Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Grazie, Valentino Rossi

18 November 2021   14:21 Diperbarui: 18 November 2021   14:25 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang Rossi, di mana pun posisi finis yang diraih tak akan mengurangi kebesaran namanya. Di mata penggemar, Rossi selalu jadi pemenang. "The Doctor", julukannya, selalu tampil menawan di setiap ajang balapan. Ia seorang juara dengan sejumlah kelengkapan yang jarang ditemui pada sosok yang lain.

Ajang MotoGP pada era Rossi tampil dengan "gairah" baru. Balapan motor besar itu selalu dinanti publik. Ribuan orang mendatangi sirkuit dan jutaan pasang mata menyaksikan sang pujaan beraksi. Penggemar Rossi melintasi batas usia dan perbedaan gender. Mas Joko, kakak ipar saya, salah satu penggemar beratnya. Begitu pun dengan Didiek, dan Chalisa. Ayah dan anak ini tak pernah absen memantengi layar televisi, menyaksikan sang idola memacu motornya.

Tampil dengan setelan balap berwarna ngejreng, mencolok namun tidak nora, membuat Rossi mudah dikenali. Penggemar dengan segera mengenalinya. Pun begitu dengan kompetitornya di arena balap. Kemunculan Rossi adalah "mimpi buruk" yang dengan segera menyiutkan nyali. Mimpi indah jadi pemenang tak mungkin diraih dengan mudah.

Di sirkuit balap, Rossi seperti tak punya rasa takut. Ia memacu motor bernomor 46-nya secepat cahaya. Di lintasan yang lurus ia merajai. Di setiap kelokan, ia nyaris tak bisa disalip. Dan saat tertinggal, dengan berani ia mengejar, bermanuver dengan ciamik.

Kelebihan itu ia peroleh sebagai hasil tempaan di setiap ajang balapan. Mengawali karier sebagai pebalap pada kelas yang relatif kecil, 125 CC. Dua tahun kemudian ia beralih ke kelas yang lebih besar, 250 CC. Rentang waktu menjadi pebalap kelas "ringan" ini terjadi pada 1997-1999.

Upaya pindah kelas berikutnya berlangsung dua tahun kemudian. Pada 2001 ia mulai menapak di kelas 500 CC. Satu tingkatan sebagai "ajang pemanasan" untuk memasuki kelas teratas, 990 CC. Pada tingkatan yang dilabeli MotoGP ini, Rossi mengukir prestasi puncak.

Rossi tercatat menjuarai ajang balapan 9 kali. Tujuh diantaranya pada ajang MotoGP. Bagi setiap pebalap, prestasi yang ditorehkan Rossi adalah sebuah capaian luar biasa. Impian yang jadi kenyataan. Rossi adalah satu dari sekian pebalap yang berhasil mewujudkan mimpi indahnya.

Melengkapi peristiwa maha penting itu, Rossi dinobatkan sebagai pebalap yang namanya tertulis dalam Hall of Fame para pebalap MotoGP legendaris. Nama Rossi bersanding dengan Mick Doohan, Kenny Roberts, Nicky Hayden dan yang lainnya. The Doctor, telah menggarasikan motornya. Ia merangkum pencapaiannya yang menakjubkan itu dalam tiga kata: menyenangkan, luar biasa, dan kompetitif. Grazie, terima kasih, Rossi, telah menampilkan "tontonan" demikian indah bagi kami.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun