Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kesan Tak Biasa dari Lebaran yang Hening

24 Mei 2020   13:39 Diperbarui: 24 Mei 2020   13:30 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: instagram @ilmanrakhmat

Ceramah singkat yang saya bawakan mengambil tema yang sama. Kepada istri dan anak-anak, saya menyampaikan pentingnya kita untuk selalu bersyukur. 

Apa pun keadaan yang menimpa semestinya dijalani dengan rasa syukur. Suasana berbeda yang dijalani sehubungan dengan mewabahnya virus Corona, sudah sepantasnya bila kita menjalaninya dengan rasa syukur.

Rasa syukur berkaitan dengan wabah ini bukanlah rasa senang seseorang yang terhindar dari musibah sementara yang lain tidak. Bukanlah rasa gembira karena masih dapat bersenda gurau dengan keluarga sementara yang lain tidak. 

Rasa syukur yang perlu kita pahami adalah rasa syukur seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ayub terhadap penyakitnya. Rasa syukur seperti yang diungkapkan oleh Imam Ali Zainal Abidin, salah satu cucu Nabi, "Bagaimana aku bisa bersyukur padamu Ya Rabi, sementara rasa syukurku memerlukan syukur lagi".

Di penghujung ceramah saya menyerukan anggota keluarga untuk memelihara tali silaturahmi. Menyambungkan perasaan kasih dan sayang. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjadi pembawa pesan perdamaian. Peristiwa tawuran yang berlangsung saat malam takbiran di satu tempat di Jakarta misalnya, sama sekali jauh dari nilai-nilai silaturahmi ini.

Lebaran tahun ini membawa kesan yang berbeda dari Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini kita menjalani hari-hari sunyi. Kesunyian yang telah berlangsung bahkan sebelum bulan puasa bergulir. Di hari hari sunyi ini kita terpental dari keramaian hiruk pikuk dunia ke kehangatan keluarga. Segala hal kita jalani di rumah.

Dalam suasana hening kita mendapati arti kehidupan. Bahwa segala yang menimpa kita dalam hidup ini bukanlah datang tiba-tiba. Semua telah diatur, tertulis dalam ketentuan-Nya. Lebaran yang hening ini tak lain adalah ketetapan yang telah digariskan oleh Nya jua.

Suasana hening Lebaran membawa berkah berupa pengalaman baru. Tak semua orang, misalnya memperoleh kesempatan memimpin shalat Ied sekaligus menjadi khatib. Keadaan pagebluk Korona, saat ini telah melahirkan ribuan imam dan khatib baru di tengah keluarga masing-masing.

Menyertai aspek peribadatan, Lebaran hening kali ini menggirig kita ramai-ramai untuk menjalani silaturahmi secara virtual. Kita menemui orang tua, menghaturkan salam selamat dan meminta maaf lewat sambungan video. Begitu pun terhadap handai taulan dan karib kerabat. Lebaran tahun ini membawa kesan yang tidak biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun