Aku masih ingin menuliskan kisah-kisah kehebatan mereka. Aku tak akan merasa lelah untuk itu. Sekolah ini, Bahtera namanya.

   

  

 

   

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun