Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ayat, Hadis, dan Doa Puasa yang Saya Hapal

28 April 2021   14:30 Diperbarui: 28 April 2021   14:35 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hadis nabi di atas terdengar demikian indah. Hadis yang mengungkapkan satu keutamaan bulan Ramadan ini senantiasa disampaikan oleh Allah yarham, K.H. Dr. Jalaluddin Rakhmat pada ceramahnya di bulan Ramadan. Semasa hidup, beliau rutin mengisi pengajian Minggu pagi di Masjid Al Munawaroh. Mesjid tidak terlalu besar, yang terletak di belakang rumah beliau.

Saya selalu menyempatkan untuk menghadiri pengajian ini. Setiap Minggu pagi itu, mesjid selalu dipenuhi para jemaah. Banyak diantara jemaah yang datang dari tempat yang sedikit jauh. Saya satu diantaranya. Saya bertolak dari Cimahi, kota yang berjarak sekitar 14 KM dari Mesjid Al Munawaroh.

Hadis ini tersimpan dengan baik dalam ingatan saya. Bila semangat bertadarus atau membaca Al Quran terasa melemah, buru-buru saya mengingat hadis ini. Frasa musim semi yang dipakai begitu puitis. Musim semi dilukiskan oleh tunas-tunas pohon yang bermunculan, disertai daun-daunnya yang segar. Pada bulan Ramadan, yang bertunas itu adalah "pohon" Al Quran, kitab suci yang turun pada tanggal 17 bulan ini.

Bulan suci Ramadhan membawa banyak keutamaan bagi para pembaca Al Quran. Disebutkan dalam hadis yang lain, bila membaca satu ayat di bulan Ramadhan memiliki pahala menyamai ketika membaca satu surat. Dan ketika membaca satu surat, pahalanya dihitung telah menghatam Al Quran. Ramadan adalah bulan yang bertabur kebaikan.

Bertadarus atah membaca Al Quran jangan kita lewatkan pada hari-hari puasa ini. Banyak hikmah dan pelajaran yang kita petik dari ayat demi ayat kitab suci. Berkaitan dengan ibadah puasa di bulan Ramadan, Q.S. Al Baqarah ayat 183 menegaskan;


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".


 Ayat ini saya ingat pertama kali saat disampaikan oleh Pak Ustad Ahmad, guru agama saya semasa SMP. Sampai kini saya masih hafal.

Lanjutan ayat tentang puasa tersebut yaitu ayat 184, mengatur tentang pelaksanaan puasa. Bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan, tidak wajib berpuasa namun wajib untuk mengganti puasa yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain di luar bulan Ramadan. Bila sakitnya berat dan tak mampu berpuasa maka wajib bagi keluarga yang sakit untuk membayar fidyah sebanyak hari berpuasa yang ditinggalkan. Fidyah adalah memberi makan seorang fakir miskin.

Selain musim semi Al Quran, Ramadan adalah bulan yang baik untuk memperbanyak doa. Fadilah berdoa di bulan ini sering disampaikan oleh para ustad, saat berceramah tujuh menit atau kultum sebelum shalat Tarawih didirikan. Dalam sebuah buku kumpulan doa, terdapat doa yang berbeda dibaca setiap hari. Masing-masing hari memiliki doa.

Berbicara tentang doa, saya memiliki kenangan tentang Wak Haji, jemaah sepuh di masjid kampung kami. Wak Haji hampir tak pernah absen shalat berjemaah di mesjid. Meski usianya renta, badan Wak Haji atau Uwa  bugar. Uwa masih kuat berjalan tanpa tongkat penopang. Bahkan, Uwa masih sanggup menggowes sepeda ontel kesayangannya. Uwa kerap naik sepeda ke mesjid.

Selama bertahun-tahun Wak Haji mengemban tugas sebagai "juru doa". Secara tidak tertulis, para jemaah menyematkan tugas memimpin doa kepadanya. Di waktu subuh, Uwa mengingatkan masyarakat untuk shalat berjemaah di mesjid. Melalui speaker masjid, Uwa membacakan doa yang biasa dibaca ketika bangun tidur.

Pada bulan Ramadan, Wak Haji pula yang memimpin setiap doa. Saat buka puasa, Wak Haji memimpin doa berbuka,


"Allahumma laka sumtu wa bika atmamtu wa ala rizkika aftortu bi rahmatika ya arhamar rahimin".


Jemaah yang duduk berjajar menghadap hidangan takzil, mengikuti Uwa. Kami mengulangi doa yang diucapkannya. Begitu pun ketika usai shalat Tarawih. Tak lama setelah imam mengucap salam, suara Wak Haji terdengar nyaring. Beliau memimpin membaca doa niat berpuasa.


"Nawaitu shaumagodin an adai fardu sahri romadhona hadihi sanati lilaahi taala",


para jemaah mengulangi doa yang diucapkan Uwa dengan khusu.

Wak Haji telah lama wafat. Namun saya masih mengingat amal-amal kebaikannya. Saya juga masih ingat doa-doa yang dianjurkan dan diamalkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun