Ber-Islam lewat Perilaku vs Ber-Islam secara Kosmetis
Atap Padang Mahsyar (APM) merupakan serial yang tayang pada chanel ACT TV. Tontonan yang lebih popular dengan sebutan film televisi atau FTV ini mengajak kita untuk merenungi sekaligus "menertawai" Â kehidupan. Membawa kita untuk melihat jauh ke dalam hakikat ketimbang syari'at dalam beragama. Meraih makna pada setiap amalan alih-alih sekadar menjalankan kewajiban.
Serial besutan produser Dedy Wirapati ini mengangkat tema berupa kebiasaan yang sedang menggejala di tengah-tengah kita. Kita saksikan di banyak tempat, mesjid-mesjid berdiri demikian megah. Masyarakat yang menjaring sumbangan pun tak kenal henti. Turun ke jalan berbekal jaring penangkap ikan. Berbaris menyapa pengguna jalan dengan harapan mendapat lembaran-lembaran rupiah bekal pembangunan mesjid.
Dengan jalan demikian kita saksikan banyak mesjid yang telah berdiri. Megah, kokoh, dan menjulang. Sementara di dalamnya tak banyak jemaah yang mendatangi. Memakmurkan mesjid dengan kegiatan-kegiatan yang berkesinambungan. Mesjid tak ubahnya monumen yang hadir sebagai tonggak penanda satu peristiwa.
APM hadir sebagai sindiran atas gejala yang tengah tumbuh dan berkembang ini. Bahwa tidaklah salah membangun seribu mesjid. Namun memberi makan mereka yang kelaparan semestinya dilakukan terlebih dahulu. Tuhan tidak menghukum hambanya yang tidak mampu membangun rumahnya. Akan tetapi, Dia melaknat setiap orang yang melalaikan shalat, menghardik anak yatim, dan tidak memberi makan fakir miskin (Q.S. Al Maa'uun: 2-3).
Setiap orang berlomba menyediakan tempat bernaung di Padang Mahsyar kelak di hari akhir. Untuk itu mereka berlomba memperbaiki amalan dan memperbanyak sodaqoh. Mereka mempersembahkan harta yang dimiliki di jalan Allah. Dengan membangun mesjid di dunia seakan telah mempersiapkan ruang teduh di sana. Yang akan melindungi diri dari panasnya sengatan mentari padang Mahsyar.
Kita terlupa bila mendermakan harta yang dimiliki dengan membantu sesama pun akan mengantarkan kita pada hal demikian. Bahkan cara ini akan mengantarkan kita lebih cepat tiba di sana. Tuhan menjawab pertanyaan Nabi Musa saat ditanya keberadaanna.Â
"Tuhan, di mana aku dapat mencarimu?".
"Carilah aku di antara mereka yang hancur hatinya", jawab Tuhan.Â
Atap Padang Mahsyar mengingatkan kita, sekali lagi, untuk memiliki kepedulian. Berempati kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H