Membincangkan Kang Jalal adalah upaya menggambarkan sosok yang kaya dimensi. Terselip diantara tema-tema tulisan yang menghadirkan Kang Jalal dalam dimensi 'kelebihan' yang disandangnya, terdapat tulisan bernada 'kekhawatiran'. Seorang kontributor tulisan dalam antologi itu mengetengahkan rasa gundahnya. Ia memandang bila Kang Jalal yang begitu cerdas disamping merangsang orang untuk turut berpikir juga "menyeret" orang pada kemandekan berpikir (hal. 129).
Warisan pemikiran yang ditinggalkan Kang Jalal teramat sayang bila tidak kita lestarikan. Berbagai cara dapat ditempuh untuk melestarikannya. Upaya yang dilakukan oleh IKA Jurnalistik Fikom Unpad dan IKA Manajemen Komunikasi Fikom Unpad menerbitkan buku kumpulan tulisan ini lebih dari pantas untuk diapresiasi.Â
Dengan merawat ingatan pada pemikiran Kang Jalal, kita menolak untuk lupa pada tokoh besar ini. Kiranya, tidak hanya K.H. Miftah Fauzi Rakhmat, putra beliau, yang mengatakan Kang Jalal sebagai "Tujuh Keajaiban Dunia" miliknya. Banyak diantara kita yang memiliki kebanggaan serupa pada sosok yang sama, Kang Jalal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H