Seperti disapu angin Tornado, sisi barat lapangan, termpat semula tenda-tenda didirikan telah kosong. Rata dengan tanah. Semua penghuni tak bersisa. Kini para penghuni telah berpindah ke wilayah yang lain. Ke sisi yang berbeda dari lapangan yang sama.
"Adik-adik, terima kasih. Kalian telah melakukan evakuasi dengan baik. Hal yang baru saja kalian lakukan adalah simulasi bencana alam berupa gempa bumi. Kalian diarahkan berpindah ke lokasi yang aman. Sekali lagi, kalian telah melakukan pekerjaan dengan baik!"
Baris Berbaris
Seorang anggota Pramuka adalah kesatria dan patriot yang tegap. Begitu antara lain pesan yang tersirat dalam Dasa Darma Pramuka. Untuk mewujudkan jiwa kesatria dan patriot itu setiap anggota dilatih keterampilan baris berbaris.
Sore itu, setiap kelompok berbaris di tanah lapang. Semuanya tekun mengikuti latihan baris-berbaris yang dipimpin Kak Iis. Mereka serempak menjalankan setiap aba-aba yang diberikan kakak Pembina.
"Hadap kanan, hadap kiri, serong kanan, maju jalan!"
Setiap kelompok yang berjumlah tiga orang itu bergabung membentuk dua kelompok besar, kelompok putra dan kelompok putri. Kelompok putra dikomandani oleh Athaya dan Kelompok putri oleh Elvira. Kedua kelompok ingin tampil sebagai kelompok juara. Kelompok yang tampil kompak, rapi dan paling sedikit melakukan kesalahan.
Menjalankan aba-aba dari Kak Iis, kedua kelompok tampil sama bagusnya. Terhadap aba-aba jamak yang diberikan, Athaya mampu memimpin rekan-rekannya dengan tenang dan mulus. Begitu pula dengan kelompok putri, dengan komandannya Elvira. Skor 1 -- 1.
Pada kesempatan ke dua, instruktur memberi aba-aba, "hadap kanan, hadap kiri, balik kanan, balik kiri, maju jalan!"
Ke dua regu menjalankan aba-aba dengan serempak. Bersama-sama membentuk formasi barisan sesuai instruksi. Kelompok putri mulus melalui tahap ini dengan kompak. Namun tidak begitu dengan para putra. Mereka kurang konsentrasi, membaca jebakan dalam aba-aba itu. Mereka terkecoh dengan aba-aba "balik kiri". Dalam aturan baris-berbaris tidak dikenal aba-aba tersebut. Skor berubah 2 -- 1 untuk keunggulan tim putri.
Kesempatan ke tiga jadi penentuan. Kak iis menginstruksikan ke dua tim untuk menutup mata dengan kain penutup. Mereka memainkan peran "blind parade", berbaris dalam kegelapan. Kesesuaian gerak barisan menjadi inti penilaian. Kekompakan setiap anggota dalam menjalankan gerakan aba-aba sangat ditekankan.