Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Cinta bernama Arbain Walk

23 Oktober 2023   14:41 Diperbarui: 23 Oktober 2023   14:49 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bersiap berjalan kaki 90 Km (dokumen pribadi)

Sekitar pukul 16.15 waktu Najaf kami tiba di bandar udara Kota Najaf, Irak. Suhu udara yang terasa panas segera menyergap begitu kami turun dari tangga pesawat. Bus-bus besar dengan kursi sedikit telah menunggu. Kendaraan yang akan membawa penumpang pesawat menuju ruang pemeriksaan imigrasi.

Petugas bandara mempersilakan penumpang yang baru mendarat untuk berbaris di jalur-jalur pemeriksaan identitas pelaku perjalanan. Namun, tidak demikian yang terjadi pada kami.  Begitu mengetahui asal keberangkatan kami dari Indonesia, dua petugas keamanan "menggiring" kami memasuki satu ruangan khusus. Ruangan yang belakangan kami sadari, ditempati para dokter dan petugas kesehatan.

Salah seorang petugas mengutarakan alasan menempatkan kami di tempat ini. Sehubungan dengan maraknya kasus penyakit folio yang menyerang dunia, langkah itu mereka tempuh. Satu langkah yang diberlakukan tak lama sebelum kedatangan kami. "Di negeri Irak kalian harus siap dengan hal-hal yang di luar dugaan", seloroh seorang rekan senior saat melepas keberangkatan kami. Dan hal tak terduga itu baru saja kami temui.

Dalam peta persebaran virus yang mematikan itu, negara kita berada dalam zona merah. Maka, tak ada hal meringankan yang dapat membebaskan kami dari "vonis" kewajiban disuntik atau, bila menolak, kami mesti kembali ke tanah air, Indonesia. 

Setelah melewati perundingan yang alot, vonis itu urung kami terima. Ketua rombongan sebelumnya mendapat "bocoran" dari kolega yang bermukim di sini untuk berjaga-jaga seandainya hal ini terjadi. Maka, kami pun mengantongi dokumen yang menyatakan bila kami telah mendapat vaksin folio tak lama sebelum perjalanan kami berkunjung ke Irak, negeri yang terkenal dengan Cerita 1001 Malam. Walhasil,  kami pun dapat tersenyum lebar.

Wisata Ziarah

Perjalanan yang kami tempuh menuju negeri yang kerap diamuk perang ini mungkin terasa aneh. Berwisata ke sini tidak sepopuler perjalanan ke negeri, sekadar menyebut, Uni Emirat Arab dengan ikonnya, Dubai, Mesir, atau Turki. Kalah jauh dengan minat pelaku wisata menuju negeri di Benua Asia lainnya semisal, Jepang, Singapura, atau Korea.

Perjalanan kami tak lain bertujuan untuk ibadah. Kami bermaksud berziarah ke tempat-tempat yang menyimpan sejarah dalam persebaran dan perkembangan ajaran Islam. Ziarah secara sederhana mengandung arti mengunjungi makam. Tak sebatas makam orang tua atau sesepuh dan kerabat, namun makam siapa pun yang kita anggap sebagai seorang tokoh. Sebagian orang menyebut ibadah haji dan umroh adalah perjalanan ziarah. Mengunjungi makam nabi dan tokoh-tokoh lain yang memiliki peran besar dalam perkembangan agama Islam.

Adapun tujuan ziarah kami ada di Kota Najaf. Di sini terdapat satu tempat bernama Padang Karbala. Bagi umumnya umat Islam yang bermukim di kawasan Irak, Iran, Lebanon dan negeri-negeri di sekitarnya, tempat ini begitu dimuliakan. Menjadi tempat suci yang mendapat keutamaan dengan dimakamkannya seorang cucu Rasulallah, yaitu Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan sapaan Imam Husein.

Sejarah mencatat, pada zaman kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, umat Islam mengalami satu keadaan yang buruk. Penguasa berlaku semena-mena terhadap rakyat. Mereka menjalankan pola hidup mewah. Berpoya-poya menghamburkan kekayaan negara. Sementara, rakyat kebanyakan hidup dalam kesengsaraan.

Tak hanya kebiasaan buruk hidup bermewah-mewah, penyelenggara negara telah jauh menyeleweng dari ajaran Islam yang dibawa nabi. Ajaran menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan bermasyarakat telah jauh diselewengkan. Tak pelak, umat Islam mengalami kemunduran dalam segala sisi dan sendi kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun